Setelah perang, mereka bisa menemui keluarga mereka. Raja Darashtra pun mengadakan pesta atas kemenangan mereka. Ibu Kisandra mengundang keponakannya yang bernama Badra dan dia pun berteman dengan Kamala, adik Danadyaksa.
Keesokan harinya, Badra ingin kembali pulang ke kerajaannya yang ditemani oleh Arnaka. Saat tiba disana, Arnaka bertemu dengan kakak Badra yang bernama Kasran. Arnaka dan Kasran pun menjadi saudara sekaligus teman baik.
Di sisi lain, Danadyaksa, Paman Sahkini, Dikarna dan Kara merencanakan cara untuk mengahancurkan Para Pandish dan Ibu Kisandra tapi Kara tidak ingin Ibu Kisandra mati di tangan mereka. Mereka berencana membuat istana yang mudah terbakar, istana itu dinamakan Bratasura dan pemilik istana itu ditujukan oleh teman setia Danadyaksa.
Setelah rencana sudah diatur, teman setia Danadyaksa, Wandu, mengundang Para Pandish dan Ibu Kisandra untuk datang ke istana barunya. Karena Arnaka masih belum kembali dari kerajaan tempat tinggal Badra dan Kasran, jadi hanya Ibu Kisandra, Pundhistira, Bimadara, Nismara dan Sadina yang datang ke istana milik Wandu.
Istananya lumayan besar, pencahayaannya menggunakan cahaya bulan bukan obor atau api jadi di setiap ruangan ada banyak sekali kaca untuk memantulkan cahaya dan itu kesempatan Nismara karena dia suka sekali mengaca.
Malamnya, Bimadara tidak bisa tidur karena kelaparan dan meminta Sadina untuk menemaninya untuk mencari dapur. Tapi anehnya dapur istana itu tidak ada di dalam istana melainkan di luar istana dan jaraknya begitu jauh. Bimadara dan Sadina sedikit heran dan curiga, akhirnya mereka menghampiri dapur istana tersebut.
Pagi harinya, mereka melakukan ibadah untuk mengenang ayahnya, Pandirata, dan ibu kedua, Mindra. Setelah selesai, Arnaka tiba dari Kerajaan Yadaw, tempat tinggal Badra dan Kasran. Mereka pun menikmati keindahan istana itu tapi tiba-tiba Perdana Mentri Wasuna mengirim sekarung beras dan di dalamnya ada seekor tikus. Mereka heran kenapa ada tikus berada di dalam karung. Tikus itu loncat kearah Nismara yang bisa bicara dengan hewan.
Hari Menjalang malam, saatnya mereka untuk makan malam dan makanan sudah disajikan. Pundhistira menyarankan Nismara untuk memberi makan pada tikus itu, tapi Bimadara yang mengambilkan makanan di dapur istana. Di dapur istana, ada Wandu yang sedang membuat makanan, dia memberikan semangkuk bubur dan Bimadara kembali untuk memberikan makanan pada Nismara. Bimadara dan Ibu Kisandra langsung pergi ke meja makan.
Tikus itu memakan bubur itu tapi setelah itu, tikus itu pergi untuk menunjukan sesuatu pada Pundhistira, Arnaka, Nismara dan Sadina. Ternyata tikus itu menujukan dinding di kamar mereka yang meleleh karena panas cahaya bulan yang terlalu lama. Mereka kaget melihat itu dan tiba-tiba tikus itu pingsan dan mati.
" Kenapa bisa tikus itu mati?" Nismara sedikit heran dan kebingungan.
" Mungkin, bubur itu ada racunnya." Jawab Pundhistira.
" Tunggu kak, bagaimana kalau Ibu dan Kak Bimadara sudah makan bubur itu?" Tanya Arnaka.
" Sebaiknya kita beritahu, ayo!" Mereka segera pergi menuju meja makan.
Ibu Kisandra tiba di meja makan dan ternyata Bimadara sudah duluan duduk meja makan. Makanan di meja itu banyak sekali dan Bimadara hanya melihat makanan itu karena bingung harus memulai dari mana. Ibu Kisandra tersenyum melihat Bimadara.
" Ibu, sudah datang? Sini Ibu, duduk di sebelahku." Ibu Kisandra duduk. Bimadara mengambil bubur yang ada didekatnya " Aku makan ini saja. Ibu, aku makan duluan soalnya aku sudah lapar." Bubur itu dituangkan pada mangkuknya. " Ibu tidak makan?"
" Tidak, aku menunggu saudaramu saja."
" Baiklah kalau begitu." Bimadara menyendok makanan itu dan memasukkannya pada mulutnya. Sebelum sampai dimulutnya, Arnaka menghentikan Bimadara dan memberitahukannya kalau bubur itu beracun.
" Tapi untuk apa mereka membunuh kita?" Bimadara bingung
" Entahlah, sebaiknya kita segera pergi sebelum mereka membakar tempat ini." Jawab Pundhistira. Mereka pun segera mencari pintu keluar.
Pelayan istana itu mendengar percakapan mereka dan segera memberitahukannya pada Wandu. Dia pun tanpa ragu-ragu menyuruh pelayan-pelayannya untuk segera membakar istana itu.
Setelah mereka menemukan jalan keluar, Api yang ada didepan mereka mulai membesar dan menghalangi pintu keluar. Mereka pun mencoba mencari pintu keluar lain tapi api itu menghadang mereka. Mereka bingung harus melakukan apa.
" Ini pasti perbuatan Danadyaksa!" Bimadara marah sambil menginjak tanah dan tanah itu retak.
" Lebih baik kita membuat lubang bersama-sama." Kata Arnaka. Mereka pun menggali-gali tanah yang retak itu.
Kakek Bisma terkejut mendengar kabar tentang kebakaran di Istana Bratasura. Dia pun langsung menuju istana itu menolong mereka tapi sudah terlambat karena istana itu sudah lenyap. Danadyaksa, Paman sahkini dan Dikarna senang mendengar kabar itu karena rencananya mereka berhasil, kecuali Kara.
Para Pandish dan Ibu Kisandra menggali tanah itu dan akhirnya keluar ke sebuah hutan. Mereka memutuskan untuk menyamar sebagai pendeta dan pergi ke utara untuk merantau.