Beberapa hari kemudian, Raja Darashtra mengumumkan bahwa julukan anak Pandirata dinamakan Pandish dan sedangkan anak Darashtra dinamakan Darash agar mereka mudah untuk memanggil mereka.
Siangnya, Pandish dan Darash sedang bermain lempar tangkap di dekat hutan. Saat bola itu dilemparkan oleh Dikarna, bola itu tak sengaja masuk ke sumur tua. Mereka tak bisa mengambilnya karena sumur itu cukup dalam. Tiba-tiba ada seseorang melemparkan kayu kecil ke dalam sumur itu dan kayu itu menancap pada bola. Orang tersebut melempar-lemparkan kayu itu menjadi tongkat panjang akhirnya mereka bisa mengambil bola tersebut.
Orang itu cukup tua dan memakai baju layaknya pendeta ternyata dia adalah Darpa. Pandish dan Darash membawa orang yang bernama Darpa itu ke istana untuk memberitahukan pada Raja Darashtra.
Ternyata Kakek Bisma kenal dengan Darpa. Darpa adalah seorang pendeta miskin yang pernah mempelajari seni bertarung yang dilatih oleh pendeta Jayasri, pendeta paling terkenal. Dia pernah bersahabat dengan Pangeran Panwat dari Kerajaan Pancati, dia berjanji kelak setelah dinobatkan menjadi raja, sahabatnya, Darpa akan membantunya tapi janji itu tidak pernah ia tepati. Setelah dinobatkan, Panwat semakin lama semakin angkuh. Ketika Darpa pergi ke Kerajaan Pancati untuk meminta uang untuk kebutuhan, Panwat pun tidak mengaku menjadi sahabat Darpa. Darpa berjanji kelak dia akan membalas dendamnya untuk membagi kerajaan Pancati untuk anaknya.
Kakek Bisma memutuskan bahwa Pandis dan Daras akan mempelajari seni bertarung yang dilatih oleh Guru Darpa dan Raja Darashtra menyetujuinya. Di tempat pelatihan untuk Pandis dan Daras, Danadyaksa dan Dikarna bertemu dengan anak Guru Darpa yang bernama Astama. Danadyaksa ingin menjadi sahabat sejati dengan Astama untuk membantu menghancurkan Pandis. Astama mencoba menolaknya tapi Danadyaksa membujuk Astama dengan kekayaan Danadyaksa, akhirnya Astama menyetujuinya.
Pundhistira ahli di bidang seni tombak, Bimadara ahli di bidang seni gada, Arnaka ahli di bidang seni panah, Nismara ahli di bidang seni pedang, dan Sadina ahli di bidang seni kapak. Danadyaksa tak ingin kalah dengan Bimadara jadi dia pun menjadi ahli di bidang seni gada juga.
Beberapa tahun kemudian, Para Pandish dan Para Darash mulai tumbuh dewasa. Saatnya mereka menyelesaikan seni bertarungnya. Sebelum menemui keluarganya, mereka harus menampilkan aksi bertarungnya.
Mereka muncul ke lapangan medan bertempur dengan sangat menakjubkan. Saat Danadyaksa bertarung dengan Bimadara, dia hampir membunuh Danadyaksa karena Bimadara akan membalas dendam sudah mencoba membunuhnya jadi dia didiskualifikasi. Ketika Danadyaksa melawan dengan Arnaka, mereka dikejutkan dengan seorang pemanah dan ternyata dia adalah Kara. Arnaka merasa disaingi oleh Kara jadi mereka bertarung.
Danadyaksa ingin menjadi temannya dan menjadi Raja di Kerajaan Anggi. Setelah Kara memperkenalkan dirinya, Ibu Kisandra terkejut melihat Kara karena sudah lama merindukannya. Sampai terkejutnya, Ibu Kisandra pun pingsan dan pertarungannya dibatalkan. Setelah sadar, Ibu Kisandra bisa menemui anak-anaknya.
Saat di sidang istana, Raja Darashtra memberi imbalan pada Guru Darpa tapi dia menolak. Dia tak ingin menerima imbalan tapi dia ingin membalas dendamnya pada Raja Panwat. Raja Darashtra menyetujuinya walaupun dia takut anaknya mati di medan pertempuran.
Keesokan harinya, mereka berangkat menuju Kerajaan Pancati. Di tengah perjalanan, Daras tak ingin berperang dengan Pandis dan dia menantang kalau 100 Darash lebih kuat dibandingkan 5 Pandish, akhirnya Para Darash pun pergi meninggalkan Pandish dan Guru Darpa.
Raja Panwat sudah mengatur pasukannya yang dikomandoi oleh wanita yang bernama Sriyat. Putri Sriyat adalah reinkarnasi dari Putri Ambi yang berjanji akan membunuh Kakek Bisma karena dia tidak ingin menikahinya. Formasi perang Raja Panwat pun terbentuk menjadi cakra.
Tak lama kemudian, Para Darash datang menuju medan perang. Prajurit Raja Panwat pun bersiap-siap. Para Darash mencoba mencari jalan masuk dari formasi itu dan mereka berhasil. Mereka mencoba menuju pusat dari formasi itu untuk membunuh Raja Panwat dan ternyata Raja Panwat tidak disana, Para Darash itu pun dijebak dan ditangkap oleh prajurit. Raja Panwat mengira kalau Kakek Bisma ikut perang karena dia ingin membalas dendam karena sudah mempermalukan Kerajaan Pancati.
Hari mulai siang dan Pandish sudah mendatangi medan perang itu. Yang bisa memecah formasi itu hanya Arnaka. Tak lama kemudian, mereka bisa masuk ke formasi itu dan membebaskan Para Darash. Para Pandish menyerang Raja Panwat sedangkan Para Darash menyerang prajurit dan Putri Sriyat itu.
Raja Panwat yang menunggai gajah itu pun datang ke medan perang. Dari 5 Pandish hanya Arnaka yang bisa lolos dari formasi cakra itu. Raja Panwat dan Arnaka pun mulai berduel panah dan akhirnya Raja Panwat pun menyerah karena Arnaka lebih kuat dibandingkan Raja Panwat. Perang pun selesai dan Guru Darpa sudah puas menerima balas dendamnya. Raja Panwat pun membagi kerajaannya dan diberikan kepada anak Guru Darpa, Astama.