Panasnya matahari pagi ini benar-benar telah melengkapkan hari ini. Panas dan menyengat srta tanpa ada angin yang menyapa sebagi penurun suhu panas. Begitu juga dengan diriku yang tak kuasa menahan cacing dalam yang menyiksa perutku serta membuat pikiranku menjadi buntu.
“Erika Ve! Coba kamu kerjakan soal no D!” Panggil Ibu Azma tiba-tiba.
Aku tertegun. Aku sadar bahwa diriku tak memperhatikan pelajaran. Aku pun berjalan dengan lesu kearah papan tulis. Kuambilkan kapur. Menulis soal dengan seksama tanpa sadar apa yang sebenarnya sedang aku lakukan.
“Erika! Kenapa kamu? Sakit? Oke gak apa-apa. Kamu boleh duduk sekarang.”
Aku memutarkan tubuhku kembali ketempat duduk. Aku merasa bahwa ini bukan diriku yang seperti biasa. Hari ini begitu membuatku lelah tanpa alasan, yang aku sendiri tak tau harus menafsirkan bagaimana.
“Erika, what Happen? Koq gak semangat?”
“Lagi gak mood. Trus cuacanya juga panas. Ngak ngedukung buat otak encer” jawabku singkat sambil mengipas-ngipas diri dengan tanganku.
Bel pulang sekolah yang ditunggu akhirnya berbunyi. Aku pulang tanpa mau berkomentar apapun tentang apapun dan siapapun. Hari ini telah menyihirku menjadi patung yang diam seribu bahasa.
“Kak Masnya datang tu!” Ulfa menepuk pundakku
“Hei lucu sekali. Kakak udah masang wajah manis. Trus senyum yang begitu merekah. Koq gak dibalas sih” Tiba-tiba aku mulai bersemangat
“Hahahahahah…. Mungkin dia takut. Ih kasihan banget kakaku dikacangin. Cup cup” Ujar Ulfa sambil mencubit pipiku
*****
Yach pagi ini telah memberikan semangat baru bagiku. Sesuatu yang aku perlukan setiap hari yang dulu pernah hilang, kini datang kembali pulang. Sepertinya dialah orang yang telah mencuri hatiku sepenuhnya. Saat aku mulai rapuh ia datang menguatkannya. Suatu hal yang sangat aku harapkan. Seseorang yang pernah datang tapi sekarang ia telah menghilang di hempas oleh angin tanpa kabar.
“dialah alasan semangat baruku”
Cepa-cepat aku menepiskan perasaan itu dan bergegas menyiapkan diri kesekolah. Tiba-tiba tanpa sengaja sembari menunggu jemputan Ulfa aku duduk sejenak diteras rumah. Tiba-tiba alasan aku bersemangat tiap pagi datang melewati rumahku. Aku terpana sesaat.
“Hai kakak cantik… Yuk!”
“Iya” aku berlari lari kecil menuju kearah Ulfa yang berdiri diujung jalan menungguku.
“Aduh Ulfa koq telat sih hari ini! Tadi masnya dah lewat loh”
“Maaf deh tadi kebelet, yang penting kaka liat kan tadi”
“Yuk!”
Meskipun hari ini begitu panas. Tapi aku tetap semangat untuk mengikuti les bersama temanku Novi. Kami juga satu kelas bahkan satu kampong tapi kedekatanku hanya sebatas teman yang lebih sering berbarengan kalau ada kegiatan disekolah dan mengerjakan pr secara bersama-sama. Aku pun jarang curhat dengannya. Aku lebih percaya Ulfa. Dialah sepupuku bahkan teman curhatku yang selalu mengerti akan perasaanku ini. Dialah satu-satunya sepupu yang selalu menyemangatiku untuk menjadi diri sendiri dan memperjuangkan cintaku. She is my beloved sister
“Erika, kamu kenal sama Akbar?”
“Akbar yang mana ya?” aku pura-pura tidak mengenalnya
“Ya Ampunnnn…… Itu loh Erika. Cowo yang disamping rumahku. Biasanya dia make motor Kawasaki kalau sekolah. “
Jantungku berdengup kencang. Saat Novi mengucapkan nama itu
“Oh Novi” Batinku
“Kemarin Ka Molida cerita bahwa akbar selalu muji-uji Fira. Entah apa maksudnya? Sepertinya Akbar suka sama Fira. Bahkan dia juga sering nitip salam buat Fira sama kak Molida” Novi mulai bercerita
Aku tertegun. Menelan ludahku kembali. Kata-kata Novi bak petir disiang bolong. Cowok yang sedang kutaksir nyatanya menyukai orang lain.
