Read More >>"> Young Marriage Survivor ([2] Tolong Perjuangkan Aku) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Young Marriage Survivor
MENU
About Us  

Bukan kali pertama Galih menginjakkan kaki di rumah ini. Bukan kali pertama pula Galih duduk di ruang tamu rumah Kia dan bertemu dengan orang tuanya. Namun kali ini, perasaan Galih tidak seringan waktu-waktu lalu. Semenjak Kia mengatakan kepadanya bahwa respon orang tua Kia seolah menolak rencana keduanya, otaknya berusaha berpikir keras untuk menyelesaikan masalah ini. Galih juga memantapkan hatinya karena mungkin segala sesuatu bisa saja terjadi. Termasuk kemungkinan terburuk.

Galih menekan tombol bel yang ada di depan pagar rumah Kia dengan perasaan gentar yang mati-matian ia sembunyikan. Tak lama pintu terbuka, keluarlah sosok Salim yang datang menghampiri Galih.

“Masuk, Gal!” sapa Salim ketika melihat wajah Galih di balik pintu pagarnya. Salim sedikit tersanjung dengan nyali pemuda itu. Pemuda berusia belasan sudah berani menghadap ayah seorang gadis untuk meminta restu. Galih memang bukan lelaki pada umumnya.

“Iya, Om.” Galih melangkahkan kakinya untuk masuk rumah kekasihnya. Ia berusaha melangkahkan kaki dengan mantap untuk menunjukkan tekadnya yang kuat.

 “Sebentar, ya. Kamu duduk aja dulu!”

Salim berjalan melewati sekat yang memisahkan ruang tamu dengan bagian rumah lainnya. Galih duduk dengan posisi sesopan mungkin. Ruang tamu ini masih sama namun dengan suasana dan atmosfir yang berbeda. Galih tidak akan pernah melupakan sensasi yang ia rasakan sekarang.

Tak lama kemudian, Salim kembali ke ruang tengah diikuti anggota keluarga yang lain yaitu Kia dan ibunya. Mereka duduk dengan posisi orang tua Kia di hadapan Galih, sedangkan Kia mendampingi di sampingnya.

“Kamu pasti sudah diberitahu Kia alasan Om mengundang kamu ke mari, kan?” ucap Salim membuka pembicaraan mereka.

“Sudah, Om. Kia sudah menyampaikan pesan ke saya beberapa hari lalu.”

“Om sama Tante ini kaget waktu Kia tiba-tiba bilang mau nikah sama kamu. Kamu serius mau nikah sama Kia?”

Meskipun suara Ayah Kia terkesan ramah, namun Galih bisa merasakan bahwa ini hanyalah lontaran peluru pemanasan sebelum peluru-peluru jitu lainnya dilemparkan kepadanya.

“Iya, Om. Saya serius untuk menikahi Kia,” jawab Galih seyakin mungkin.

“Kamu sudah diizinkan sama orang tuamu?”

Galih mengangguk. “Papa saya sudah ngasih izin, Om. Awalnya papa sempat ragu sama saya, tapi ketika saya menyanggupi persyaratannya papa akhirnya setuju.”

“Mama kamu gimana?” Kali ini giliran Laksmi yang melontarkan pertanyaan.

“Saya belum bicara sama mama, Tante. Tapi kalau papa saya bilang iya, biasanya mama juga ikut setuju.”

Salim mengangguk-angguk mendengar jawaban yang diberikan Galih. Galih tidak tahu pasti arti dibalik anggukan itu.

“Apa syarat dari papamu?” tanya Salim kemudian.

“Meskipun menikah, saya tetap harus menyelesaikan kuliah saya dan bisa bertanggung jawab segala kebutuhan Kia baik secara materi maupun non-materi.”

Hening sejenak. Galih memberanikan diri melihat raut muka Salim. Pria paruh baya itu sedikit menelengkan kepalanya dengan mulut tertutup rapat.

“Yakin kamu sanggup memenuhi syarat papamu?”

Galih menganggukkan kepala mantap. “Saya yakin, Om. Insyaallah, saya akan benar-benar memenuhi janji saya.”

“Memang penghasilanmu berapa kok sampai yakin begitu?”

“Sembari kuliah saya juga ambil kerjaan lepas, Om. Saya mengajar privat, jadi asdos, juga bisnis online. Saya sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup saya, kemungkinan besar saya juga bisa memenuhi kebutuhan kami berdua setelah menikah kelak.”

