Ketika Reina selesai berganti pakaian kerja, terdapat panggilan masuk dari Indah. Sembari berdiri di depan cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya, Reina menerima panggilan itu.
"Hallo, In."
"Aku sudah tahu alasan Pak Arga menggantikan Revan menikahi kamu!" Dengan nada suara antusias, membuat Reina sangat penasaran.
"Apa?"
"Tiba-tiba 2 hari sebelum pernikahan Pak Arga mengatakan sama Revan kalau dia yang akan menggantikan Revan, dan kebetulan Revan memang ingin jadi sukarelawan di sini, jadi dia mau saja. Dan kamu tahu apa lagi, Re? Sebagai ucapan terima kasih dari Arga untuk Revan yang mau menyerahkan kamu ke dia, Arga sampai menyumbangkan fasilitas kesehatan untuk masyarakat di sini!"
Reina tatap wajahnya di cermin yang sudah berubah menjadi terharu. Kenapa Arga sampai seperti itunya? Reina mulai bertanya-tanya.
"Menurut kamu kenapa Pak Arga melakukan itu?" tanya Reina dengan perasaan sudah tidak menentu.
"Apa mungkin diam-diam selama ini Pak Arga suka sama kamu?"
Pak Arga suka sama aku? Alasannya? Apa mungkin? Tapi, sejak kapan?
"Bye the way, In. Kamu kok bisa tahu?"
"Revan sendiri yang cerita."
"Gimana kamu meyakinkannya buat cerita?"
"Rahasia! Jadi gimana sekarang? Apa yang akan kamu lakukan?"
Sekali pun Arga memiliki perasaan pada Reina, apa akan ada yang berubah? Reina adalah tipe manusia yang teguh pada pendirian. Jika seperti itu yang Reina tentukan dari awal maka sampai akhir akan tetap seperti itu.
"Gak ada yang harus aku lakukan. Semua akan berjalan sesuai apa yang sudah aku rencanakan." Dengan sorot mata sendu.
"Gini ya, Re. Sekarang aku tanya sama kamu apa selama kalian menikah Pak Arga mengecewakan kamu? Bersikap kasar entah melalui fisik atau perkataan? Kalau Pak Arga justru sebaliknya, yaitu perhatian sama kamu. Bukannya kamu perlu mempertimbangkan kembali? Kalau kamu akhiri pernikahan itu, kamu mungkin gak akan pernah mendapat yang seperti dia lagi."
Reina hendak mengucapkan sesuatu namun ketukan pintu membuatnya menyudahi panggilan itu. "Sudah dulu, In. Aku harus segera ke Kantor."
"Okay."
Diambilnya tas yang menggantung di dinding, memasukkan handphone ke dalam tas, lalu berjalan ke arah pintu. Saat membukanya Arga sudah berada di sana.
"Sudah selesai?" tanya Arga.
"Iya, Pak."
Mereka pun berangkat ke Kantor bersama. Reina yang biasanya ada yang dibahas saat perjalanan menuju Kantor, entah hanya sekadar pertanyaan singkat atau memberitahu Arga perihal jadwalnya hari ini, Reina terpantau hanya diam. Arga yang melihat itu merasa sedikit aneh. Arga merasa suasana hati Reina berbeda saat sarapan, walau Reina tidak mengatakan apa-apa.
Sampainya di Kantor, mereka langsung sibuk dengan urusan masing-masing. Reina segera melakukan pekerjaannya, sementara dari dalam ruang kerja, Arga terlihat sedang memandangi Reina. "Ada apa sama kamu, Re?" gumam Arga dengan raut wajah khawatir.
.
.
Karena Arga memiliki jadwal bertemu klien penting dari Jepang dan kebetulan jadwalnya kunjungan ke Hotel yang ada di Bandung, Reina pun yang akhirnya ke Bandung sendirian.
Saat Reina berada di sana semua aman terkendali hingga tiba-tiba alarm bahaya berbunyi. Satu persatu orang berhamburan keluar dari Hotel. Reina yang sedang bersama manager hotel pun tahu apa yang terjadi berkat ada salah seorang staf yang menelepon manager hotel.
"Kita harus segera keluar dari sini, Bu!" kata manager hotel di mana seorang wanita yang lebih tua dari Reina.
