Polisi penyidik berujar, “Coba kita putar lagi rekaman kamu.”
Dalam rekaman video milik Johan, memang tampak Raymond menyuruh seseorang untuk mengambil buah mengkudu dari halaman belakang kampus. Johan mengikuti orang itu, dan merekam saat orang itu memetik buah mengkudu. Kemudian kembali ke homebase.
“Saat itu apakah masih ada isi di gelas jus, atau sudah kosong?”
“Sudah kosong Pak. Saya tanya mana jusnya? Sudah gue minum, begitu jawaban Raymond.”
Selanjutnya rekaman milik Johan memperlihatkan Marco yang masuk ke dalam homebase.
“Itu yang namanya Marco, Pak.” ucap Johan.
Rekaman itu memperlihatkan Marco yang meminum jus dalam gelas, lantas berlari ke luar homebase. Orang-orang di dalam homebase yang terbahak-bahak, lantas Marco masuk kembali ke dalam homebase dengan wajah penuh amarah. Namun, tidak tampak Marco mengambil tindakan apapun, kecuali mengambil helmnya, dan gulungan tambang, lantas dia bergegas ke luar homebase. Rekaman itu berlanjut memperlihatkan beberapa orang yang masih tertawa-tawa, menertawakan Marco. Kemudian ada yang berteriak, kamera berguncang sesaat, akhirnya memperlihatkan tubuh Raymond yang sudah tergeletak di lantai homebase.
Selanjutnya Johan diminta mengamati rekaman CCTV yang memperlihatkan bagian depan homebase. Dari rekaman itu tampak orang-orang yang masuk dan ke luar dari homebase. Polisi meminta Johan mengidentifikasi setiap orang yang masuk ke dalam homebase, menjelang kejadian tewasnya Raymond. Sebagai anggota lama UKM Adventure, mestinya Johan mengenali orang-orang itu. Johan menuliskan nama-nama mereka, berikut fakultas tempat orang-orang itu kuliah, dan tahun angkatannya.
Polisi menuding seorang wanita yang mengenakan gamis panjang dan berjilbab lebar, tampak berdiri cukup lama di halaman homebase, sesekali dia berjalan bolak-balik, tapi tidak kentara masuk ke markas pencinta alam itu.
“Siapa dia?”
“Namanya Maryam.”
“Dia anggota Adventure?”
“Bukan Pak, dia pacarnya Marco.”
“Kenapa dia ada di dekat homebase, sebelum kejadian tewasnya Raymond?” tanya penyidik, Iptu. Ekky Wahyudi.
Johan menjawab agak tergagap. “Nggak tahu Pak. Nah, itu Marco datang, Maryam ngobrol dengan Marco.”
Inspektur Ekky Wahyudi memperhatikan rekaman CCTV itu dengan seksama. Tampak seorang pedagang datang ke halaman homebase, membawa baki berisi semangkok bakso dan segelas jus. Pedagang itu menghampiri Marco yang sedang berdiri dekat Maryam. Tampak Marco mengambil gelas jus itu, hanya sejenak dipegang, kemudian ditaruh kembali di atas baki. Pedagang itu masuk ke homebase, kemudian ke luar lagi dengan hanya menenteng baki. Sementara Marco dan Maryam tampak berjalan menjauhi homebase. Sekitar duapuluh menit kemudian Marco muncul lagi di rekaman CCTV, dia masuk ke dalam homebase.
Sambungan dari rekaman itu, tentu saja adalah rekaman video dalam ponsel milik Johan, yang memperlihatkan kejadian di homebase terkait jus alpukat itu. Rekaman lanjutan dari CCTV memperlihatkan Marco yang berlari ke luar homebase, lantas berjongkok di samping homebase, sembari memuntahkan jus mengkudu yang terlanjur dia teguk. Kemudian Marco masuk lagi ke dalam homebase, dia ke luar lagi dengan menenteng helm, ransel dan gulungan tambang. Lantas dia pergi meninggalkan kampus dengan mengendarai motornya.
Sekitar setengah jam setelah kepergian Marco, situasi di homebase tampak ricuh dan panik, itulah saat Raymond tiba-tiba tersungkur di lantai. Tampak dalam rekaman CCTV, Raymond digotong beramai-ramai menuju ruang kesehatan kampus. Selanjutnya Raymond digotong masuk ke mobil, untuk dibawa ke rumah sakit. Namun, Raymond tak selamat.
Penyidik sudah selesai meminta kesaksian dari Johan. Kemudian Johan diperbolehkan pulang. Lantas muncul seorang penyidik, yang merupakan anak buah Inspektur Ekky.
“Lapor Pak, saya membawa hasil lab. dari sampel yang kita kirim ke Lab. Forensik Polda Jabar.” Sampel yang dikirim adalah muntahan Raymond. Hasil lab. menyatakan bahwa dalam muntahan itu terkandung arsenik. Memang belum ada hasil autopsi jenazah Raymond. Namun, Inspektur Ekky telah yakin, bahwa Raymond tewas akibat keracunan arsenik.
Inspektur Ekky bicara sendiri sembari menatap lagi rekaman CCTV. “Apakah arsenik itu ada dalam jus alpukat yang diminum oleh Raymond? Kalau iya, berarti… Raymond korban salah sasaran! Target sesungguhnya adalah Marco!”
Inspektur Ekky membaca catatan yang dibuat oleh Johan, yaitu daftar nama-nama orang yang berada di dalam homebase, ataupun ada di sekitar homebase, menjelang tewasnya Raymond. Ada 25 nama, yang berpotensi menjadi tersangka penabur racun ke dalam jus alpukat. Inspektur Ekky garuk-garuk kepala, mengingat begitu banyaknya orang yang punya kesempatan untuk membunuh Marco!
“Tapi si gondrong itu selamat, karena dia malah ngobrol dulu dengan pacarnya. Sungguh beruntung sekali orang itu.”
***
Arsenik trioksida, itulah racun yang menyebabkan kematian Raymond. Demikian hasil autopsi dokter yang diumumkan oleh polisi. Dengan demikian, polisi menetapkan kematian Raymond sebagai kasus pembunuhan berencana. Beberapa orang dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
“Saya nggak masukin racun ke dalam jus alpukat itu! Saya sudah mangkal di kampus itu selama lima tahun, sebelumnya nggak pernah ada yang keracunan sama dagangan saya.” ujar Sueb, pedagang es buah. Dia dipanggil ke Mapolrestabes Bandung untuk didengar kesaksiannya dalam kasus pembunuhan terhadap Raymond.
“Saya nggak menuduh Mang Sueb. Saya cuma minta ceritakan bagaimana jus alpukat bikinan Mang Sueb bisa diminum sama Raymond! Padahal yang beli jus alpukat itu adalah Marco.”
“Iya Pak. Setelah jus itu saya berikan sama Marco, dia membayar, lalu membawa jusnya ke tenda bakso karena dia bilang mau minum jus itu setelah makan bakso. Biasanya juga mahasiswa suka begitu. Gelas-gelas punya saya suka beredar di tempat tukang bakso, tukang batagor, bubur, kupat tahu… Saya mah nggak masalah kalaupun harus saya sendiri yang mencari-cari gelas itu.”
Inspektur Ekky Wahyudi yang jadi penyidik kasus itu, mencatat beberapa keterangan. Lantas dia bertanya lagi. “Waktu Mang Sueb lagi bikin jus alpukat, Marco ada dimana? Berdiri di dekat Mang Sueb sambil menunggu pesanannya, atau duduk di bangku?”
“Berdiri di dekat saya ….”
“Apakah ada pembeli lain, selain Marco, yang datang hampir bersamaan?”
“Hmmm. .. “ Sueb mengingat-ingat. “Begini Pak, mulanya Marco berdiri dekat saya, sambil memperhatikan saya bikin jus pesanannya. Lalu datang dua orang mahasiswi. Marco lalu duduk. Waktu saya memberikan jus itu ke hadapannya, dia langsung membayar, lalu bilang mau ke tenda bakso.”
“Apakah waktu Marco duduk, ada pembeli yang berdiri di dekat Mang Sueb?”
“Ya ada Pak. Kedua mahasiswi yang datang belakangan itu berdiri dekat saya, sambil pesan ini itu, jangan pake ini, jangan pake itu. Begitulah.”
“Waktu jus pesanan Marco belum diberikan, apakah gelas jus itu selalu ada di tangan Mang Sueb? Atau sempat diletakkan, karena Mang Sueb meladeni dulu pembeli lain, atau mengambil sesuatu di tempat lain, dengan posisi membelakangi gelas itu?” Inspektur Ekky memperagakan beberapa gerakan, supaya Sueb paham maksudnya.
“Oh… iya. Waktu itu es batunya habis, dan saya letakkan dulu gelas jus alpukat itu di gerobak. Lalu saya berjalan ke samping tenda untuk memecahkan es batu. Lalu saya kembali lagi ke gerobak. Setelah itu saya berikan jus itu pada Marco.”
“Waktu Mang Sueb mengambil es batu di samping tenda, apakah kedua orang mahasiswi itu sudah berada di dekat gerobak es?”
“Iya.”
“Marco ada di mana waktu itu?”
“Duduk di bangku, tapi dia terus saja melongok ke luar tenda.”
“Oke… berarti dia tidak melihat jus alpukatnya yang masih ditaruh di gerobak.” gumam Ekky. “Apakah Mang Sueb tahu nama kedua mahasiswi itu?”
“Pelanggan saya banyak, saya nggak tahu namanya, tapi ingat wajahnya.”
“Menurut Mang Sueb, apakah Marco mengenal kedua mahasiswi itu?”
“Kayaknya kenal… soalnya salah satu cewek itu menegur duluan, “Hey Bang, ikut nggak ke Ciremai? Kalau Abang ikut, aku ikut.” Marco menjawab, “Gimana nanti aja ya, soalnya saya lagi banyak tugas kuliah.” Lalu dia duduk di bangku.”
“Lantas bagaimana?”
“Marco pergi sambil bawa jus alpukatnya. Terus cewek itu ngomong, “Belagu banget tuh cowok!” begitu katanya, Pak.”