Salim kembali mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian melemparkan tatapan kepada istrinya. Laksmi hanya diam dan tidak membalas tatapan suaminya. Terlihat jelas di wajah Laksmi bahwa ia masih belum setuju dengan keinginan kedua muda-mudi di hadapannya untuk menikah.

“Wah... kamu sibuk sekali berarti, ya? Kalau kamu sibuk begitu, kenapa kamu mau menikahi Kia? Bukannya lebih baik kamu urus semua kesibukanmu itu? Beberapa tahun kemudian kamu bisa kembali lagi untuk melamar Kia,” ucap Salim.

Galih sadar jika Salim mulai sedikit mendorongnya untuk mengubah keputusannya untuk menikahi Kia dalam waktu dekat. Atau bisa jadi ucapan barusan adalah penolakan halus dari Salim selaku ayah Kia. Galih merapalkan doa dengan sungguh-sungguh sebelum kembali meyakinkan calon mertuanya.

“Niat saya menikahi Kia tulus, Om. Saya sudah empat tahun berpacaran dengan Kia. Saya rasa empat tahun sudah cukup lama untuk meyakinkan diri bahwa Kia adalah gadis yang tepat untuk mendampingi saya. Saya rasa sekarang juga saat yang tepat mengambil keputusan untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Niat saya menikahi Kia sudah terpikir sejak hampir setahun lalu ketika saya sadar bahwa semakin lama kami berpacaran tidak akan membuat hubungan kami semakin baik.”

“Jadi kamu menikahi Kia karena dikejar waktu?” tembak Salim.

Galih mencoba menjawab dengan setenang dan seyakin mungkin. “Sama sekali bukan, Om. Saya berniat menikahi Kia supaya saya bisa bertanggung jawab sepenuhnya kepada Kia. Bukan hanya pacar yang sekedar senang-senang dan teman ngobrol saja.”

Laksmi terlihat menyilangkan kedua tangannya di depan dada, sedangkan Salim menghela napasnya. Ia butuh berpikir sejenak untuk membuat pemuda ini sedikit mengubah keputusannya.

“Om sebenarnya juga ingin kalian langgeng. Om juga tidak keberatan punya mantu seperti kamu, Gal. Tapi usia kalian masih belasan. Om berharap kamu bisa menundanya sampai Kia lulus kuliah. Cuma empat tahun, Gal. Tanggung jawab kuliah dan pekerjaanmu sudah cukup banyak. Om tidak yakin kamu bisa menambah tanggung jawabmu sebagai suami.”

“Om, sebenarnya saya sudah membicarakan ini dengan Kia. Kia pun sebenarnya sudah saya beri dua pilihan, menikah dengan saya atau saya akan melepas Kia. Saya memberikan kedua pilihan itu karena saya sudah benar-benar memikirkan dengan matang konsekuensi dari keduanya. Saya siap menambah amanah di pundak saya sekaligus juga siap patah hati. Dua-duanya punya konsekuensi yang berat untuk saya. Namun baik saya dan Kia, ketika dihadapkan pada kedua piihan itu kami memlih pilihan yang pertama,” jawab Galih tak gentar.

Suasana menjadi hening. Tak ada yang bersuara, maupun menggerakkan anggota tubuhnya. Mereka dihadapkan pada jalan buntu.

“Ya sudah, kamu nikmati dulu minuman dama camilannya. Om dan Tante mau bicara dulu di dalam.”

Setelah kedua orang tuanya masuk ke dalam, Kia langsung melayangkan perhatiannya kepada Galih. Lelaki itu tampak baik-baik saja meskipun dihadapkan pada pertanyaan dan pernyataan yang sulit. Berbeda dengannya, meskipun sedari tadi gadis itu hanya diam dan menyimak namun tangannya dingin dan mukanya pucat.

“Gimana kalau gak dapat restu?” cicit Kia dengan wajah resah.

Galih melemparkan senyum untuk menenangkan Kia. “Aku akan coba usaha meluluhka hati orang tuamu sampai kamu diterima kuliah.”

“Kalau setelah itu masih belum direstui?”

Galih hanya mengendikkan kedua bahunya. “Mungkin waktunya belum tepat, Kia. Atau mungkin kita memang belum berjodoh,” jawabnya. Meskipun Galih berusaha menjawab dengan nada secuek mungkin, Kia tahu di dalam otak lelaki itu berkelibat banyak sekali pikiran.

