Loading...
Logo TinLit
Read Story - Altitude : 2.958 AMSL
MENU
About Us  

Lembah Gunung Gede gelap dan lembab. Nyx masih bertakhta di langit dan lereng-lereng asing. Dingin berambisi menyentuh kulit yang luput dari kain. Kaki gemetar sehabis menjamah tanjakan setinggi paha dan undakan-undakan licin. Peluh meleleh, menjadi es batu. Ia meyakini, kondisi yang buruk ini adalah pelatuk untuk romansa.

“Masih kuat?” suara berat itu kembali terdengar. Suara berat yang membuat ringan pendakian ini. Kamala menyelipkan senyum di bibirnya yang kering digerogoti dingin. “Kuat. Kenapa kesannya lo meremehkan?” balas Kamala sambil membetulkan posisi headlamp-nya. “Bukannya meremehkan, ini wujud perhatian,” sambar pemuda yang kini berdiri di depannya. Sebuah senyum menyumpal pipinya. Senyum itu diyakini Kamala dapat melenyapkan suhu yang menusuk tulang. Kulit Kamala membeku, namun rongga dadanya panas. Jantungnya berpacu cepat karena jalur sulit dan gelitik rasa suka.

Setelah dihajar oleh Tanjakan Setan – tanjakan paling sulit dari pendakian Puncak Gede – mereka beristirahat. Meringkuk di sisi trek pendakian, menghaturkan sapaan pada pendaki yang lewat, bersama tiga orang junior yang kini sibuk menghabiskan cadangan cokelat Kamala. “Mau cereal bar? Kasian, punya lo dihabiskan mereka,” kata pemuda itu. Sebungkus cemilan disodorkan pada Kamala. 

Kamala mengambil waktu 5 detik untuk memindai wajah pemuda yang menjadi favoritnya itu. Wajah oval, garis-garis tulang yang tegas, alis tebal, dan mata yang menyayat. Jovan, laki-laki yang lahir 13 bulan setelah Kamala. Persona yang telah menginap di benak Kamala selama 6 bulan.

Kamala membuang harapan untuk melakukan summit attack - pendakian menuju puncak gunung - bersama Jovan setelah kejadian siang tadi. Jovan mendaki bersama Citra, seorang junior Kamala, tertawa-tawa seakan dunia milik berdua. Tidak bisa lepas dari basecamp sampai Pos Kandang Badak, yang memakan waktu 6 jam perjalanan. Kamala menggerutu dan mengomeli Fabyo sahabatnya. “Katanya mau membantu gue untuk dekat dengan Jovan! Kenyataannya malah begitu,” cerocos Kamala sambil cemberut. “Malas ah, biar natural saja kedekatan kalian,” balas Fabyo dengan santai. Kamala bertambah kesal saat Fabyo menyambar cokelat batangan dari tangannya. “Nanti pas summit attack gue bantu,” kata Fabyo. Kali ini Fabyo memegang janjinya, meski dengan cara yang membuat Kamala naik darah. Fabyo menunjuk Kamala dan Jovan sebagai sweeper, yang mengharuskan mereka untuk mendahulukan anggota pendakian yang lain. Kemudian meninggalkan Kamala dan Jovan bersama tiga orang junior, sementara ia ngebut mencapai puncak. Kamala menyiapkan diri untuk canggung dan hening yang mengudara. Nyatanya, mulutnya terus bekerja.

“Kak berapa menit lagi kita akan sampai?” pertanyaan junior membuat Kamala meloncat keluar dari pikirannya. “Dikit lagi, Erin. Sepuluh menitnya Kak Mala,” jawab Jovan dengan nada bercanda. “Itu mah berarti satu jam! Standar waktu Kak Mala penuh dusta,” protes Erin sambil menunjuk-nunjuk Kamala. “Sudah menghabiskan cokelat gue, sekarang nuduh gue pembohong lagi. Dasar junior zaman sekarang!” Kamala membentak, kemudian tertawa dan mengacak rambut Erin dengan ramah. Dingin meleleh saat mereka tertawa. “Bye the way, Kak Mala, Kak Jovan, kalian berdua lucu deh. Aku setuju kalau memang ada sesuatu diantara kalian,” cerocos Tobi, salah seorang junior dengan muka iseng. Suhu tubuh Kamala menumpuk di pipi. “Jangan asal kalau ngomong, deh!” sambar Kamala. Ia menangkap Jovan dengan sudut mata. Dingin, beku, dan sebuah ekspresi setara kode Kryptos hadir disana. “Ayo lanjutkan pendakian. Setelah ini, sekali jalan jangan berhenti. Pecinta alam harus kuat,” perintah Jovan dingin.

