Para anggota UKM Adventure ibarat anak ayam kehilangan induk, dan sarang. Karena komandan mereka tewas, dan komandan lamanya ditahan polisi. Homebase disegel dengan police line. Setiap orang yang melewati homebase itu merasakan sebentuk kemuraman di lingkungan kampus. Tak ada orang berkumpul di teras homebase, tak ada suara obrolan dan ketawa ngakak, tak ada suara gitar dan harmonika, juga musik metal. Tak ada juga yang mau latihan memanjat climbing wall, padahal climbing wall tidak termasuk properti yang diberi police line. Yang ada cuma sepi.
Hari itu Maryam sudah kembali ke Bandung. Dari percakapan di grup WA antarmahasiswa, dia sudah tahu soal penahanan Marco sebagai tersangka. Maryam datang ke kampus buat konsultasi skripsi dengan dosen. Dia tertegun saat melewati homebase, menatap pintu yang tertutup rapat, padahal biasanya pintu itu selalu terbuka lebar untuk siapa saja.
Maryam teringat tahun-tahun telah lewat, dia pernah beberapa kali berdiam cukup lama dalam homebase. Bukan untuk ikutan acaranya anak-anak gunung itu, melainkan untuk memasak. Dua kali Maryam dan rekan-rekannya memasak di homebase, untuk acara yang diselenggarakan oleh masjid kampus.
Suatu saat para anggota UKM Adventure ingin merayakan ulang tahun organisasi mereka, dengan acara potong tumpeng. Marco minta bantuan Maryam bikin tumpeng besar dan sekalian memasak nasi kuning. Maryam memasak nasi dengan dibantu oleh dua orang anggota yunior Adventure, seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan. Di siang hari, kedua orang itu harus mengikuti kuliah. Kemudian Marco datang ke homebase.
Menjelang sore, beberapa orang anggota Adventure masuk ke homebase, niatnya untuk membantu. Mereka tertegun melihat Maryam dan Marco sedang duduk di kursi dengan posisi cukup berdekatan. Ada panci berisi puluhan telur rebus terletak di atas meja. Marco dan Maryam sedang mengupas kulit telur, sembari mengobrol dengan suara pelan. Bahkan keduanya tidak menoleh saat ada orang yang masuk ke homebase.
Ada yang tersenyum jahil sembari mencari-cari lagu di ponselnya. Lantas mengalunlah lagu rada jadul berjudul “Love is You” yang dilantuntan oleh grup Cherrybelle. Mulanya mereka hanya mendengarkan lagu itu. Kemudian mereka ikut menyanyi dengan suara sumbang.
Baby I love you, love you, love you so much
And I miss you, miss you when you’re gone
Baby I need you, need you, need you so much
Since I found that love is you
Barulah Marco menoleh. “Heh, berisik!” tegur Marco. “kalau mau ngamen, di lampu merah sana!”
“Sorry Bang. Kita mah lagi latihan nyanyi buat Ayang Beb, siapa tahu Ayang Beb mau kalau diajak candle light dinner. Soalnya kan, tiga hari lagi Valentine’s day.”
Saat itu bukan cuma Maryam yang malu banget, tapi sepertinya Marco juga salah tingkah, tak bisa bicara apa-apa untuk beberapa saat.
“Sorry ya.” ujar Marco pada Maryam. “Kamu sudah nggak betah di sini ya? Ya sudah, pulang saja! Tumpeng sudah beres, kan?”
Maryam bicara, “Tumpengnya sudah selesai. Telur-telur itu kalau sudah dikupas semua, campurkan dengan sambal yang ada di wajan. Telur itu buat lauk makan para anggota, jadi ditaruh di wajan saja. Kalau nanti Pak Rektor dan pejabat-pejabat kampus mau motong tumpeng, lauknya sudah ada di tampahnya. Sisa lauknya ada di panci, buat anggota yang mau makan.”
“Oke, oke, aku ngerti. Ada lagi masakan yang belum selesai?”
“Sudah semua.”
“Makasih ya.”
Maryam cuma mengangguk, lalu pergi.
Keesokan harinya, Maryam dibikin kaget oleh pertanyaan beberapa akhwat, rekannya sesama aktivis masjid kampus.
“Ada yang bilang, kemarin di hari Minggu Mbak Maryam diundang candle light dinner sama Bang Marco? Dalam rangka hari Valentine?” Para mahasiswi berjilbab itu bicara separo menuduh, “kok, Mbak Maryam mau candle light dinner sama laki-laki yang bukan mahram? Ingat lho, sebagai muslimah kita harus menjaga diri dan hijab kita.”
Maryam tercengang, berpikir sejenak, lalu bertanya. “Candle light dinner di mana? Di homebase?” Maryam tertawa. “coba deh sekali-sekali kalian masuk ke homebase Adventure, di hari Minggu siang, saat mereka baru selesai latihan panjat memanjat dinding itu. Lalu renungkan, bagaimana bisa tempat itu dibuat lokasi candle light dinner?!”
Gadis-gadis berjilbab itu semakin heran melihat Maryam malah terpingkal-pingkal, sampai menelungkup di meja untuk menahan ketawanya.
