Read More >>"> Dalam Genggaman Doltar
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dalam Genggaman Doltar
MENU
About Us  

Riuh sorak-sorai para penikmat acara hiburan yang sudah tak asing lagi. Dihiasai pendar-pendar cahaya lampu yang mewarna – warni membentuk sebuah koreografi tarian cahaya yang megah, diiringi gambar-gambar layar proyeksi yang sangat canggih seolah menambah kesan betapa agungnya acara ini. Dengan gagahnya Rud berdiri di atas panggung berbentuk persegi dengan luas 625 meter persegi, dikelilingi jeruji metal berbahan khusus yang dilapisi sebuah material tipis namun kebal terhadap peluru, senjata tajam, bahkan ledakan. Mungkin daripada terlihat seperti panggung arena , kesan sebuah penjara dirasa lebih tepat.

“Ini lah sang jawara kita penghancur lawan - lawannya yang belum terkalahkan berturut-berturut. Rrrruuuuuuudddd !” suara sang komentator pertandingan. Hanya butuh selang satu detik saja lanjut suara gemuruh teriakan penonton memeriahkan.

“Dan untuk sang penantang yang dengan keyakinan para pendukungnya berharap mampu mengalahkan Rud. Kita sambut Si Perkasa Goorrrgggoooonnn !”

Dia adalah Rud, dengan tinggi 140cm namun merupakan sosok bintang pertandingan olahraga adu fisik ini, atau orang dahulu lebih mengenalnya dengan istilah perkelahian, sedangkan saat ini orang menyebutnya hiburan. Sang pemenang yang meraih kemenangan beruntun satu tahun terakhir dan idola bagi para pecinta spekulasi yang hobi berjudi pada pertandingan paling populer ini.  

Sebuah pertandingan terpopuler dan termegah di kota ini, dikenal dengan nama Big Destruction. Kompetisi pertarungan yang sangat brutal dimana pemegang kendali atas waktu berakhirnya pertandingan secara mutlak berada pada dewan juri pertandingan tersebut. Penentuan kemenangan sangat jelas, dimana pemenang adalah yang masih berdiri di atas panggung arena atau yang masih hidup diantara keduanya. Tentu saja itu artinya ada kemungkinan bertarung hingga mati.

“Oh, tenang saja ini hanyalah perkelahian antar robot. Dalam artian ini hanyalah sebuah tontonan hiburan.” Setidaknya seperti itulah yang dikatakan mereka para penikmat acara ini dalam balutan suasana perjudian.

Namun diantara itu semua yang paling dianggap menarik di pertandingan ini adalah sesuatu yang mereka pertaruhkan sehingga mereka sangat antusias mengikutinya.  Pertaruhan benda yang mereka kultuskan. Bahkan konon benda itu bisa membeli semua kecanggihan bahkan kehidupan kota ini. Benda tersebut adalah alat pembayaran bernama Doltar. Hanyalah lembaran daun pohon Doltar seukuran telapak tangan orang dewasa dan diukir sedemikian menariknya namun memiliki nilai keramat tersendiri dikalangan para manusia ini. Dimana pemegang kendali Doltar adalah walikota. Pembuatannya sangat mudah karena sejatinya itu adalah lembaran daun kosong, namun mereka tidak peduli. Doltar tetap dikultuskan.

Kota Doltron, itulah nama kota ini. Sebuah kota metropolitan dengan berbagai kehidupan modernnya yang sangat sibuk. Bangunan gedung-gedung yang menjulang tinggi dan transportasi canggih dengan kecepatan super mulai dari darat dan udara semuanya ada di sini. Para pekerja kasar  bukan lagi seorang manusia, melainkan sebuah robot yang dianggap lebih berguna dan efisien daripada manusia. Atau bisa disebut sebagai kotanya para Robot. Tujuannya tentu saja untuk kehidupan kota yang hanya dihuni manusia-manusia berkualitas sempurna dengan pengetahuan tinggi. Tapi sisi kemajuan dan kecanggihan teknologi itu tertutup kabut mencekam yang menyelimut. Menjelaskan bahwa ketamakan akan selalu berdampingan dengan kemunafikan.

