Angin malam terasa menyejukkan badan. Begitu kencang hingga membuat mataku tak mampu untuk mengeluarkan air mata.
“Aah!! emang apa salahnya jika aku ingin bebas,”.Teriak ku
“Berisik!!”. Ucap seorang pria yang ada dibelakangku
“Hah, Apa?.” Ujarku terkejut melihat
“Jika kau ingin mengungkapkan perasaanmu, sebaiknya lewat tulisan saja. Teriakanmu menganggu orang lain”ucap pria itu lalu beranjak pergi
“Kenapa sih dia,menganggu aja” ucapku menggerutu dan saat itu aku melihat sebuah buku catatan
“Hei, tunggu kau meninggalkan bukumu”. teriakku sambil mengejarnya
***
Ketika waktu itu akan datang, saat itu kita akan tau bahwa perpisahan terjadi karena adanya sebuah pertemuan. Masa lalu bagian dari kita .Awal dari sebuah kisah, awal sebuah impian. Kisahku dan dirinya dimulai karena takdir ataukah kebohongan? Semua bermula di hari itu.
“Impian ada untuk dicapai dan tujuan itu akan membawa harapan dan arti dalam hidup ini”
Sebuah kutipan tulisan yang membuatku memiliki impian kecil, aku terus berharap dapat menemui laki-laki yang membuat tulisan ini.
Namaku Ranita Ayu. Aku seorang mahasiswi jurusan sastra. Impianku ingin menjadi seorang penulis professional.
Angin berhembus begitu kencang membuat bukuku terbang di bawah derasnya angin diiringi daun-daun yang berjatuhan .
“Hei, nona ini bukumu”ucap pria berbadan tinggi dan berbaju santai menghampiriku
“iya,terima kasih”ucapku seraya menunduk dan kembali duduk diikuti pria itu
“wah angin disini ribut sekali. Apa kau sedang menunggu seseorang nona?” tanyanya
“ hmm.. menunggu teman” jawabku singkat lalu melanjutkan bacaanku dan tak mengubris pria disampingku lagi.
“Ranniii..” teriak wanita rambut pendek memakai gaun putih cantik menghampiriku. Namanya Sagita Nadin ia temanku sejak kami sudah duduk dibangku SD .
“Git, kok lama sekali. lama-lama kering nih aku nunggu kamu” ucapku merengut
“Sorry ran, ini sih dewo lama sekali. Jangan marah ya cantik” ujar gita manja membuatku tak bisa marah lagi pada sahabatku ini.
“ ehh! tyo kamu ada disini” ucap dewo kaget
“ yaelah, jangan pke terkejut. Aku udah lama nunggu kau disini wo” balas pria itu sambil berjalan dan merangkul dewo
“ bisa aj deh kamu tyo. Eh kenalkan ini cowok yang kemaren aku bilang itu loh git.”
“oh ya, dia memang tampan seperti yang kamu bilang, wo . Aku gita salam kenal ya” ucap gita
“iya salam kenal, panggil aja aku tyo. Oh ya ini temanmu , nona ini sedikit sombong ya !” ucapnya menyindir
“Nggak kok . Ini temanku namanya Ranita dia orangnya baik .” jawab gita
“huh! maaf ya kalo aku sombong emang aku peduli. Ayo git, kita pergi saja pria seperti ini yang kamu bilang tampan. Banyak kok yang lebih tampan dari dia” ucapku
“ eh, tunggu dulu. Anak ini nggak bermaksud jelek kok, jangan pergi ya . Kita makan dan ngobrol dulu yuk” ujar dewo memohon
“please kita ngobrol aja dulu ran, ya.” Ucap gita menimpal
“duh. Kamu sampai begini? Ugh… Ya baiklah .” ucapku tersenyum pada sahabatku itu
Pada hari itu aku tak pernah menyadari angin seakan membawa pilihan padaku menggenggamnya ataukah melepaskannya. Setelah hari itu aku dan tyo selalu bertemu. Takdir? Ataukah kebetulan?hanya sang waktu yang bisa menjawab.
“hei.. semuanya minggir” teriak tyo berlari kearahku
Tap… sambut tyo memegang tanganku berlari. “Tyooo…tunggu!” Teriak cewek-cewek dibelakang kami histeris. Aku tak bisa memikirkan apa-apa, kenapa aku ikut berlari bersama pria ini juga.
