Beberapa hari kemudian, mereka masih merantau di berbagai kerajaan. Beberapa bulan sebelumnya mereka tersesat di hutan ilusi yang jika seseorang masuk ke hutan itu, maka dia pun tidak akan keluar lagi. Hutan itu di jaga oleh Raksasa Himda dan Raksasa wanita Himdi. Raksasa Himda menyuruh Raksasa Himdi untuk memancing ke perangkapnya tapi kelamaan saat bertemu Bimadara, Raksasa Himdi mulai menyukainya dan mencoba mengeluarkan mereka dari hutan itu. Raksasa Himda mengetahuinya dan dia pun menantang Bimadara untuk merebut kekuasaannya dan menikahi adiknya, Bimadara pun setuju.
Dengan kekuatan seribu gajahnya, Bimadara pun menang dengan mudah, dia menjadi penguasa hutan ilusi dan menikahi Raksasa Himdi dan memiliki bayi yang bernama Gatak, hanya 1 tetes darah dari ayahnya, bayi itu langsung menjadi dewasa. Raksasa Himdi ingin mereka tinggal di hutan itu tapi mereka harus pergi dan anaknya akan mewarisi kekuasaan ayahnya di hutan ilusi itu.
" Jika ayah ingin bertemu denganku atau meminta bantuanku, panggil namaku 3 kali." Kata Gatak. Mereka berpamitan dan melanjutkan perjalanannya.
3 hari kemudian, mereka tiba di Kerajaan Pancati dan menginap di rumah kakek pemilik toko gerabah. Bimadara dan Arnaka membantu mengambil tanah liat di belakang bukit.
Bersamaan dengan itu, Raja Panwat menginginkan anak laki-laki tapi dia sudah ditakdirkan memiliki anak perempuan jadi dia melanggar peraturan dewa. Ada 2 pendeta yang dapat membuat anak yang berasal dari api dan Raja Panwat menyuruh mereka untuk melakukannya. Raja Panwat sudah menerima anak laki-laki yang dalam beberapa detik anak itu menjadi dewasa. Raja Panwat tidak menginginkan anak perempuan tapi api yang semula biasa-biasa saja menjadi besar dan keluar anak perempuan yang dalam beberapa detik menjadi dewasa.
" Raja Panwat, anak ini anugerah dari Dewa dan dari anak ini lah akan muncul dinasti baru. Jika kau tidak ingin menerimanya, kerajaanmu akan hancur!" Seru salah satu pendeta tersebut. Raja Panwat menerimanya dan dia beri nama Agniya dan anak laki-lakinya dia beri nama Destama.
Keesokan harinya, Raja Panwat membuat sayembara merebutkan Putri Agniya. Pangeran Kasran, saudara Arnaka, datang ke sayembara tersebut untuk membantunya. Para Pandish mengajak ibunya untuk melihat sayembara itu tapi dia menolaknya.
Sayembara dimulai, para raja dan pangeran datang ke sayembara itu karena kecantikan Putri Agniya. Danadyaksa, Dikarna, Kara dan Paman Sahkini datang ke sayembara itu.
" Selamat datang, Para Raja dan pangeran! Perkenalkan aku adalah Pangeran Destama, Putra dari Raja Panwat. Aku akan menunjukan cara merebutkan adikku, Putri Agniya yaitu kalian harus menembakan 1 panah pada mata ikan yang ada di langit dengan cara melihat pantulan dari air ini." sambil menunjukan kolam air di depannya.
Satu per satu raja dan pangeran tidak bisa melakukannya karena busur itu sangat berat. Giliran Dandyaksa, dia memberikan kesempatan ini pada Kara tapi Putri Agniya menolak karena dia tidak mau menikahi anak kusir. Hati Kara hancur mendengarnya tapi dia memendam rasa itu, Danadyaksa membela Kara dan mencoba menghancurkan busur itu tapi dia tidak bisa dan busur itu kembali ketempat asalnya.
Raja Panwat putus asa dan menyerahkan semua pada Pangeran Kasran. Bertepatan kehadiran Para Pandish, Pangeran Kasran memutuskan para pendeta untuk mencoba sayembara ini. Bimadara menyuruh Arnaka untuk mencoba sayembara ini. Arnaka ragu-ragu dan Pundhistira sebagai kakak tertua mengijinkan Arnaka mencoba Sayembara ini.
Ketika Arnaka yang menyamar itu menaiki panggung, dia ditertawakan oleh para raja dan pangeran tapi dia menghiraukannya. Arnaka mulai mengambil busur dan panah tersebut dan mulai membidik mata ikan itu. Arnaka mulai menembakan panahnya dan... panah itu tepat terkena mata ikan itu. Para raja dan pangeran menganga menyaksikannya dan para pendeta bersorak gembira. Dan akhirnya Arnaka berhasil mendapatkan Putri Agniya. Sebelum pernikahan, mereka harus meminta restu dari Ibu Kisandra.