Dua tahun yang lalu di bukit taman kota, seorang bocah kecil berusia 8 tahun menangis tersedu-sedu. Sendirian dalam kerumunan manusia yang berlalu lalang. Suara tangis seakan tak terdengar dalam kesibukan mereka. Mungkin karena terlalu banyak bergaul dengan robot, membuat para manusia di sana sama seperti robot.

Bocah kecil itu duduk dibawah Pohon besar nan rindang. Terasa nyaman sebagai peneduh hati yang pilu. Lanjut berbaring berharap seseorang menemaninya saat ini.

Tak lama kemudian terdengar suara batuk dari seorang pria paruh baya mendekat, lalu duduk bersandar di bawah pohon tersebut.

“Sepertinya kita sama – sama merasakan kesialan hidup ini kawan,” cetus pria tersebut berharap bocah kecil itu mendengarkan.  Namun tetap saja bocah itu acuh tak acuh kepada pria tersebut.

“Lihatlah manusia – manusia yang berlalu lalang itu. Selalu menunduk, barangkali sedang mencari kepingan Doltar yang terjatuh. Tubuh mereka membungkuk kembali menjadi manusia purba,” sedikit lelucon dari pria itu. Sang bocah kecil tersenyum meskipun samar.

“Maaf tuan, tapi kata ayahku tidak boleh menanggapi orang asing yang tidak dikenal,” sahut bocah tersebut.

“Oh, menarik sekali kau. Beruntungnya memiliki anak yang pandai sepertimu.”
Wajah yang ramah namun dengan senyuman yang memelas, sepertinya pria ini bukan orang yang jahat.

“Maaf aku lupa memperkenalkan diri nak. Namaku Tomas, kau bisa menyebutku Tom dan meskipun ini tidaklah penting tapi aku adalah dokter,” kata pria itu.

“Oh ya halo Tom. Kau adalah orang yang hebat.”

“Kenapa bisa begitu ?” Tanya tom kepada bocah tersebut.

“Kupikir jadi seorang dokter adalah orang yang sangat hebat. Ayahku juga seorang dokter.”

“Sepertinya kau sangat mengagumi ayahmu,” tebak Tomas.

“Ya, dia seorang dokter yang suka menciptakan sebuah teknologi baru dan bermain-main dengan sebuah robot. Aku sangat mengagumi dan menyayanginya. Tapi sepertinya aku takkan pantas menjadi anaknya,” jelas bocah itu.

“Apa maksudmu ?”

“Ya, dia bilang bahwa aku ini anak yang gagal.”

Suasana percakapan semakin terasa intens untuk saling berbagi. Sang anak kecil itu menceritakan semua apa yang telah dialaminya. Dia dianggap gagal karena tidak bisa mengerjakan apa yg ditugaskan ayahnya kepadanya. Namun yang paling membuat ayahnya geram kepadanya karena menurutnya dia adalah anak yang bodoh, tidak pandai dalam urusan perhitungan matematika ataupun sains.

“Ayah bilang bahwa kau tak akan bisa berguna dikehidupan kelak. Lebih baik kau pergi bermain keluar seperti yang kau mau, namun jangan kembali sebelum kau menjadi pandai,” kata anak tersebut. Meskipun masih dibilang anak – anak, namun dia telah paham ucapan ayahnya tersebut bermaksud untuk mengusirnya.

“Dasar gila !” seru Tomas. “Aku tak paham dengan jalan pemikiran ayahmu yang gila itu. Kita para ilmuwan memang sepakat bahwa masa depan kehidupan dengan kemajuan iptek yang tinggi adalah tujuan utama, tapi aku tak menyangka dia menjadi membuangmu seperti ini.”

“Lalu bagaimana dengan ibumu ?” tanya Tomas.