“Tolong perjuangin aku ya, Mas,” pinta Kia dengan wajah memelas.

Dan Galih pun tersenyum samar sembari menganggukkan kepalanya.

 

-T B C-

 

Halo, teman-teman!

Sebelumnya selamat hari raya Idul Fitri! Taqabbalallahu minna wa minkum 

Buat ciwi-ciwi, ngiri gak nih sama Kia yang belum lulus SMA aja udah ada yang ngelamar? Tapi kalau yang ngelamar seusia Galih gimana? Semoga betah mantengin cerita ini yaaa :)

 

Pasuruan, 23 Juni 2018

 

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • orenjiflower

    Hai @reik
    Aku gatau kenapa chapternya bisa kosong, padahal statusnya terpublish dan di draftnya ada isinya :(
    Maaf atas ketidaknyamanannya, barusan aku publish ulang dan setelah aku cek isinya udah ada.
    Happy reading :)

    Comment on chapter [1] Bu, Aku Mau Menikah
  • reik

    Chapter 2 nya kosong ya?

    Comment on chapter [1] Bu, Aku Mau Menikah
Similar Tags
Dear Diary
592      388     1     
Short Story
Barangkali jika siang itu aku tidak membongkar isi lemariku yang penuh buku dan tumpukan berkas berdebu, aku tidak akan pernah menemukan buku itu. Dan perjalanan kembali ke masa lalu ini tidak akan pernah terjadi. Dear diary, Aku, Tara Aulia Maharani umur 25 tahun, bersedia melakukan perjalanan lintas waktu ini.
Katamu
2701      990     40     
Romance
Cerita bermula dari seorang cewek Jakarta bernama Fulangi Janya yang begitu ceroboh sehingga sering kali melukai dirinya sendiri tanpa sengaja, sering menumpahkan minuman, sering terjatuh, sering terluka karena kecerobohannya sendiri. Saat itu, tahun 2016 Fulangi Janya secara tidak sengaja menubruk seorang cowok jangkung ketika berada di sebuah restoran di Jakarta sebelum dirinya mengambil beasis...
HAMPA
373      255     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Vampire Chain
1777      710     4     
Fantasy
Duniaku, Arianne Vryl Berthold adalah suatu berkah yang penuhi cahaya. Namun, takdir berkata lain kepadaku. Cahaya yang kulihat berubah menjadi gelap tanpa akhir. Tragedi yang tanpa ampun itu menelan semua orang-orang yang kusayangi lima belas tahun yang lalu. Tragedi dalam kerajaan tempat keluargaku mengabdi ini telah mengubah kehidupanku menjadi mimpi buruk tanpa akhir. Setelah lima bel...
Tepian Rasa
1192      557     3     
Fan Fiction
Mencintai seseorang yang salah itu sakit!! Namun, bisa apa aku yang sudah tenggelam oleh dunia dan perhatiannya? Jika engkau menyukai dia, mengapa engkau memberikan perhatian lebih padaku? Bisakah aku berhenti merasakan sakit yang begitu dalam? Jika mencintaimu sesakit ini. Ingin aku memutar waktu agar aku tak pernah memulainya bahkan mengenalmu pun tak perlu..
Reaksi Kimia (update)
4964      1247     7     
Romance
》Ketika Kesempurnaan Mengaggumi Kesederhanaan《 "Dua orang bersama itu seperti reaksi kimia. Jika kamu menggabungkan dua hal yang identik, tidak ada reaksi kimia yang di lihat. Lain halnya dengan dua hal yang berbeda disatukan, pasti dapat menghasilkan percikan yang tidak terduga" ~Alvaro Marcello Anindito~
Call Kinna
3892      1564     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Dramatisasi Kata Kembali
648      324     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
Anything For You
2954      1182     4     
Humor
Pacar boleh cantik! Tapi kalau nyebelin, suka bikin susah, terus seenaknya! Mana betah coba? Tapi, semua ini Gue lakukan demi dia. Demi gadis yang sangat manis. Gue tahu bersamanya sulit dan mengesalkan, tapi akan lebih menderita lagi jika tidak bersamanya. "Edgar!!! Beliin susu." "Susu apa?' "Susu beruang!" "Tapi, kan kamu alergi susu sayang." &...
Coklat untuk Amel
186      161     1     
Short Story
Amel sedang uring-uringan karena sang kekasih tidak ada kabar. HIngga sebuah surat datang dan membuat mereka bertemu