Mereka berjalan menuju pondok mereka. Setelah sampai, ternyata Ibu Kisandra sedang melakukan persembahan untuk dewa-dewa. Arnaka ingin menunjukan Putri Agniya pada Ibu Kisandra tapi dia menutup matanya.
" Ibu, lihatlah! aku membawa sesuatu." Kata Arnaka.
" Arnaka, sudah aku bilang kalau kau membawa sesuatu, kau harus membaginya pada saudara-saudaramu." Semua terkejut mendengarnya. Ibu Kisandra tidak tahu bahwa sesuatu itu dimaksudkan adalah Putri Agniya. Ibu Kisandra kaget melihatnya dan menyesal tentang apa yang dikatakan barusan. Dengan berat hati, Putri Agniya setuju untuk menikahi 5 anak Ibu Kisandra. Pernikahan berlangsung, Pandish pun menikahi Putri Agniya satu per satu.
Kakek Bisma dan Perdana mentri Wasuna sudah mengetahui bahwa pendeta yang melakukan sayembara itu adalah Arnaka karena di dunia ini hanya Arnaka yang menjadi pemanah sejati. Kakek Bisma meminta Raja Darashtra untuk membawa Para Pandish, Ibu Kisandra dan Putri Agniya untuk datang ke Kerajaan untuk dinobatkan. Danadyaksa, Dikarna dan Paman Sahkini kaget mendengar bahwa Para Pandish dan Ibu Kisandra masih hidup dan mereka kesal.
Malamnya, Danadyaksa datang ke kamar ayahnya dan meminta untuk membangun kerajaan sendiri untuk Para Pandish agar Danadyaksa menjadi penerus raja kerajaan Ataram. Raja Darashtra menyetujuinya.
Keesokan harinya, Para Pandish, Putri Agniya dan Ibu Kisandra pergi ke Kerajaan Ataram. Beberapa jam kemudian, mereka sampai ke Kerajaan Ataram. Mereka disambut hangat oleh rakyat Kerajaan Ataram dan keluarga istana sudah menunggu di depan gerbang istana.
Rapat dimulai, Raja memutuskan untuk membagi kerajaan Ataram dan diberikan kepada Para Pandish tapi dengan 1 syarat yaitu Para Pandish harus berpisah dengan Ibu Kisandra dan Kakek Bisma. Para Pandish menyetujuinya dan berpendapat letak kerajaanya berada di Kandasta. Orang-orang terkejut karena pendapat Para Pandish. Ada legenda bahwa Kandasta adalah tanah gersang yang di lindungi oleh sebuah naga yang sangat menakutkan.
Keesokan harinya, Pundhisira resmi menjadi pemilik Kandasta. Mereka berpamitan pada keluarga istana dan berangkat menuju Kandasta bersama sebagian rakyat kerajaan Ataram. Tempat itu lumayan jauh dari kerajaan Ataram. Tak lama kemudian, mereka sampai di Kandasta. Mereka pun melakukan ritual kepada dewa untuk meminta perlindungan. Tiba-tiba naga yang mengerikan muncul dari tanah. Rakyat tersebut berlarian setelah melihat naga itu. Para Pandish pun mengalahkan naga itu dan Putri Agniya masuk ke keretanya.
Putri Agniya merasa kehausan dan tak sengaja menumpahkan air minumnya. Air itu yang jatuh di tanah pun berubah menjadi hijau dan naga itu merasa kesakitan. Putri Agniya heran melihatnya dan menyuruh rakyatnya untuk mengambil air untuk menyiram tanah gersang itu. Dan akhirnya naga itu mati dan berubah menjadi arwah, ternyata arwah itu adalah raja dari kerajaan Kandasta yang dikutuk karena kesombongannya. Arwah itu berterima kasih dan membangun kerajaan untuk Para Pandish dan Putri Agniya. Kerajaannya begitu megah bahkan lebih megah dibandingkan Kerajaan Ataram. Mereka menamainya Kerajaan Nagasta yang diambil dari kata Naga, penjaga tanah tersebut dan asta, nama tempat tersebut.
Beberapa bulan kemudian, Arnaka melanggar janji yang disepakati oleh Para Pandish dan akhirnya dia mengasingkan diri ke hutan untuk menjalani hukumannya. Mereka menunggu 1 tahun untuk menunggu Arnaka kembali dan menobatkan kakaknya, Pundhistira menjadi raja.