Anak itu menjawab  “Dia.............” Bla bla bla anak itu bercerita mengenai ibunya meskipun terdengar sangat menyakitkan.

Sebuah obrolan berbeda generasi namun dalam satu situasi siksaan yang sama, yaitu kehidupan. Kecanggihan teknologi  di kota ini memang diluar akal sehat , tapi begitu pula dengan kehidupannya. Kebanyakan orang menjadi seperti mayat hidup yang berkeliaran. Para wanita kehilangan arah. Mereka berbaris seperti robot dalam kepatuhan akan sebuah perintah oleh seseorang yang dianggap berkuasa dengan Doltar dikantongnya. Manusia layaknya robot, yang seiring begulirnya waktu bergaul bebas dan hidup bersama.

“Lalu dimana putramu Tom ?” anak itu bertanya.

“Maaf mengecewakanmu. Tapi aku sama sepertimu, dianggap gagal dan sendirian. Seorang dokter yang gagal.” Sambil menjawab dia tersenyum, tapi masih dengan senyum yang memelas.

“Oh, maaf dokter. Aku tak bermaksud menyinggung.”

Ada perasaan haru dan sedikit tertegun Dokter Tomas mendengar sang anak meminta maaf sembari menyebutnya dengan panggilan dokter.

Sambil tersenyum, kemudian Tomas berkata  “Memang terasa menjengkelkan melihat pemandangan kota yang kusam ini. Tapi cobalah kita berbaring sejenak maka hamparan warna biru cerah menyejukkan yang akan kita lihat di atas.”

Sang anak berbaring mengikuti Tom, kemudian tersenyum dan berkata. “Apakah kau juga punya Doltar Tom ?”

“Bukankah sudah jelas seperti apa keadaanku ini , kenapa kau bertanya ?”

“Kalau begitu tenang saja Tom, karena aku juga tidak memilikinya.” Jawab anak itu dengan wajah polos. Kemudian mereka berdua tertawa sangat keras. Keras sekali.

Mereka memutuskan untuk bersama dengan kehidupan sederhana yang mereka jalani dan bahagia. Terlihat seperti layaknya sebuah keluarga, anak dan ayah. Mereka bebas bermain kesana kemari. Tomas mengajarkan apa yang dia ketahui kepada anak itu. Begitu pula anak itu, dengan kehadirannya disisi Tomas memberikan obat penawar kehampaan yang dijalaninya selama ini. Bahkan saat Tomas jatuh sakit, anak itulah yang dengan tulus merawatnya dan menemaninya.

“Lekaslah sembuh,” ucap anak kecil itu sambil menaruh kompres penurun demam di dahi Tomas. “Aku menyayangimu ayah.”

“Aku juga menyayangimu anakku.”

Tiba - tiba munculah sebuah tampilan layar proyeksi yang besar berlatar belakang warna hitam dan kumpulan gambar heksagonal dengan bingkai yang memancarkan cahaya biru menghiasi seluruh latar belakang warna hitam tersebut. Gambar – gambar tersebut menggambarkan suatu peristiwa yang pernah terjadi. Ternyata semua gambaran peristiwa itu adalah proyeksi memori yang tersusun rapi dan terpatri pada otak Rud.

Waktu terus berjalan, tuntutan kerasnya hidup senantiasa mendampingi. Manusia terus mencoba berbagai percobaan ilmiah yang keras. Hingga melibatkan individu manusia itu sendiri. Salah satunya sebuah penemuan tentang pembuatan robot dengan menggunakan otak manusia sebagai prosesornya yang disebut robot cyborg. Sebuah robot yang kelak akan memberikan banyak sekali Doltar bagi penciptanya.

 

Suara lonceng memekakan telinga pertanda pertandingan telah dibunyikan. Dengan cekatan Rud mengeluarkan pedang besi yang muncul dari kedua kepalan tangannya. Kemudian meyergap Gorgon dengan kecepatan penuh yang dibantu dorongan gas nitro dari betis kakinya.

