Loading...
Logo TinLit
Read Story - the Last Climbing
MENU
About Us  

Marco masih ada di markas Polrestabes Bandung, sedang dimintai keterangan oleh para penyidik dari Satuan Reserse Kriminal (Sat. Reskrim).

Polisi penyidik bertanya pada Marco, “Siapa mahasiswi yang ngobrol dengan Anda, sehingga membuat Anda terhindar dari keracunan jus alpukat?”

“Mahasiswi yang mana? Banyak mahasiswi yang ngobrol dengan saya.”

Inspektur Ekky menyuruh Marco melihat ke layar sebuah laptop. Tak lama ada tayangan dari rekaman CCTV kampus, saat Marco mengobrol dengan seorang mahasiswi di teras sebuah ruangan.

“Dari jam yang tertera di situ, saat Anda mengobrol itu, adalah saat di mana seseorang meminum jus alpukat Anda, dan menggantinya dengan mengkudu.”

Marco tak bicara, hanya mengamati layar laptop.

“Siapa wanita itu? Dia mahasiswi di kampusmu juga, kan?”

“Namanya Maryam.”

“Teman sekelas Anda?”

“Tidak sekelas.”

“Maryam itu anggota Adventure?”

“Bukan.”

“Dia pacar Anda?”

“Tentu saja bukan.” Marco geleng kepala.

“Kalau bukan pacar, lantas apa yang Anda obrolkan dengan Maryam?”

Marco terdiam sejenak setelah ditanya apa urusannya dengan Maryam. Akhirnya dia bicara, “Si Maryam itu jualan peyek. Dia juga sering bikin kue-kue pesanan teman-temannya, katanya dosen juga suka pesan dagangannya. Kadang dia jualan baju batik. Dia memang suka ngajak ngobrol banyak orang, nawarin dagangannya. Namanya juga orang jualan, dia cari konsumen yang dianggapnya punya duit. Begitulah si Maryam.”

“Coba ceritakan kegiatan Anda di hari itu!”

“Hari apa?”

Iptu. Ekky mulai kesal dengan sikap Marco yang tampak cuek, kadang berlagak pilon, seolah menyepelekan kasus itu.

“Hari di saat Anda pesan jus alpukat, tapi Anda tidak jadi meminumnya karena lebih memilih mengobrol dengan Maryam. Hari di mana jus alpukat itu diminum oleh Raymond, lalu dia tewas!”

“Ah ….”

Walau pelan, Iptu. Ekky bisa mendengar suara dari mulut Marco. Iptu. Ekky merasa, sebenarnya Marco merasa resah, atau mulai takut, dengan kasus ini. Hanya saja Marco masih berusaha bersembunyi di balik sikap angkuh.

Setelah diminta sekali lagi, Marco mau bicara tentang kegiatannya di hari naas itu.

“Hari itu saya ada kuliah pagi. Kelar kuliah sudah lebih dari jam sepuluh pagi. Saya ada perlu sama dosen wali, tapi beliau belum datang. Karena lapar, saya cari makanan dulu di luar kampus. Dari warung tenda itu saya bisa mengamati gerbang kampus ….”

“Apa sebetulnya yang Anda amati?”

“Saya ingin melihat mobil dosen wali saya, apakah sudah datang. Lalu ada chat dari dosen wali, katanya beliau baru datang ke kampus setelah zuhur. Tadinya saya mau makan di tenda bakso, tapi banyak orang. Jadi saya minta pada tukang bakso itu mengantarkan pesanan saya ke homebase. Lalu saya jalan masuk ke areal kampus. Baru juga mau masuk ke homebase, ada Maryam mencegat saya, biasa lah, nawarin jualannya. Ya saya sempatkan sebentar untuk ngobrol dengan dia. Begitulah yang terjadi.”

“Setelah itu apa yang terjadi?”

 “Saya ke homebase, karena makanan pesanan saya ditaruh di situ. Lalu saya minum jus karena haus, ternyata isinya mengkudu. Waktu itu saya marah sekali, rasanya ingin nonjok mereka satu per satu, tapi nggak tega. Saya memilih pergi ke markas Skygers untuk mengembalikan tambang panjat tebing. Di sana saya ngobrol dengan beberapa teman, bahkan sempat makan bareng di rumah makan Sunda. Terus saya pulang. Saya lupa soal mau menemui dosen wali.”

“Kapan Anda tahu kalau Raymond meninggal?”

“Sore hari saya dapat berita dari grup WA, katanya Raymond masuk rumah sakit. Saya heran, karena siang harinya saya ketemu Raymond di homebase, dia kelihatan sehat. Tadinya saya pikir Raymond mengalami kecelakaan lalu lintas saat mau pulang dari kampus.”

“Kenapa Anda berpikir begitu?”

“Karena Raymond suka ngebut saat mengendarai jeepnya.”

“Lalu apa yang Anda lakukan setelah mendapat berita tentang Raymond?”

Marco menceritakan hal-hal yang dia lakukan pada hari tewasnya Raymond.