“I hope it is not true”
Aku merenung, mengingat kata-kata Novi barusann. Aku pun menceritakannya kembali kepada Ulfa dengan harapan ia bisa memecahkan masalahnya dan mengatakan bahwa itu Hoax.
“Gak mungkin terjadi lah kaka. Mana cocok sama firah. Firah masih kelas satu SMP. Sedangkan dia kelas 3 SMA. Ulfa harap dia menyukai Kakak. Aku gak mau liat kakakku yang cantik ini sedih lagi”
Aku terdiam dan hanya memandang kearah Ulfa dengan senyuman
“Itulah yang kuharapkan semestinya” batinku berbisik
****
Aku bingung dengan perasaanku. Ada 2 pilihan yang sulit untuk aku putuskan. Karena mereka mempunyai karakter yang hampir sama. Dan juga mereka sama-sama aku cintai. Yach aku memiliki persaan yang sama terhadap keduanya.
“Ilham, cowok yang mengajariku tentang cinta. Tapi sekarang dia hanya melukiskan rasa sakit dihati ini. Dia pergi tanpa aku tau kemana? Sedangkan Akbar……… Mmmm aku belum bisa sepenuhnya melupakan Ilham padahal sudah hampir setahun tanpa pernah saling berkomunikasi.” Aku benar-benar bingung dan tak mampu menerka jawabannya.
Hari ini aku telah mempersiapkan hatiku bahwa aku harus melanjutkan impianku. Karena cinta yang tulus akan datang disaat yang tepat.
Waktu terus berlalu. Perpisahan siswa/i SMA kelas 3 pun tiba. Aku tak percaya cowo yang pernah hilang hampir setahun datang kembali. Aku benar-benar tak menduga dia akan hadir sebagi perwakilan dari sekolahnya. Sepertinya hatiku tercuri kembali. Aku sempat gagap dan membisu saat dia memanggil namaku. Aku masih mengenal suara itu.
“Erika Ve!”
Aku masih tak percaya. Namum aku mencoba memutarkan kepalaku menoleh kearah suara itu. Ya dialah sang pencuri hatiku “Ilham”. Mataku berbinar aku tak percaya. Aku membalikkan tubuhku sepenuhnya, agar aku bisa melihat wajahnya dengan sempurna tanpa penghalang. Tapi lagi-lagi tubuhku kaku. Lidahku kelu dan terdiam membisu. Akhirnya ia datang mendekat kearahku. Menepuk pundakku. Menghilangkan segala rasa terhipnotisku akan dia. Kali ini rasanya dunia mau runtuh. Seakan-akan diri ini terhipnotis. Aku tak mampu menghindar dari tatapannya.
“Erika, aku mau bicara sama kamu. Bolehkah aku mengganggumu untuk sebentar”
Aku menggangguk cepat. Lidahku masih tak bisa berucap.
Dia menarik tanganku membawa bersamanya ketempat pertama kali kami bertemu. Tempatnya bukanlah Cafee atau resto dan kantin sekolah atau bahkan tempat romantise bak film-film melainkan sebuah pohon nangka yang hampir roboh. Tak ada yang romantic karena semua terjadi secara kebetulan.
“Erika, maafkan aku ya! Selama ini aku sudah membuatmu kecewa”
Aku tetap terdiam.
“Jangan tanyakan alasannya. Karena aku tak mau membahasnya karena hari ini adalah kebahagianku. Aku bisa bertemu denganmu lagi”
“Jadi” aku mencoba menguasai diri dan menghilangkan rasa grogiku
“Jadi,……” Dia menarik nafas pelan
“Jadi, aku ingin kata-kata yang pernah aku ucapkan ke kamu dulu ada jawabannya darimu. Jawaban yang pernah kamu gantung. Aku mencintaimu Erika! Masih adakah tempat dihatimu untukku?”
Ludahku tertelan kembali. Lidahku kembali kaku. Aku hanya bisa mengangguk.
“Aku janji akan menjagamu. Dan gak akan ninggalin kamu lagi. Ayuk kita mulai semua dengan baik. Dan melupakan masa lalu itu.” Ilham meyakinkanku
Aku tersenyum. Beban yang telah lama sesak kini sudah hilang. Semangat yang dulu pernah hilang kembali sudah. Seseorang yang sangat aku tunggu kini datang mengulurkan benang kasih yang sempat terputus. Karena dia cinta dihati. Akbar sosok laki-laki yang baru aku kenal. Yang sedang aku taksir harus benar-benar aku kuburkan bersama dengan perasaan yang pernah ada untuknya. Sekarang perasaan itu telah aku berikan sepenuhnya untuk Ilham sang cinta pertamaku. Sesuatu yang tak pernah terduga sebelumnya. Cinta yang hilang dan kembali hanya untukku rasa itu. Ya rasa itu rasa cintaku unttuknya