“Traaang ...!” Namun gorgon yang bertubuh lebih besar daripada Rud, langsung dengan sigap menahannya menggunakan lengan tangan kanan besinya yang besar. Dilanjutkan dengan tangan kiri Gorgon yang berubah bentuk menjadi sebuah senjata api dengan peluru laser bersiap menembak tubuh Rud.

“Dooor !” Tanpa sempat menghindar,  tembakan keras itu mengenai tubuh Rud. Tubuhnya pun terpental hingga membentur jeruji metal arena itu. Penonton bersorak dengan kerasnya. Sungguh pertunjukan mutakhir yang heboh. Dengan tubuh yang mengeluarkan asap bekas sebuah tembakan, Rud mencoba berdiri kembali namun tiba – tiba memori itu muncul lagi.

“Tom, jika kau sungguh seorang dokter. Bisakah suatu hari nanti kau menciptakan sebuah robot untuk ku ?” tanya si kecil Rud.

“Untuk apa nak ? Bukankah kau sudah memilikinya ?” Kata Tomas menanggapi.

“Maksudmu ?”

“Ya, aku adalah robotmu yang akan selalu menemanimu,”  jawab Tomas dan memluk erat tubuh Rud.

Rud bangkit berdiri bersiap menyerang kembali, meskipun gelombang beta pada kesadarannya masih kecil. Namun dengan cepat ia kembali menyerang Gorgon dari depan dan bersiap mengayunkan pedang yang ada ditangganya. Tapi Gorgon pun telah bersiap menembakkan lagi pelurunya ke arah Rud.

“Dooor !” suara tembakan telah dilepaskan. Sosok Rud yang berada di depan Gorgon tiba –tiba menghilang dari penglihatan Gorgon. Ternyata Rud sudah berada di belakang Gorgon bersiap untuk menikam. Gorgon menyadarinya namun reaksinya sedikit terlambat. Pedang dari tangan kanan Rud menancap tepat pada dada Gorgon. Suara gemuruh penonton kembali terdengar. Gorgon mencoba menahan tubuhnya supaya tidak terdorong jatuh. Dengan wajah datar layaknya robot, Rud kemudian berbicara dengan nada datar kepada Gorgon.

“Menurut database. Definisi dari sebuah pertarungan adalah tindakan untuk saling mengalahkan satu sama lain dikarenakan sebuah faktor sebab yang menjadi pemicunya.  Kenapa kita bertarung ?” Tanya Rud kepada Gorgon, yang rupanya masih memiliki sedikit sifat skeptis manusia pada dirinya.

Gorgon pun menjawab selayaknya robot “Jawaban algoritma untuk pertanyaan tidak ditemukan. Program tidak mempunyai akses untuk menolak perintah.” jawab Gorgon dengan suara robotnya.

Memori ingatan Rud kembali muncul.

“Hei, bagaimana jika kau ikut denganku. Aku berjanji akan selalu menjaga dan merawatmu, dan mulai sekarang kau adalah anak ku,” kata Tomas kepada bocah kecil yang sudah menemaninya selama satu hari ini.

Dengan senyum memelas ciri khasnya dia melanjutkan. “Mulai saat ini aku akan memanggilmu Rud.”

Tubuh Rud tiba – tiba terlempar membentur jeruji metal dan menghasilkan suara yang keras.  Gorgon dengan tubuh yang juga sudah mulai rusak dan kerangka besi ditubuhnya yang sudah tidak tersusun rapi, menembakan peluru lasernya ke arah Rud. Satu kali tembakan, dua kali, tiga kali, dan tembakan yang terus bertubi – tubi menghujani tubuh Rud. Suara tepuk tangan penonton semakin keras dan sorak sorai disertai tawa semakin jelas terdengar.

Dalam keadaan tubuh yang rusak parah hingga kerangka besi wajah yang sudah hampir hancur, Rud melihat ke arah deretan tribun penonton. Sesosok wajah yang sudah sangat tidak asing lagi melihat tajam ke arah pertandingan tanpa berkedip.