“Dari chat di grup WA, ada berita kalau Raymond di rumah sakit, tapi sudah meninggal. Waktu itu saya kira Raymond mendadak sakit, atau kena serangan jantung. Keluarga Raymond minta jenazahnya diautopsi. Saya dan beberapa rekan mendatangi rumah Raymond, sampai malam menunggu kedatangan jenazahnya.”

“Kapan Anda tahu, kalau Raymond tewas karena keracunan?”

“Mungkin besoknya. Ada rekaman video di grup WA Adventure, isinya pernyataan dari orang tua Raymond, katanya autopsi sudah selesai dan sudah ada hasilnya. Penyebab kematian Raymond karena keracunan arsenik. Menurut dokter, arsenik itu ada dalam makanan yang paling akhir masuk ke lambung Raymond, yaitu jus alpukat.”

“Apakah Anda sempat berpikir, tentang jus alpukat yang Anda pesan?”

“Iya, saya teringat jus alpukat saya yang ditukar dengan jus mengkudu. Waktu di homebase, saya tidak kepikiran, dikemanakan jus alpukatnya? Tapi saat mendengar hasil autopsi, saya kaget sekali, jangan-jangan yang ditelan Raymond adalah jus alpukat pesanan saya. Terus saya tanyakan pada beberapa teman Raymond, yang saat kejadian itu ada di homebase. Mereka jawab, memang jus alpukat yang itu.”

Marco diperbolehkan meninggalkan markas polisi itu.

Pada hari itu juga, ada dua orang lagi yang datang ke kantor polisi itu untuk memberi kesaksian. Inspektur Ekky menghadapi dua orang alumni Adventure, yaitu Yusuf  dan Dudung, yang pernah berseteru dengan Marco.

“Buat apa saya meracuni Marco? Nggak perlu diracun, suatu saat juga dia bakal mati dengan sendirinya!” Nada bicara Yusuf sinis.

“Menurut info, dulu Anda pernah beberapa kali berkelahi dengan Marco. Anda bahkan mengatakan, akan mempermalukan Marco di depan umum, untuk balas dendam.” tanya penyidik.

“Dulu saya memang ingin sekali melakukannya. Tapi waktu berlalu, dan dendam sudah pupus. Kalau tukang bakso itu mengatakan bahwa saya sesumbar mau balas dendam sama Marco… sebetulnya itu cuma kisah lama yang saya ceritakan ulang kepada cewek-cewek yang saat itu makan bakso bareng saya, soalnya mereka tahu pernah ada masalah berat di organisasi pencinta alam kampus, dan mereka menanyakannya pada saya dan Dudung.”

“Kami nggak ada masalah lagi dengan Marco dan semua anggota Adventure.” Dudung yang diperiksa berikutnya menguatkan omongan Yusuf. “Hubungan saya dengan Adventure, dan para personilnya, sangat baik. Semua pertikaian yang pernah terjadi, saya anggap sebagai kegilaan masa muda, tidak perlu diperpanjang lagi. Tidak ada ishlah ataupun musyawarah perdamaian, bukan berarti hati kami masih menyimpan dendam.”

Setelah tak ada lagi saksi yang datang untuk hari itu, Inspektur Ekky berbincang dengan anak buahnya yang ikut dalam penyidikan kasus tewasnya Raymond.

“Menurutmu, siapa saja yang punya peluang untuk menaruh arsenik dalam jus alpukat itu?” tanya Iptu. Ekky pada Ipda. Binsar.

Ipda. Binsar menjawab, “Banyak banget, Pak. Yang pertama, tentu saja tukang es buah itu, Mang Sueb. Lalu Sonya dan temannya. Lalu Mang Ujo si penjual bakso, Dudung, Yusuf, ketiga cewek yang makan bakso bareng mereka. Lalu orang-orang yang saat itu ada di homebase, kecuali Raymond. Total tersangka versi saya berjumlah 30 orang. Tinggal mencari siapa yang punya motif paling kuat untuk meracuni Marco, berarti yang punya dendam paling besar.”

“Apakah kamu tidak bisa memilah saksi dalam daftarmu itu?” tanya Iptu. Ekky.

“Kalau dipilah, Mang Sueb dan Mang Ujo bisa dicoret dari daftar saya, karena kedua pedagang itu tidak pernah punya masalah apa-apa dengan Marco. Apalagi Mang Ujo, dia bahkan nggak tahu siapa Marco sebelum kasus tewasnya Raymond. Mang Ujo baru lima hari dagang di kampus itu. Lalu beberapa orang lagi juga bisa dicoret dari daftar, yaitu temannya Sonya, dan tiga orang cewek yang makan bakso bareng Dudung. Berarti tersangka tinggal 24 orang.”

Iptu. Ekky melihat daftar nama yang sudah dibuat Binsar, lantas dia berujar, “Ada satu orang lagi yang justru punya peluang paling besar untuk menaruh arsenik dalam jus alpukat itu. Nama orang itu tidak kamu cantumkan dalam daftarmu.”

“Siapa?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags