" Iya, aku bawa." Anjeli mengambilnya pada tasnya dan memberikannya pada Anjelina melalui lubang persegi kecil tapi lubang itu ada laser listrik yang tak tampak. Anjeli kesakitan setelah menyentuh laser itu.
" Aku baru ingat, disitu ada laser listriknya."
" Kenapa tidak bilang dari tadi? Lihat, tanganku sakit jadinya." Anjeli kesal.
" Maaf, aku tadi lupa."
" Lalu bagaimana cara untuk mematikannya?"
" Kau lihat samping kirimu, ada tombol berwarna hijau. Tekanlah!" Anjeli pun menekan tombol itu dan akhirnya lasernya pun bisa dimatikan. " Sekarang berikan komputerku, lalu hubungkan alat kecil ini pada kotak kata sandi itu." Anjeli pun langsung melakukannya. Anjelina pun mengetikkan tangganya pada komputer itu. Dengan sekejab, pintu dapat terbuka. Mereka pun pergi untuk melarikan diri.
Penjaga itu mengetahui bahwa Anjelina kabur dari sel. Dia cepat-cepat membunyikan alarm dan memberitahukan kepada Jai Dixit. Jai Dixit terkejut dan langsung berlari menuju pintu keluar.
" SEMUANYA! TUTUP SEMUA PINTU DAN GERBANG! JANGAN SAMPAI DIA LOLOS!" Perintah Jai Dixit kepada semua anggota.
Anjeli dan Anjelina mencoba keluar dari 2 pintu kaca tapi pintu itu tertutup dan tidak bisa dibuka.
" Apa yang harus kita lakukan, Anjeli?" Anjelina bingung.
" Entahlah, Anjelina. Tunggu, apa kau berpikir tentang apa yang aku pikirkan?"
" Apa? Tidak...tidak...Anjeli aku tidak mau melakukannya." Jai Dixit dan para polisi itu mulai menemukan mereka dan mencegah mereka untuk keluar.
" Lihat! Mereka mulai datang. Percayalah padaku, Anjelina!"
" Argh...baik...baiklah!" Anjelina sedikit kesal.
" Baik, 1...2... Loncat!" Mereka berdua langsung melompat dan menembus pintu kaca itu. Kaca itu pecah dan kepingan kaca bertebaran, mereka nekat untuk melakukannya demi meloloskan diri.
" Jika kau menyuruhku lagi, aku akan membunuhmu, Anjeli." Mereka pun langsung lari menuju motor spot milik Anjeli dan pergi.
" TANGKAP MEREKA! JANGAN SAMPAI MEREKA PERGI!" Perintah Jai Dixit. Dia menyadari kalau Anjeli punya kembaran yanitu Anjelina. Dia pun menyuruh para polisi itu bergegas mengambil mobil patrol dan mengejar mereka berdua. Saat hendak pergi, Anjelina sempat melihat kebelakang dan disana terlihat Bhairav berdiri.
Ditengah pelariannya, Anjelina memikirkan kejadian saat dijebak oleh Bhairav. Hari mulai pagi dan mereka masih berada diperjalanan karena saat malam, polisi-polisi itu masih mengejar mereka.
" Anjelina, mereka masih mengejar kita?"
" Sepertinya tidak, Anjeli."
" Baiklah. Kita istirahat dulu disini." Anjeli pun berhenti disuatu berbukitan dan dikelilingi oleh taman bunga. Anjelina pun duduk dipinggir taman bunga itu sambil mendekapkan tangannya.
Anjeli heran melihat ekspresi wajah Anjelina yang sangat sedih dan muram. Dia pun menurunkan jagang motor itu dan duduk di samping Anjelina.
" Anjelina, kenapa kau sedih? Dan kenapa kau bisa tertangkap oleh mereka?"
" Bhairav...Bhairav yang melakukannya, huhuhu...." Anjelina menangis.
" Kenapa bisa? Ceritakannya kepadaku!"
" Begini Anjeli, saat itu Bhairav mengajakku ke taman kota. Dia memegang tanganku, lalu tiba-tiba Jai Dixit, 2 temannya dan para polisi itu datang menangkap aku. Aku mencoba melarikan diri tapi aku tersesat dan terjebak di suatu jalan buntu. Setelah itu, Jai Dixit dan polisi itu datang dan kau tahu Anjeli, dibelakang Jai Dixit ada Bhairav. Ternyata selama ini Bhairav menjebakku dan dia adalah anak dari Jai Dixit, huhuhu..." Anjeli menangis dan menaruh kepalanya pada pundak. Anjeli terkejut mendengarnya dan mencoba menenangkan Anjelina
" Tenang Anjelina, mulai besok kita tidak akan menjadi pencuri lagi. Kita akan menjadi rakyat biasa. Lagipula pekerjaan kita sudah selesai." Akhirnya mereka saling berpelukan.
Menarik...
Comment on chapter Twins Sister