Mereka melanjutkan pendakian dengan hening. Oksigen harus dihemat, kaki bergerak lebih banyak. Kamala dan Jovan dipisahkan oleh tiga junior mereka. Jovan memimpin, Kamala memberi semangat. Langit mulai meleleh, membingkai atmosfer dingin antara Kamala dan Jovan.

Langit mengenakan warna biru gelap, menyulam benang jingga terang dan keemasan di puncak-puncaknya. Mentari perlahan menjejaki singgasana, menghadirkan malu untuk dingin dan gelap. Kabut menggumpal dan melayang anggun. Edelweiss mendendangkan stanza pagi hari. Pangrango berdiri tegak dan agung di sisi Barat. Jaket warna-warni, kupluk, dan ucapan syukur milik para pendaki mewarnai pagi yang beku. Mereka mendekati Puncak Gunung Gede.

Kabut pagi dan langit yang meleleh terasa begitu magis. Mendorong manusia untuk mengumandangkan syukur ke atmosfer. Memanaskan cinta saat manusia menatap manusia lain yang dikurung dalam hati. “Selamat datang di hampir Puncak Gede,” ucap Kamala. “Kok hampir?” tanya Jovan. “Naik dikit lagi, barulah Puncak Gede sebenarnya,” jelas Kamala. Senyumnya lebar dan basah oleh perasaan yang selama ini ada. Senyum Jovan lembut, berkebalikan dengan matanya yang tajam. Kamala merasakan jari Jovan terselip diantara jemarinya yang dingin. Ia sarapan kehangatan dari tangan Jovan. Ketinggian mengeluarkan lelucon pertamanya, yaitu membuat Kamala semakin jatuh cinta. 

Puncak Gede mengeluarkan lelucon keduanya, yakni membiarkan Kamala memuntahkan perasaan. Membuat gadis itu tidak berpikir panjang tentang kontroversi ‘cewek ngomong duluan’. Membiarkan gadis itu membereskan masalah perasaan. Langit jingga dan lembah Suryakencana menyaksikan dengan antusias. Kamala menerima lelucon itu mentah-mentah.

“Jovan,” panggil Kamala. Pemuda itu sedang berebut ponsel dengan seorang gadis berwajah cantik – Citra. Sebersit api mengusik Kamala, namun ia hilangkan cepat-cepat. “Ada apa?” tanya Jovan, menoleh ke Kamala. Puncak Gede, Suryakencana, dan udara dingin cekikikan. Gelak tawa itu makin menggelegar ketika sebuah kalimat keluar dari mulut Jovan. “Maaf kak. Gue sedang mengincar cewek lain,” disertai sorot mata dingin menyayat. “Gue sedang mengejar Citra.” Semesta bertepuk tangan oleh lelucon spektakuler milik ketinggian.

Kamala memandang kawah menghembuskan asap dan bukit hijau yang dikecup mentari. Perasaannya berantakan. Ia gemetar ketika ada seseorang menepuk bahunya. “Hoi, kok tumben menyendiri? Biasanya lo selalu heboh dan ikut-ikutan!” seru Fabyo, terdengar begitu gembira. Ia menyodorkan gelas berisi susu putih pada Kamala. “Nih, enak dan hangat,” Fabyo menawarkan, disambut oleh gelengan kepala Kamala. “Oh iya, bagaimana si Jovan? Berhasilkah misi kita?” binar mata Fabyo mengusik Kamala. Gadis itu menubrukkan tubuh ke lengan Fabyo. Wajah tenggelam dalam jaket windbreaker Fabyo. Tak perlu kata-kata, Fabyo sudah sangat mengerti.

                                                                                                           ****          

Ketinggian memang suka bercanda.” Kalimat tersebut pernah diucapkan oleh perempuan itu lima tahun yang lalu. Sebelum ia pergi ke negeri jauh berbatas bandara. Setelah ia mengucapkan satu paragraf nekat yang membuat Jovan sulit tidur selama empat malam. Dramatis dan sulit dimengerti, itulah yang dipikirkan Jovan sembari mencibir. Namun ia mulai mengerti apa makna kalimat itu.

Lelucon pertama ketinggian dilepaskan. Membawa Kamala kembali dan membiarkan Jovan tenggelam dalam rindu. Jovan tidak datang ke bandara hari itu dan berusaha untuk tidak menyesal. Menjalani hubungan dengan perempuan-perempuan cantik dalam kurun waktu 5 tahun. Di saat yang sama, menenggak alkohol atau mabuk kafein untuk menghindar dari kolom chat Kamala.

