Loading...
Logo TinLit
Read Story - the Last Climbing
MENU
About Us  

Inspektur Ekky bicara, “Coba kita lihat lagi rekaman CCTV.”

Dalam rekaman CCTV terlihat seorang pedagang datang ke halaman homebase, membawa baki berisi semangkok bakso dan segelas jus. Pedagang itu menghampiri Marco yang sedang berdiri dekat Maryam. Tampak Marco mengambil gelas jus itu, dipegang sebentar, kemudian ditaruh kembali di atas baki. Pedagang itu masuk ke homebase, kemudian ke luar lagi.

“Marco sempat memegang gelas itu, memang hanya sebentar. Kita tidak tahu apa yang dia lakukan saat memegang gelas isi jus alpukat itu, karena posisinya membelakangi kamera CCTV. Siapa yang tahu, ada sesuatu yang dia masukkan ke gelas itu? Lantas dia kembalikan gelas itu ke atas baki.”

Ipda. Binsar terhenyak. “Masak dia mau meracuni dirinya sendiri?”

Iptu. Ekky menukas, “Bukankah dia nggak keracunan? Yang keracunan justru orang lain.”

“Tapi itu kan, karena jus alpukatnya ditukar dengan jus mengkudu, dan Marco nggak tahu kalau akan dikerjain seperti itu.”

“Bagaimana kalau dia sudah menduga bakal dikerjain? Anak-anak pencinta alam di kampus itu suka saling menjahili rekannya, karena awalnya juga diajarin sama Marco saat mereka digojlok dalam diklat menjelang jadi anggota Adventure.”

Binsar tediam.

Iptu. Ekky lanjut bicara, “Berdasarkan kesaksian beberapa orang, Raymond itu tidak suka pada Marco. Mungkin Marco sudah menyadari hal itu. Menurut kesaksian teman Raymond, suatu hari Marco pernah menjahili Raymond, dengan cara menukar bajigur pesanan Raymond dengan jamu pahit. Jadi seandainya Marco pesan makanan, lalu makanan itu diantar ke homebase saat dia tidak ada di homebase, siapa tahu Raymond membalas berbuat iseng pada makanannya.”

Iptu Ekky lanjut memaparkan asumsinya, “Saat itu makanannya adalah mie bakso dan jus alpukat. Yang paling memungkinkan buat ditukar dengan bahan makanan yang rasanya tidak enak, adalah jus alpukat. Saya kira, Marco sudah memperhitungkannya. Makanya… racun itu dia bubuhkan pada jus alpukat! Saat dia datang ke homebase untuk makan, nggak mungkin kalau dia nggak mencium aroma mengkudu dari gelas jusnya. Dia justru gembira, jebakannya mengena. Lantas dia minum sedikit, lalu pura-pura keluar homebase untuk muntah.”

Iptu. Ekky kembali bertutur, “Lalu apa yang diperbuat oleh Marco? Banyak mahasiswa bilang kalau Marco itu orang yang terbiasa menyelesaikan masalah dengan tinju! Seharusnya dia marah, tonjokin satu per satu orang-orang yang saat itu ada di homebase, supaya ada yang mau mengaku siapa yang ngerjain dia! Tapi Marco malah pergi dari kampus! Mungkin karena dia tidak mau melihat seseorang sekarat karena keracunan, khawatir ekspresi wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa puas karena sudah berhasil membunuh Raymond! Karena itulah dia pergi, dan menunggu berita saja.”

Binsar tak bisa menerima asumsi seperti itu. “Bagaimana kalau jus alpukat itu salah sasaran, bukan diminum oleh Raymond, tapi malah diminum oleh orang lain. Marco kan, nggak bisa mengendalikan hal itu?”

Iptu. Ekky masih memaparkan pemikirannya, “Nggak ada anggota Adventure yang berani ngerjain Marco, kecuali Raymond yang kentara tidak suka pada Marco. Sejak awal Marco sudah menduga, kalau ada orang yang berani iseng pada makanannya, orang itu pasti Raymond!”

Ekky lanjut berujar, “Saya kira, saat Marco berada di tenda es buah dan tenda bakso, dia selalu memandang ke luar tenda. Menurut Marco, dia melihat apakah dosen walinya sudah datang, atau belum. Padahal mungkin saja Marco lagi mengintai Raymond, sudah datang atau belum, sudah masuk ke homebase atau belum. Saat dilihatnya Raymond datang ke kampus, dia buru-buru pesan jus alpukat itu. Untuk mengaburkan penyelidikan polisi kelak, dia masuk ke tenda bakso, karena dilihatnya dua orang mantan musuhnya masuk juga ke situ. Marco ingin mengesankan, bahwa cukup banyak orang yang punya peluang untuk menaruh racun pada jus alpukatnya. Seperti dugaaan kamu tadi.”

“Bagaimana dengan Maryam? Apakah dia kebetulan datang?” tanya Binsar.

“Mungkin Maryam sengaja diminta datang oleh Marco, supaya Marco terlihat punya alasan membiarkan makanannya ditaruh di homebase.” jawab Iptu. Ekky. “Mungkin cuma Marco yang merencanakannya, tapi dia melibatkan Maryam untuk memberikan alibi buatnya. Pura-pura diajak ngobrol, dan Marco sengaja memilih lokasi ngobrol yang tidak jauh dari homebase. Dengan begitu, Marco bisa cuci tangan atas kasus keracunan yang menewaskan Raymond.”

“Saya tidak berpikir hingga sejauh itu….” gumam Binsar.

“Bagaimana sih, sebetulnya hubungan antara Maryam dengan Marco? Pacaran? Atau seperti pengakuan si Marco, katanya cuma urusan jual beli peyek?”

Binsar juga sudah mewawancarai beberapa orang anggota Adventure. “Banyak anggota Adventure yang menyebut mahasiswi bernama Maryam itu sebagai ceweknya Marco, karena mereka tidak melihat Marco dekat dengan wanita, kecuali dengan Maryam. Tapi ternyata Marco menyangkal, ya Pak?”

“Hmmm.” Inspektur Ekky bergumam, lantas sekali lagi mengamati rekaman CCTV saat Marco mengambil gelas, lantas mengembalikannya ke atas baki.

“Marco mengambil gelas itu, tapi posisinya membelakangi kamera CCTV, sehingga kita tidak tahu apa yang dia lakukan terhadap gelas itu. Tapi Marco berdiri berhadapan dengan Maryam, itu berarti Maryam melihat apa yang dilakukan oleh Marco terhadap gelas berisi jus alpukat itu.”

“Apa perlu kita memanggil Maryam untuk bersaksi juga?” tanya Ipda. Binsar

Iptu. Ekky menjawab, “Ya. Kalau asumsiku terbukti benar, Maryam bisa dianggap terlibat pembunuhan terhadap Raymond, karena Maryam membantu memberikan alibi buat Marco! Istilahnya accessory to murder.”

***

Akhirnya Marco bicara pada ayahnya, tentang kasus tewasnya Raymond. Dia khawatir ayahnya tahu dari mulut orang lain, jadi lebih baik dia yang bicara. Ayahanda Marco bernama Ardianto Wiratama. Setelah mendengar masalah yang membelit putranya, dia segera mengontak seorang pengacara senior.

  Sementara itu keluarga Raymond menggelar peringatan tujuh hari kematian Raymond, dengan mengundang puluhan orang, yang terdiri dari rekan-rekan Raymond di fakultasnya, dan anggota Adventure yunior dan yang satu angkatan dengan Raymond. Para senior Adventure tidak ada yang diundang dalam acara peringatan yang disambung makan malam bersama di rumah orang tua Raymond. Keluarga Raymond menganggap para senior Adventure adalah sekutu Marco.

Keesokan harinya keluarga Raymond dan pengacaranya menggelar jumpa pers di halaman rumah. Di hadapan para wartawan, ayahnya Raymond bertutur tentang anaknya yang tidak sengaja meneguk jus beracun sehingga menyebabkan kematian. Dia juga mengatakan bahwa Raymond adalah seorang anak muda yang multi talenta, salah satu kemahirannya adalah dalam olahraga panjat tebing. Itulah sebabnya Raymond memilih UKM Adventure untuk menyalurkan hobinya. Namun, keberadaan Raymond di organisasi Adventure, tampaknya menimbulkan rasa tidak nyaman pada seniornya, karena persaingan dalam memilih atlet yang bakal dikirim ke ajang kompetisi panjat tebing. Demikian pernyataan keluarga Raymond, memang tidak menyebut nama, namun bertendensi menuduh seseorang.

Para penyidik juga terus mencari info tentang konflik yang pernah terjadi di organisasi Adventure, terutama yang berkaitan dengan Marco dan Raymond. Hingga akhirnya penyidik mendapatkan sebuah info yang mereka anggap sebagai pemicu konflik antara Marco dengan Raymond.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags