Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Final Promise
MENU
About Us  

Malam itu, setelah menikmati secangkir kopi hangat di bawah langit berbintang, Ardan dan Raya terdiam sejenak. Suasana di sekitar mereka terasa sangat damai, jauh dari keramaian dan kebisingan kota yang biasa mereka hadapi setiap hari. Ada rasa tenang yang mengalir dalam diri Ardan, sesuatu yang belum pernah ia rasakan dalam hidupnya yang penuh dengan rutinitas.

Raya meletakkan cangkir kopi kosongnya di samping api unggun dan menatap ke arah danau yang berkilau di kejauhan. “Gue selalu suka tempat kayak gini,” katanya, suaranya melunak. “Rasanya ada sesuatu yang menenangkan, kayak hidup ini bisa berhenti sejenak.”

Ardan mengangguk perlahan, masih memandangi api unggun yang menyala. “Lo bener, ya. Tempat kayak gini bikin gue mikir banyak hal. Tentang hidup gue, tentang semuanya.”

Raya menoleh dan tersenyum. “Gue tahu, lo orang yang suka terjebak dalam pikiran dan rutinitas. Tapi coba, lo rasain aja, nikmatin waktu sekarang. Tanpa pikirin besok atau lusa.”

Ardan merasa ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya—sesuatu yang lebih dalam dari sekedar rasa lega atau kebebasan dari rutinitas. Mungkin itu perasaan yang selama ini ia pendam, perasaan yang sudah mulai tumbuh sejak pertemuan pertama mereka.

“Lo tahu, Raya…” Ardan mulai dengan suara pelan. “Sejak gue mulai kenal lo, rasanya hidup gue jadi lebih… berwarna. Lo ngajarin gue banyak hal tentang menikmati hidup dan keluar dari zona nyaman.”

Raya mendengarkan dengan seksama, senyum kecil terukir di bibirnya. “Gue nggak tahu harus bilang apa. Gue cuma pengen lo bisa lihat dunia dari perspektif yang berbeda. Gak selalu tentang kerja, tugas, dan deadline.”

Ardan terdiam, mencerna kata-kata Raya. Sesuatu dalam hatinya terasa lebih penuh, dan ia tahu itu bukan sekadar tentang seni atau perjalanan ini. Ini tentang perasaan yang lebih dalam, perasaan yang baru saja muncul namun sudah terasa begitu kuat.

“Raya…” Ardan melanjutkan, suaranya sedikit bergetar. “Gue nggak tahu kenapa, tapi gue merasa kayak ada sesuatu yang lebih dari sekedar persahabatan kita. Mungkin gue udah mulai ngerasain hal-hal yang lebih daripada yang gue bayangin sebelumnya.”

Raya menatapnya dengan tatapan lembut, seperti sedang menunggu kalimat selanjutnya. “Apa maksud lo, Ardan?”

Ardan menarik napas dalam-dalam. Untuk pertama kalinya, dia benar-benar merasa terbuka, seolah-olah dunia ini menunggu untuk menerima perasaannya. “Maksud gue, gue mulai ngerasa kalau gue punya perasaan yang lebih dari teman buat lo. Gue nggak bisa ngelihat lo cuma sebagai teman lagi. Gue… gue suka sama lo, Raya.”

Suasana malam itu terasa hening, hanya terdengar suara api unggun yang berdesis pelan. Ardan menunggu dengan cemas, matanya terpaku pada Raya, menunggu reaksinya.

Raya terdiam sejenak. Senyum kecil muncul di wajahnya, kemudian ia perlahan mendekat. “Ardan…” Ia mengangkat tangannya dan menyentuh pipi Ardan dengan lembut. “Gue juga merasakan hal yang sama.”

Hati Ardan berdegup kencang, rasanya seperti semua beban yang selama ini ia pikul mendadak menghilang. Ada kelegaan yang datang begitu saja. Raya, yang selama ini menjadi sosok yang mengajarkan dia tentang kebebasan dan melihat dunia dengan cara baru, kini menjadi orang yang lebih dari sekedar teman.

“Jadi… lo juga suka sama gue?” tanya Ardan, meskipun dia sudah tahu jawabannya, namun ingin mendengar konfirmasi itu.

Raya mengangguk pelan. “Iya, Ardan. Gue juga suka sama lo. Tapi, kita nggak perlu terburu-buru. Semua ini terasa baru dan indah, kan?”

Ardan tersenyum lebar, rasanya seperti beban berat terangkat dari pundaknya. “Iya, lo bener. Kita bisa nikmatin ini pelan-pelan.”

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang dan di tepi danau yang tenang, Ardan dan Raya berbicara lebih dalam. Mereka saling membuka pakaian, eh sorry maksudnya diri, berbagi perasaan yang selama ini mereka pendam. Ada ikatan yang semakin kuat di antara mereka, sesuatu yang lebih dari sekedar percakapan atau kebersamaan biasa. Ini adalah awal dari sebuah perjalanan baru yang mereka tak tahu ke mana arahnya, tetapi keduanya merasa siap untuk menjalani bersama.

Setelah beberapa waktu, mereka berdua berdiri dari tempat duduk mereka, berjalan ke arah villa dengan langkah yang lebih ringan. Raya meraih tangan Ardan dan menggenggamnya erat. Tanpa kata-kata, mereka berjalan bersama, menikmati momen itu dengan perasaan yang tak terucapkan.

Di malam yang sunyi itu, Ardan merasa bahwa hidupnya akan selalu berbeda setelah pertemuan ini. Dengan Raya di sisinya, dia merasa lebih hidup, lebih terbuka, dan lebih siap menghadapi apa pun yang akan datang.

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Sweety Girl
11732      2648     6     
Romance
Kenarya Alby Bimantara adalah sosok yang akan selalu ada untuk Maisha Biantari. Begitupun sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu salah satu dari keduanya perlahan terlepas. Cinta yang datang pada cowok berparas manis itu membuat Maisha ketakutan. Tentang sepi dan dingin yang sejak beberapa tahun pergi seolah kembali menghampiri. Jika ada jalan untuk mempertahankan Ken di sisinya, maka...
PALETTE
546      299     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...
Kembali ke diri kakak yang dulu
1622      997     10     
Fantasy
Naln adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam penderitaan dan penolakan. Sejak kecil, ia dijauhi oleh ibunya sendiri dan penduduk desa karena sebuah retakan hitam di keningnya tanda misterius yang dianggap pertanda keburukan. Hanya sang adik, Lenard, dan sang paman yang memperlakukannya dengan kasih dan kehangatan. Ini menceritakan tentang dua saudara yang hidup di dunia penuh misteri. ...
Just For You
6493      2078     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
8754      2787     4     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
Words Unsaid
635      367     2     
Short Story
For four years, I haven’t once told you my feelings. There are words still unsaid that I have always wanted to tell you.
Dialog Hujan
579      410     3     
Short Story
Tak peduli orang-orang di sekitarku merutuki kedatanganmu, aku akan tetap tersenyum malu-malu. Karena kau datang untuk menemaniku, untuk menenangkanku, untuk menyejukkanku. Aku selalu bersyukur akan kedatanganmu, karena kau akan selalu memelukku di dalam sepiku, karena kau selalu bernyanyi indah bersama rumput-rumput yang basah untukku, karena kau selalu menyebunyikan tangisku di balik basahmu.
Novel Andre Jatmiko
9886      2153     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
When You Reach Me
7773      2029     3     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
Until The Last Second Before Your Death
483      345     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”