“Kamala nggak pantes buat lo,” kata Arlan - teman dekat Jovan dan teman seangkatan Kamala. Asap rokok membubung tinggi, udara  dingin Gunung Gede dilelehkan nikotin. “Mau dipandang seperti apa oleh anak-anak tongkrongan kalau lo mendapatkan cewek kaku dan nggak gaul kayak dia?” tambah teman Arlan, mulut membebaskan gumpal asap. Hal itu terjadi beberapa jam sebelum Peristiwa-Ditembaknya-Jovan-Oleh-Kamala-Puncak Gede. Beberapa jam sebelum Jovan sadar bahwa bibit rasa suka mulai berkecambah di dadanya. “Sudah deh, jangan mau didekati Kamala! Tidak pantas dia untuk lo,” desis Arlan. Jovan memutuskan untuk takluk. Kalimat Arlan menjadi dasarnya untuk mengatakan tidak pada Kamala, menganggap gadis itu menggelikan. Nama Citra keluar secara spontan sebagai jurus bela diri. Yang tersisa adalah penyesalan dan sedikit harapan untuk kesempatan kedua.

Lereng Gunung Gede, dua puluh menit menuju Puncak Gede. Lidah Jovan kelu oleh canggung dan rindu. Baik Jovan maupun Kamala diam, mengunyah cokelat yang mereka belah dua. “Kalau tidak salah dulu kita pernah jadi sweeper dan berhenti disini juga ya?” Kamala memecah keheningan. Jovan mengangkat wajah dan memberanikan diri menatap perempuan itu. Ia menjadi jauh lebih cantik dibandingkan saat SMA, namun mata hangat dan bibir ceriwis itu tetap ada. “Iya,” balas Jovan. “Kok lo jadi pelit ngomong begini? Sudah dewasa ya?” goda Kamala sambil terkikik.

Jovan menganggap muntahan kata-kata itu remeh. Orang yang sulit mengungkapkan perasaannya itu payah. Apa sih sulitnya berbicara? Tinggal mengatupkan dan mengangakan mulut, kemudian menggerakan lidah. Keluarkan apa yang terlintas dalam benak. Kali ini, Jovan merasa bahwa pandangannya salah.

Gue kangen lo. Sangat kangen. Sejak kapan kalimat itu bisa memenggal lidah seseorang?

Puncak Gunung Gede sama seperti dahulu. Ketinggian 2.958 meter dari permukaan laut. Fajar hari ini adalah keindahan yang absolut. Kabut pagi dikecup oleh semburat matahari, edelweiss basah, Pangrango yang tidak berubah, dan dingin yang membuat rona di wajah para pendaki. Jovan dan Kamala kembali kesana dengan hati yang sudah berbeda.

 Jovan menikmati wajah samping Kamala dengan mata terkatup dan bibir tersenyum tenang. Ia membingkai Kamala dalam benak dan angan. “Gimana kak? Kangen dengan alam Indonesia?” tanya Jovan. “Banget! Alam Indonesia memang yang terbaik,” sahut Kamala ceria. “Walaupun rasanya hampir mati sih. Gue sudah jarang sekali naik gunung, belajar terus.” Jovan menyambut celotehan Kamala dengan senyum tipis. “Ayo naik lagi, kak. Kita belum sampai puncak."

Ketinggian adalah tempat terbaik untuk jatuh cinta. Ketinggian adalah tempat yang luar biasa untuk melunaskan rindu dan menuntaskan rasa. Mentari, angin, kabut pagi, rumpun edelweiss, dan lembah Suryakencana menjadi saksi. Ketinggian mempersembahkan lelucon kedua untuk Jovan, yang akan membuat lelaki itu tergelitik sampai perutnya sakit.

Suara pekikan membuat perhatian Jovan dan Kamala teralih pada teman-teman mereka. Para pendaki dengan slayer merah bata itu membuat barikade manusia. Ponsel dan kamera terangkat untuk mengabadikan sesuatu. Terlihat Fabyo dari antara kerumunan, berpose sambil memamerkan sebuah kertas dan memegang buket bunga. Tulisan pada kertas membuat Kamala langsung mencengkram lengan Jovan. Tangis perempuan itu pecah.

                                                                                                        ***

“Gue mau melamar Kamala,” kalimat Fabyo dapat menghadirkan gempa bumi. Jovan hampir terkena serangan jantung. Ia berharap Fabyo hanya bercanda. “Bercanda lo berlebihan,” komentar Citra, mengerutkan dahi dan terlihat gemas. “Gue serius,” kata Fabyo. Lelaki itu mengeluarkan kotak kecil dan memamerkan isinya. Sebuah cincin perak berhias permata mungil. Rusuk Jovan seperti dihantam. “Ya ampun.. Beneran cincin!” seru Erin sambil mengipas-ngipasi wajahnya. Fabyo tertawa kecil, matanya berbinar gembira. “Gue minta bantuan lo semua untuk melaksanakan misi lamaran ini,” ujar Fabyo. Ia menunjuk beberapa orang, kemudian jarinya berhenti pada Jovan. “Van, tolong temani Kamala saat summit attack. Ketika sampai puncak, alihkan perhatian dia. Ajak dia ngobrol. Jangan sampai dia dekat-dekat dengan gue,” kata Fabyo. Jovan melakukannya, untuk dirinya sendiri. 

