Setiap hari bagaikan kebun kosong
Sudah diniatkan menanam, tahu apa yang hendak ditanam namun tetap saja,
tentang bertumbuh selalu menjadi kerahasiaan yang tidak pernah pasti. Apakah kelak ia mencolok, rimbun, berwarna, atau bahkan paling harum sampai diagung-agungkan oleh sekumpulan binaran mata?. lagi-lagi, aku betanya.
Kemudian ia tumbuh, di tanah sunda, kebun yang telah menjadi takdirnya.
Kebun yang penuh romansa, harum kembang dimana-mana, udara halus kerap menyentuh bagian dedaunan itu dan sinar mentari selalu membuatnya tumbuh dengan rasa aman.
Di kebun itu, tanaman ini tumbuh di dekat akar-akar yang menanamnya dan cabang-cabang yang menjadi turunannya.Tanahnya wangi oleh aroma dapur, yang paling kusuka akan lebih sering tercium. Sayuran adalah makanan favorite keluarga kami, apalagi lalapan mentah yang dipadu dengan sambal. Di sanalah, dua jiwa yang menumbuhkanku berkorban dari mulai mengajari, menemani, sampai mampu mengerti kesukaanku walaupun tak sepenuhnya.
"alamatnya diisi taman bunga, blok E" jawab perempuan yang menumbuhkanku, ketika aku bertanya alamat rumah kami.
"pantas saja perumahan ini banyak bunga-bunga" kataku
Tanah Sunda, tempat bertumbuhku dengan sentuhan, pipi cemong setelah menikmati makanan selalu dibasuh dan pangkuan kerap ditawarkan oleh kedua jiwa yang menumbuhkanku. Semua terasa lekat sebelum Bapak dibisikan angin bernama "tugas negara".
Kedua jiwa itu telah berhasil menumbuhkan tanpa ketakutan dan kekurangan meskipun, bolu dengan rasa favoriteku tak pernah benar-benar dipotongkan oleh keduanya.
meskipun pujian dan kasih tak berbentuk suara angin ribut,
meskipun perhatian tak selalu tahu apa yang kupendam,
meskipun aku tak di manja.
Dan hanya kasih yang dikemas malu-malu, rupaya itu ciri khas keluarga kami.
Tapi, tanaman ini sangat menyayangi kalian, terima kasih karena masa kecilnya menyegarkan seperti, hujan di musim kemarau, mentari yang membuat tawa, kebun liar yang kita jelajahi bersama dan selalu mengantar jemput sekolahku tanpa sedikitpun nada liar berhembus. Sehingga, dari benih hingga tumbuh sedikit, aku belum kenal dengan layu, hitam, busuk ataupun hampa tergeletak di tanah. Kufikir, semua tanaman pasti berwana kalau sudah tumbuh besar karena, taman-taman sekeliling yang kulihat begitu sukses dan tumbuh mekar. Ternyata, aku salah, aku yang tidak mengenal arah angin pada saat itu. Yang kutahu, tanaman sepertiku, akan selalu mudah mendapatkan tawa. Masa kecil, benar-benar memori yang menggemaskan.
Dari kebunku, dan temui tanamanku di @tanaman.berduri. Disana, masih ada lebih dari 7rb penayangan, dan 48,1 rb mata yang menjangkau.