“Kali ini kau kalah Tom. Maaf ini bukan hari keberuntunganmu,” cetus seorang pria tua yang duduk di sebelah Tomas.

Mendengar itu Tomas kemudian menolehkan wajahnya dan menjawab.  “Ya, saatnya untuk mengistirahatkan robot itu.” Sambil menyalakan cerutu yang ada di mulutnya.

Robot pengantar minuman datang ke hadapannya. Smbil mengambil minuman dia berkata. “Sudah kubilang kan? Lihatlah Gorgon ku yang menakjubkan itu. Sebuah  mahakarya harus diciptakan dari darah dagingmu sendiri,” kata pria tua itu tersenyum.

“Mungkin kau benar. Baiklah, nanti aku akan pergi ke toko penyedia katalog wanita itu dengan membawa beberapa Doltar untuk membuat robot yang berkualitas. Sama seperti caramu.”  Mereka berdua tersenyum yang dilanjutkan dengan tawa. Dengan bahagianya Tomas tertawa.

Gorgon berjalan gontai mendekati Rud yang sudah tergeletak berdaya. Setengah badannya hampir hancur. Gorgon kemudian mencekik leher Rud dan mengangkatnya.

Dengan bola mata robotnya yang berwarna hijau. Rud masih melihat ke arah Tomas, berniat mengucap perpisahan kepada sang ayah yang menjadi sebuah pertanda bahwa waktu milik Rud akan segera berakhir. Meskipun pada kenyataanya Tomas tidak peduli lagi.

 

Suara derap langkah kaki berlari mendekati sebuah pintu rumah kecil nan sederhana. Pintu rumah itu dibuka oleh bocah kecil yang berlari tersebut dan langsung memasuki rumah.

“Tomas, ada berita gawat,” kata Rud kecil yang baru saja pulang.

“Tomas ? Kau ada di rumah kan ? Kau dimana ?” tanya bocah kecil yang terlihat kebingungan itu.

“Kau sudah dengar kabarnya ? Bahwa orang – orang yang tidak sanggup memiliki Doltar yang banyak seperti kita akan dilenyapkan karena,” sambil meneteskan air mata dia melanjutkan. “Karena dianggap menyusahkan.”

Tiba – tiba sosok siluet hitam membawa pisau bedah berdiri di belakang Rud kemudian menikamnya. Darah merah pun bercucuran dan sebuah operasi percobaan cyborg telah dimulai.

Seorang anak kecil yang hidup dalam suasana kota yang gila pun telah tiada. Tapi ingatan dan memorinya tetap hidup di dalam otak yang diletakkan pada kepala robotnya.

Kembali pada pertandingan. Tangan Gorgon masih mencekik leher Rud yang diangkatnya. Rud sudah tidak mampu melawan karena kerusakan sistem dan energi yang ada ditubuhnya sudah tidak bisa tertolong. Hanya tinggal setitik kesadaran yang tersisa pada Rud. Dengan setitik kesadaran itu ia habiskan hanya untuk melihat sang ayah sedang tertawa di sudut tribun penonton.

Otak Rud masih terus bekerja memikirkan jawaban atas pemahaman mengenai perbedaan manusia dan robot. Saat ini pandangan terhadap keduanya menjadi terlihat sama dan sangat membingungkan. Apa itu moral ? Apa itu hasrat ? Dan apa itu kasih sayang ?

“Hancurkan !”

“Selesaikan sekarang juga !”

“Ya, musnahkan dia !” Seruan para penonton dengan kompaknya menyeru. Tangan Gorgon mengayun meluncur deras ke bawah, membanting si robot pendek itu. Tubuhnya hancur dan kali ini benar – benar hancur. Penonton bersorak.

Kesadaran Rud perlahan mengecil dari gelombang beta, alfa, tetha, hingga menuju frekuensi terkecil dan kemudian lenyap. Tak ada yang peduli, tak ada yang menangisi. Karena Rud hanyalah sebuah robot dan hati yang telah menjadi besi.