Huf…
“ tyo kenapa kau membawaku lari juga?” tanyaku
“hahha.. tenang dulu dong, jangn langsung marah” jawabnya tertawa
“dan juga kenapa kita harus ke perpustakaan?”tanyaku
“disini cukup aman. Wanita gila seperti mereka nggak bisa masuk kesini kok” jelasnya
“ iya, jangan seenaknya membawaku ke masalah kau. Aku mau pergi saja” ucapku kesal
“tunggu dulu, jangan pergi nanti mereka melihatmu ,” ucapnya memegang tanganku
“kau selalu menyusahkanku saja, aku ingin ke suatu tempat jadi jangan halangi aku ”
“iyaiya, maaf deh. Aku tau kau ingin daftar lomba menuliskan. Aku bisa kok membantumu” ucapnya seraya tersenyum
“aku rasa tidak perlu” jawabku singkat
“apa segitu sulit ya menerima bantuan orang lain? Apa aku perlu alasan untuk itu?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya padaku.
Dug.. “ apa yang kau lakukan? Aku hanya heran saja, kenapa juga kamu ingin membantuku?” ujarku cepat
“Untuk membantu orang itu tidak perlu alasan. Lagian kita sudah berteman bukan?aku harap kau tidak memikirkan hal aneh tentangku ya .” Jelasnya
“ehh.. nggak kok. Baiklah aku akan coba untuk percaya lagian kamu juga teman dewo.” Ucapku tersenyum padanya.
Saat itu aku masih tidak mengerti tyo , terkadang dia bersikap menyebalkan, dan suka menjahili orang lain. Aku tidak melihat ada kebohongan dimatanya, aku merasa tyo tulus mengatakannya. Sejak hari itu juga tyo selalu datang membantuku mulai dari mendaftar kegiatan lomba, menemani ke perpus, makan di kantin bersama dan kami berempat juga sering bertemu setiap akhir pekan. Tanpa aku sadari tyo sudah masuk kehidupanku
“tyo , apa kamu juga bermimpi menjadi penulis? Aku lihat antusiasmemu terhadap menulis sangat bagus dan berpengalaman?ataukah kau sudah membuat karya pertamamu?”tanyaku yang membuat tyo terkejut
“hmm.. ya aku dulu memang ingin menjadi penulis professional. Akan tetapi ada banyak hal yang terjadi di masa lalu dan itu membuatku tak percaya diri untuk menulis. Aku menyerah untuk itu” jelasnya
“kenapa harus menyerah, impian ada karena kita menginginkannya.”
“bagiku masa lalu sulit untuk dilupakan dan menulis bukan hanya sekedar untuk diri kita sendiri. Seorang penulis juga harus berpikir, Apakah tulisannya itu bermanfaat untuk orang lain? Bagaimna bisa aku memikirkan itu jika saat menulis masa lalu menyedihkan itu terus muncul” ucapnya dengan serius
“aku tak tau masalah yang terjadi padamu tyo, hanya saja jika masa lalu membuatmu bermimpi dan itu hancur kau tak perlu menyerah. Buat saja hari ini menjadi awal baru untuk mimpimu. Kau akan menyadari ada saatnya masa lalu mengajarimu bahwa kamu ada disni karena pilihanmu dimasa lalu. Dan juga aku, dewo dan gita siap untuk membantumu” jelasku menyemangati tyo seraya tersenyum
“Rani.. aku minta maaf.” Ucapnya tiba-tiba
“huh! Maaf untuk apa tyo?” tanyaku
“bukan apa-apa kok. Sebaiknya kita lanjutkan saja diskusi mengenai tulisanmu ini” jawabnya mengalihkan
“ya, baiklah”
Kenangan bisa menjadi hal yang akan membantumu tapi juga bisa menghancurkanmu. Seberapa baik dan buruknya kenangan itu tetap saja adalah bagian darimu.
Hubunganku dengan tyo mulai banyak berubah. Saat tyo menceritakan impian dan masa lalunya yang aku rasakan itu sama seperti masa lalu ku yang dulu saat tak ada harapan, impian dan cinta .
Selama sebulan tyo membantuku untuk menyelesaikan karya tulisan pertamaku. Menceritakan hal yang kusukai , keluarga dan juga apa yang kurasakan selalu aku merasa nyaman setiap bersamanya. Tyo bagai hero yang selalu aku dambakan, ia selalu menolongku Perasaan ini seperti cinta atau hanya sebuah kegelapan yang menemukan cahayanya. Sang waktu kembali berjalan kisah apa yang akan menjadi akhir dari kami mulai terlihat.
Kring… kring
“Ran, ada yang ingin aku bicarakan. Kita bertemu di taman tempat pertama kali kita bertemu. Aku tunggu ya” sebuah kalimat yang tertera di layar hpku
“kenapa Tyo tiba-tiba ingin bertemu. Aku harus bersiap-siap terlebih dahulu” bisikku dalam hati tersenyum
Angin malam kembali berhembus kencang. Di taman tempat pertama kali kami bertemu seakan sudah menjadi yang paling berharga dalam hidupku. Hatiku sangat senang tak ingin lagi kupikirkan hal lain. Aku berharap waktu bisa berhenti.