"Ibu bisa keluar lebih dulu, saya mau memeriksa Dapur. Memastikan kalau semua staf bagian Dapur sudah pergi dari sana." Reina segera melangkah ke tempat tujuan.
Di tempat lain, di ruangan Arga, terlihat Arga yang tengah berdiri, berjabat tangan dengan seorang pria yang jauh lebih tua darinya.
"Go issho ni oshigoto dekite ureshii desu," kata Arga. (Senang bekerja sama dengan Anda)
"Kono kyōryoku ga kitai dōri ni narimasu yō ni," ucap pria itu. (Semoga kerja sama ini seperti yang diharapkan)
Arga perhatikan kliennya yang melangkah keluar diantar Baskara. Tiba-tiba Baskara melangkah masuk dengan wajah cemas dan langkah tidak santai.
"Ada apa?" tanya Arga.
"Terjadi kebakaran di Hotel yang di Bandung!"
Deg
Arga segera melangkah pergi dari sana dengan langkah cepat diikuti Baskara. Bukan karena ingin segera memberi intruksi agar Hotelnya tidak dilahap seluruhnya oleh si jago merah, melainkan Arga harus segera melihat bahwa Reina baik-baik saja.
Dengan kecepatan tinggi Arga membelah jalanan kota yang siang itu untungnya terpantau lancar. Biasanya memiliki waktu tempuh 3-4 jam, Arga hanya membutuhkan waktu 2 jam 30 menit. Setelah memarkirkan mobil, Arga langsung berjalan ke arah pemadam kebakaran yang sedang berusaha memadamkan api yang sudah melahap sebagian Hotel. Di sana juga sudah ada beberapa reporter.
"Pak Arga," sapa manager hotel.
"Di mana Reina?" tanya Arga yang langsung disuguhi wajah manager hotel yang baru teringat sesuatu.
"Ya ampun, saya lupa kalau Bu Reina masih di dalam!" Dengan wajah panik.
Wajah Arga pun berubah cemas dan takut. Saat hendak melangkah masuk ke dalam Hotel, Baskara mencegahnya dengan berdiri di hadapan Arga.
"Bapak gak bisa melakukannya."
"Kenapa saya gak bisa?! Saya harus menyelamatkan Reina! Reina sudah terlalu lama di dalam sana."
"Terlalu bahaya, Pak."
"Saya gak peduli!"
Arga bahkan menghajar Baskara yang mencoba menahannya, sampai Baskara hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi apa apa dengan Arga dan Reina. Arga melangkah masuk di tengah api yang belum padam itu. Tidak peduli jika dirinya harus terluka.
Arga terus mencari keberadaan Reina dengan wajah cemas yang sudah tak terkondisi. "Reina! Reina kamu di mana?" teriak Arga.
Teringat bahwa kebakaran berawal dari Dapur, Arga pun pergi ke Dapur untuk mengeceknya. Sampainya di sana sudah penuh api, namun Arga tetap memaksakan masuk dengan hati-hati di mana ada bagian atap yang sudah jatuh, hingga ia temukan seseorang yang sudah tergeletak di lantai. "Reina," ucap Arga sembari berjongkok di hadapan Reina yang sudah tidak sadarkan diri.
Digendongnya Reina dengan jas Arga yang sudah menyelimuti badan Reina. Arga bawa Reina keluar dari dalam sana. Di tengah kobaran api dan asap yang mengepul, bak pahlawan dari cerita fiksi, Arga keluar dari dalam Hotel membuat orang-orang yang berkumpul di luar, menatapnya kagum dan terharu setelah sebelumnya cemas.
Reina langsung ditangani tim medis di mana Reina perlu dibawa ke Rumah Sakit karena sudah terlalu lama menghirup asap. Arga ikut naik ambulance, karena ingin memastikan kondisi Reina yang lemah, baik-baik saja.
Arga genggam salah satu tangan Reina dengan wajah khawatir dan sedih. Kamu harus kuat, Re ... kamu harus bertahan agar bisa melihat pelaku yang sudah membuat kamu seperti ini berakhir di tempat terkutuk!
Ya, Arga tidak akan membiarkan satu orang pun lolos dari genggamannya.