Maryam bicara lagi. “Aroma homebase itu campuran antara bau ketek, bau kaki, bau celana jeans bulukan, bau jemuran basah, nasi basi, jengkol, pete…. Mana banyak kecoa dan laler ijo lagi! Saya datang ke situ karena diminta memasak tumpeng, buat ultah Adventure. Lumayan uang lelahnya buat beli sepatu. Kebetulan sepatu saya sudah mangap. Paham kan, sekarang?”
Akhirnya para akhwat itu cekikikan mendengar jawaban Maryam.
Ternyata kemudian, komentar Maryam tentang homebase itu sampai juga ke telinga Marco. Dengan tampang asem, Marco bicara, “Maryam, kenapa kamu ngomongin soal homebase, malah sama orang lain? Kok, nggak langsung aja ngomong di depan hidungku? Kamu nggak mikir ya, kalau semua yang kamu omongkan sama orang lain itu, sudah menampar mukaku?!”
“Tapi… aku nggak menyebut nama siapapun….” bantah Maryam.
“Waktu kamu bikin tumpeng itu, memang di homebase banyak orang, tapi mereka nggak pernah duduk atau berdiri di dekat kamu! Kecuali aku! Ya jelas saja, orang-orang langsung mengira, kalau yang kamu bilang bau ketek, bau kaki, maksudnya aku? Enak ya, ngomongin aku, ngetawain aku, di depan teman-teman kamu itu?”
“Ehm … bukan begitu maksudku, Marco, aku minta maaf….”
“Omonganmu nyakitin hati!” Marco lantas pergi.
Kemudian Marco mengerahkan anggotanya untuk melakukan operasi bersih di homebase Adventure. Perabotan dikeluarkan, lantai disiram air, disikat dan dipel hingga tak bersisa lagi kerak-kerak tanah di ubinnya. Jendela dan langit-langit dibersihkan dari debu tebal. Peralatan masak dan makan yang kotor dicuci. Puluhan baju, celana jeans, jaket dan handuk yang bergelantungan di tali jemuran, di sandaran kursi, dan di kapstok, dikembalikan ke pemiliknya masing-masing. Perabotan dibersihkan, lalu dikembalikan ke dalam homebase.
Maryam merasa harus minta maaf sekali lagi. Dia minta maaf lewat chat.
[Marco, aku minta maaf ya.]
[Besok aja minta maafnya di kantin, pas makan siang.] Itu jawaban Marco.
Besoknya Maryam duduk di kantin kampus, perlahan memakan nasinya. Marco datang, lantas duduk di hadapannya.
“Marco, kamu sudah makan siang?” tanya Maryam, daripada tidak bicara.
“Lagi nggak nafsu makan. Eh Maryam, kenapa kamu ngomong soal homebase, sampai segitunya? Kamu kesal sama aku, karena kamu merasa terpaksa bikin tumpeng buat ultah Adventure? Atau aku pernah salah ngomong sama kamu, sehingga kamu merasa nggak enak?”
“Nggak kok, Marco. Aku hanya iseng ngomongin homebase dengan teman-temanku. Mestinya aku nggak menjadikan markas orang lain sebagai bahan gurauan. Aku minta maaf.” Maryam menyodorkan sebuah lunch box. “Ini aku masak di rumah temanku, buat kamu.”
“Apaan nih?” Marco membuka lunch box itu, isinya ternyata jengkol goreng cabe ijo. Marco tertawa pelan. Ada-ada saja cara si Maryam minta maaf, pikirnya.
Maryam sudah selesai makan, dan harus masuk kelas. Marco juga meninggalkan kantin setelah membeli dua bungkus nasi putih, ayam goreng dan lalap. Dia makan di homebase bersama Cepi, menikmati jengkol cabe ijo.
Suara motor yang lewat di dekatnya menyadarkan Maryam dari lamunan. Sekarang Marco tidak ada, sedang ditahan di kantor polisi, pikir Maryam. Buru-buru dia istighfar, lalu kembali berjalan menuju ruang dosen.
***
Cepi menelepon seorang satpam yang bekerja di rumah Marco. Cepi memang sudah mengenal para satpam yang bekerja di rumah keluarga Marco, karena dia sering menginap di rumah itu. Saat ini Cepi sedang memantau kondisi Marco.
“Gimana hasil pertemuan Big Bos dengan pengacaranya?” tanya Cepi. Yang dia maksud dengan Big Bos adalah Ardianto Wiratama, ayahnya Marco. Sedangkan untuk Marco, kata sandinya adalah Bos Junior. Sedangkan untuk polisi, mereka pakai kata sandi Ladusing, mengambil nama Inspektur Ladu Singh dalam film kartun anak-anak.
“Yang saya dengar, Big Bos belum bisa mengupayakan penangguhan penahanan untuk anaknya.”
“Kenapa?” Cepi heran. “Kalau anak pengusaha tajir melintir tidak bisa keluar dari tahanan dengan jaminan bokapnya, gimana dengan anak kere?”
“Nggak tahu Kang. Tapi saya sempat nguping obrolan Big Bos dengan pengacaranya, katanya Bos Junior tidak menyangkal semua tuduhan yang dialamatkan padanya! Satu-satunya yang dia sangkal, adalah saat Ladusing menanyakan apakah dia punya hubungan pribadi dengan seorang mahasiswi bernama Maryam.”
“Dia menyangkal?” Cepi terdiam, lantas menghela napas. “Ya sudah Kang.”