“Tyoo.. maaf membuatmu menunggu” ucapku
“nggak juga , ayo duduk dulu. Seperti waktu itu angin selalu ribut saat kita sedang berdua, tapi kali ini sedikit berbeda kau terlihat lebih cantik bahkan bintangpun tak bisa mengalihkan pandanganku darimu” ucapnya memuji dengan senyuman khasnya
“ Tyo kau selalu saja menguji ya. Aku tak termakan oleh rayuanmu itu” ejekku membalas
“haahaa.. kau tetap tak berubah , ran.. Bintang di malam ini terlihat begitu indah ya ”
“bagiku bintang akan selalu terlihat indah kok. Tyo hal apa yang ingin kau bicarakan padaku?” tanyaku mengalihkan pembicaraan
“Ran, apa arti aku bagimu?” tanyanya padaku
“eehh!! Kenapa kau bertanya tiba-tiba. Kau ingin aku menjawab seperti apa tyo?” ucapku selidik
“aku harap jawabanmu.. ‘tak berarti apa-apa bagiku’. ucapnya seraya menatapku dengan serius
“ kau selalu mengejutkanku tyo. Sudah jelas kau itu..”
“Ran , aku merasa ini sudah akhirnya. Yang ingin kukatakan lupakan saja aku. Kau harus ingat aku ini hanya pria yang mencoba untuk menyakitimu sejak awal dan seorang pembohong. Aku sudah membencimu sejak lama , Ran” jelasnya seraya berteriak padaku
“ada apa denganmu Tyo? Kau tak perlu bercanda berlebihan.” Ucapku mulai meneteskan air mata
“Aku tidak sedang bercanda. Masa lalu yang aku ceritakan berkaitan denganmu. Aku mendekatimu hanya untuk balas dendam pada ayahmu Ran. Dan aku tak punya alasan lain selain membencimu, akan tetapi …” jelasnya kembali
“Sekarang sebaiknya kau diam saja, Tyo. Aku tak mengerti apa yang kau katakan. Kau sudah gila. Dan jangan mencoba untuk menemuiku lagi”teriakku dan berlalu pergi meninggalkan Tyo . “ Kau bodoh, Ran” rintihku dalam hati
***
Hari itu berlalu begitu saja. Aku sangat marah dan tak ingin menemuinya kenyataan kalau dia membohongiku itu membuatku membencinya. Tapi saat dewo memberikanku sebuah surat aku menyadari satu hal. Surat yang ditulis oleh tyo dan tulisan yang sangat aku kagumi itu membuktikan bahwa laki-laki yang selalu kucari datang dengan sebuah cerita kebohongan.
Dear Rani,
Untuk cahaya bintangku….
Bintang tak selamanya ada tiap waktu, tapi ketika datang ia memikatmu dengan cahaya kecil memberi keindahan saat malam hari. Bagiku hidup ini sudah hancur saat cahaya bintang meninggakanku. Aku tak mampu berjalan, aku tak punya harapan , impianku hanya sebatas angan-angan. Waktu seperti berkata ‘ini waktumu untuk memilih’. Pilihanku membawaku untuk mengenalmu. Aku ingin percaya itu, bagaikan takdir bintang itu datang untuk menerangiku disaat aku hanya ingin ada di kegelapan. Aku tak ingin membuat bintang itu redup,ingin aku membawanya. Tapi aku tak mampu, aku hanya takut membuat cahaya bintang itu padam. Apa yang menjadi pilihanku kuharap itu tidak membuat cahayanya meredup.
Lebih baik kegelapan itu pergi dan tak menganggu cahaya. Aku hanya ingin kau bahagia. Aku berharap kau bisa percaya padaku. Bagiku kau adalah segalanya. Biarlah hanya kegelapan yang merindukan cahaya. Karena aku hanya bisa merindukanmu.
Cinta hal apa yang membuat kata ini begitu spesial?Cinta datang tanpa izin, menggunakan mata sebagai kunci, kata-kata sebagai pengetuk membuka pintu hati dan mencurinya hingga tak bersisa. Aku tak berdaya, yang tertinggal hanya sebuah harapan.
Aku mencintaimu….
Dari Prasetyo Prawijaya
Aku tak mampu menahan air mataku. Aku harusnya tau dia kesepian karena cahaya hidupnya menghilang. Aku sangat egois. Ini jelas hukuman dari sang waktu untukku. Aku memilih untuk melepasnya. Kau salah Tyo cahaya bintang itu terbentuk karena kau yang menciptakannya. Kau membuat kegelapan itu menjadi setitik cahaya. Aku juga merindukanmu…
Aku harap angin itu akan membawamu kembali.
~shuusshh~