                                                                                                                          ***

Lelucon terbaik dari ketinggian akhirnya keluar kandang. Jovan dipaksa untuk menyaksikan pemandangan menyakitkan untuk lima tahun terakhir. Fabyo berlutut, menyodorkan kotak berisi cincin. Kamala meredam isakan dengan telapak tangan, kemudian mengangguk. Mereka berpelukan dibingkai oleh kabut, kilau matahari,serta jurang dan lembah menghijau. Dikawal oleh tatapan nanar dari seorang lelaki yang tidak dapat menyatakan rasa cintanya.

Fabyo dan Kamala dihujani oleh ucapan selamat dan pekikan gembira. Jovan mematung, wajahnya kaku dan beku. Ia baru tersenyum ketika melihat senyum Kamala, perempuan paling bahagia di dunia saat ini. “Selamat ya,” ucap Jovan. Kata-kata itu sepat bak racun. Kamala tertawa kecil dan menghambur Jovan ke dalam pelukan. “Makasih Jov,” balas Kamala hangat. Ada luka yang baru menganga dalam hati Jovan. Ia merengkuh pundak Kamala, merasa jemarinya terbakar oleh tubuh mungil itu. Rasa sakit memukul dada Jovan hingga ingin meledak. “Selamat berbahagia dengan Fabyo.”

Puncak Gunung Gede tertawa sampai berguling-guling. Ia puas dengan leluconnya yang spektakuler. Mungkin saja ini adalah lelucon ketinggian yang terbaik sepanjang sejarah.  

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pillars of Heaven
3003      966     2     
Fantasy
There were five Pillars, built upon five sealed demons. The demons enticed the guardians of the Pillars by granting them Otherworldly gifts. One was bestowed ethereal beauty. One incomparable wit. One matchless strength. One infinite wealth. And one the sight to the future. Those gifts were the door that unleashed Evil into the World. And now, Fate is upon the guardians' descendants, whose gifts ...
Ending
5364      1391     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Cinta Butuh Jera
1844      1127     1     
Romance
Jika kau mencintai seseorang, pastikan tidak ada orang lain yang mencintainya selain dirimu. Karena bisa saja itu membuat malapetaka bagi hidupmu. Hal tersebut yang dialami oleh Anissa dan Galih. Undangan sudah tersebar, WO sudah di booking, namun seketika berubah menjadi situasi tak terkendali. Anissa terpaksa menghapus cita-citanya menjadi pengantin dan menghilang dari kehidupan Galih. Sementa...
Cinta Dalam Diam
757      501     1     
Short Story
Kututup buku bersampul ungu itu dan meletakkannya kembali dalam barisan buku-buku lain yang semua isinya adalah tentang dia. Iya dia, mungkin sebagian orang berpendapat bahwa mengagumi seseorang itu wajar. Ya sangat wajar, apa lagi jika orang tersebut bisa memotivasi kita untuk lebih baik.
Mengejar Cinta Amanda
2241      1202     0     
Romance
Amanda, gadis yang masih bersekolah di SMA Garuda yang merupakan anak dari seorang ayah yang berprofesi sebagai karyawan pabrik dan mempunyai ibu yang merupakan seorang penjual asinan buah. Semasa bersekolah memang kerap dibully oleh teman-teman yang tidak menyukai dirinya. Namun, Amanda mempunyai sahabat yang selalu membela dirinya yang bernama Lina. Selang beberapa lama, lalu kedatangan seora...
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
495      353     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
Tulus Paling Serius
9930      1108     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
The Friends of Romeo and Juliet
20659      3099     3     
Romance
Freya dan Dilar bukan Romeo dan Juliet. Tapi hidup mereka serasa seperti kedua sejoli tragis dari masa lalu itu. Mereka tetanggaan, satu SMP, dan sekarang setelah masuk SMA, mereka akhirnya pacaran. Keluarga mereka akur, akur banget malah. Yang musuhan itu justru....sahabat mereka! Yuki tidak suka sikap semena-mena Hamka si Ketua OSIS. dan Hamka tidak suka Yuki yang dianggapnya sombong dan tid...
Lost in Drama
1976      785     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Snow White Reborn
622      362     6     
Short Story
Cover By : Suputri21 *** Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...