Begitulah manusia Doltron dengan benda keramat Doltar yang mengubah segalanya, dan kebanggaan sifat–sifat tamak mereka. Tapi tenang, semuanya telah berakhir. Di sini akhirnya Rud dan aku bertemu. Di alam ini kita berbagi cerita.

Tags: fiksi fiksi

How do you feel about this chapter?

0 2 1 3 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • niinanola

    Kak kasih dukungannya dong kak di ceritaku ini. https://tinlit.com/read-story/4399/18066

    Dibaca ya, Kak. Komentari klo emang ngakak ataupun garing. Oke, Kak?

  • dear.vira

    CERITANYA BAGUS BANGET, KUNJUNGI CERITAKU YUK https://tinlit.com/read-story/1436/2575, BANTU LIKE DAN CMMENT NYA YAA.. :)

  • dinda136

    Mampir yuk ke cerita ku, makasih
    https://tinlit.com/story_info/2957

  • xxxamalia

    What a incredible story. Keren !

  • Pat

    Ceritanya bagus sekali.

Similar Tags
Premium
Cheossarang (Complete)
9850      1628     3     
Romance
Cinta pertama... Saat kau merasakannya kau tak kan mampu mempercayai degupan jantungmu yang berdegup keras di atas suara peluit kereta api yang memekikkan telinga Kau tak akan mempercayai desiran aliran darahmu yang tiba-tiba berpacu melebihi kecepatan cahaya Kau tak akan mempercayai duniamu yang penuh dengan sesak orang, karena yang terlihat dalam pandanganmu di sana hanyalah dirinya ...
Between Earth and Sky
809      479     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
Bifurkasi Rasa
88      75     0     
Romance
Bifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah rasa sesal ini tetap ada, agar aku bisa merasakan kehadiranmu yang telah pergi. --Nara "Kalau suatu saat ada yang bisa mencintai kamu sedal...
(L)OVERTONE
1939      677     1     
Romance
Sang Dewa Gitar--Arga--tidak mau lagi memainkan ritme indah serta alunan melodi gitarnya yang terkenal membuat setiap pendengarnya melayang-layang. Ia menganggap alunan melodinya sebagai nada kutukan yang telah menyebabkan orang yang dicintainya meregang nyawa. Sampai suatu ketika, Melani hadir untuk mengembalikan feel pada permainan gitar Arga. Dapatkah Melani meluluhkan hati Arga sampai lela...
Jawaban
349      219     3     
Short Story
Andi yang digantung setelah pengakuan cintanya dihantui penasaran terhadap jawaban dari pengakuan itu, sampai akhirnya Chacha datang.
Orange Haze
362      253     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
SATU FRASA
13767      2764     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Bloody Autumn: Genocide in Thames
8570      1945     54     
Mystery
London, sebuah kota yang indah dan dikagumi banyak orang. Tempat persembunyian para pembunuh yang suci. Pertemuan seorang pemuda asal Korea dengan Pelindung Big Ben seakan takdir yang menyeret keduanya pada pertempuran. Nyawa jutaan pendosa terancam dan tragedi yang mengerikan akan terjadi.
Kumpulan Cerpen Mini (Yang Mengganggu)
1395      856     11     
Humor
Cerita ringkas yang akan kamu baca karena penasaran. Lalu kamu mulai bertanya-tanya setelah cerita berakhir. Selamat membaca. Semoga pikiran dan perasaanmu tidak benar-benar terganggu.
Istri Tengil Gus Abiyan
415      307     4     
Romance
Sebelum baca cerita author, yuk follow ig author : @Safira_elzira, tiktok: @Elzira29. Semua visual akan di poating di ig maupun tiktok. •••●●••• Bagaimana jadinya jika seorang gadis kota yang tiba-tiba mondok di kota Kediri jawa timur. Kehiudpan nya sangat bertolak belakang dengan keseharian nya di Jakarta. Baru 3 minggu tinggal di pesantren namun tiba-tiba putra pemilik kiayi m...