Prolog
Baumeister and Leary argue that the lack of belongingness causes various undesirable effects, including a decrease in the levels of health, happiness, and adjustment. They further assert that people who lack belongingness suffer higher levels of mental and physical illness and are more prone to a broad range of behavioral problems, ranging from traffic accidents to criminality to suicide—Aaron Ben-Zeév Ph.D. (www.phsychologytoday.com)
Azura adalah gadis yang skeptis tentang perasaan manusia.
Ia tahu benar manusia bisa memiliki perasaan kasih sayang dan cinta, karena ia dulu juga pernah memilikinya.
Ia juga tahu bahwa perasaan yang sering digambarkan dengan sebuah potongan gambar berupa hati berwarna merah muda dan mengerucut di ujung bawah itu akan menuju pada sebuah rasa kepemilikan akan sesuatu. Orang tua merasa memiliki anaknya. Laki-laki memiliki hak penuh atas wanitanya. Seorang kawan akan sahabat dekatnya. Dan, kemudian menimbulkan rentetan perasaan lain: aman, bahagia, tenang.
Azura tidak menentang kata-kata dua psikolog—Baumister dan Leary—yang mengatakan bahwa kurangnya rasa kepemilikan akan berdampak pada hal-hal seperti kesehatan, kebahagiaan, dan penyesuaian diri. Mereka berkata orang-orang yang kurang memiliki rasa kepemilikan menderita tingkat penyakit mental dan fisik yang lebih tinggi sehingga rentan terhadap berbagai masalah perilaku, mulai dari kecelakaan lalu lintas, kriminalitas, sampai bunuh diri.
Tapi, gadis semuda Azura sudah paham akan hal itu, dan ingin membuktikan bahwa ia akan baik-baik saja.
Ia tidak akan merasa tidak bahagia.
Ia bukan ibunya,
Ia bukan ayahnya.
Ia hanya … dirinya sendiri. Yang sedang berjuang untuk membuktikan salah satu tulisan dari tabloid psikologi terbitan tahun 1995 itu tidak berlaku untuk dia.