Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kisah di Langit Bandung
MENU
About Us  

           “Masih siang... Mau balik penginapan?” tanya Bayu, ketika mereka sudah kembali di parkiran.

            “Jangan, deh...”

            “Terus, kemana?”

            Andra membetulkan posisi tas nya yang sedikit salah arah. Setelahnya, ia kembali fokus pada pembicaraan. “Aku udah bawa laptop nih. Kan rencananya mau kerjain thesis...”

            “Sekarang banget? Emang nggak capek?”

            “Nggak,” balas Andra menggeleng. “Kalau kita balik penginapan dulu, malah bolak-balik. Karena letak tempat yang mau kita tuju, ternyata sangat amat dekat dari sini...”

            “Memang, dimana?”

            “Armor Kopi. Lokasinya ada di deket pintu masuk komplek wisata alam Taman Hutan Raya Juanda,” kata Andra. “Dekat, kan?”

            “Ah, ya.. Dekat banget. Kalau balik penginapan, malah nggak efisien..”

            “Iya. Ayo,” ajak Andra antusias.

            Dan keduanya, kembali menempatkan diri di atas motor Vixion kesayangan lelaki itu. Melambaikan tangan pada area Tahura, yang sukses membuat mereka berdua merasakan sebuah bahagia langka di pagi hari.

            Kebahagiaan saat bersama.

            Mengenang waktu, seperti beberapa tahun silam.

**

            Hanya sekitar tiga menit perjalanan, tibalah mereka di Armor Kopi. Tempatnya teduh sekali, karena didominasi oleh pepohonan. Memang, tempat ini berada di kawasan Hutan  Raya Juanda. Jadi, hawa sejuk pun terasa indahnya.

            “Tempatnya bagus,” kata Bayu, membuka pendapat tentang tempat ini, sembari melepas helmnya.

            “Iya, dong.. Disini, kita  bisa merasakan sensasi ngopi di hutan, duduk santai di pinggir danau diantara pohon pinus sambil menghirup kopi panas. Segerrrr banget...” balas Andra antusias.

            Dan Bayu suka, ketika Andra bicara dengan menggebu. Rasanya, ia seperti masuk dalam dunia gadis ini. Selalu bahagia, dan diiringi oleh aura positif yang penuh semangat.

            “Masa sih, segitunya? Kamu nggak lagi lebay, kan?”

            “Ih, serius! Rasanya tuh segala kejenuhan dengan rutinitas sehari-hari ikut sirna seiring dengan tegukan kopi...” Nada suara Andra makin hiperbola saja rasanya.

            Tapi memang, sejauh mata memandang, tempat ini sangatlah bagus.

            Suasana belum terlalu ramai. Memang, hari masih siang. Sementara, Armor Kopi sangat lah menjadi primadona ketika sore menjelang petang, saat manusia sedang penat-penatnya karena kegiatan harian mereka.

            Di setiap jengkal kaki, pengunjung akan melewati bangunan kecil yang terbuat dari kayu. Seperti sebuah kios kecil, namun unik. Dan di kios-kios kecil inilah, para pengunjung memilih dan memesan makanan dan minuman yang mereka inginkan.

            “Sistemnya mirip restauran fast food, ya,” kata Bayu. “Pesan, terus bayar, baru deh duduk..”

            “Iya.. Unik, kan? Nanti, mereka bakal neriakin nama pemesan dan kita harus pasang kuping buat dengerin teriakan mereka,” lanjut Andra.

            “Kamu sering kesini, ya?”

            “Nggak. Ini baru yang kedua. Dulu, pernah satu kali sama teman S-2.. Kerjain tugas juga.. Cozy banget, tempatnya...”

            Mereka berdiri di depan kios, dan menatap deretan menu yang ada. Untuk menu makanan, memang didominasi oleh cemilan, diantaranya ada cireng, pisang goreng, singkong goreng, bala-bala, bitter balen, dan seputar cemilan lainnya.

            Untuk pecinta kopi, Armor Kopi menyediakan berbagai macam pilihan kopi yang terbuat dari biji kopi Arabica, Robusta, maupun Liberica dengan berbagai macam metode penyeduhan. Harganya tergolong murah, hanya sepuluh hingga lima belas ribuan saja

            Ada beberapa pilihan manual brewing seperti V60, French Press, Flat Bottom, Moka Pot, dan Ibrik. Untuk pengunjung yang kurang suka kopi, bisa memilih green tea, oolong tea, black tea, dan lainnya yang dibandrol hanya sepuluh ribuan saja.

            “Pesan apa?” tanya Andra.

            “Aku mau kopi Robusta aja,” balas Bayu. “Kalau kamu?”

            “Milk tea,” kata Andra, sembari nyengir.

            Bayu menggelengkan kepalanya. “Di tempat kopi, malah pesan teh susu, ya.. Hebat, kamu...”

            “Kan aku nggak terlalu suka kopi, Bay...”

            “Terus nga—“

            “Karena aku suka tempatnya,” kata Andra, cepat, memotong pembicaraan Bayu. “Makanannya mau apa, nih?”

            “Terserah kamu aja. Yang penting bisa dimakan sama-sama.”

            “Oke... Cireng rujak, pisang goreng keju, sama tahu tepung, ya, Mas..” Andra memberi detail pesanan mereka, kepada salah satu pelayan disitu.

            Total semua makanan yang mereka pesan, harganya hanya tujuh puluh ribu rupiah. Murah, kan? Tempat nyaman, harga bersahabat, dan menu makanan pun nikmat. Sempurna sudah tempat ini sebagai salah satu pilihan nongkrong para muda-mudi.

            Setelahnya, mereka berjalan mencari tempat duduk yang nyaman. Terdapat beberapa pilihan area, diantaranya pinggir danau, di dalam rumah kayu, dan diantara pohon-pohon pinus.

            Dan diantara pilihan tersebut, mereka berdua menjatuhkan pilihan untuk duduk di antara pohon-pohon pinus.

            “Syahdu, ya. Rimbun, tenang... Ah, andai hidup seindah ini...” gumam Andra, setelah meletakan diri tuk duduk di kursi, berhadapan dengan Bayu.

            “Emang hidup kamu nggak indah?” tanya Bayu.

            “Indah, sih... Tapi... Gitu, deh.. Kurang tenang.. Istilahnya gemrungsung.. Dikejar dateline tugas, pusing mikir urusan pribadi...”

            “Termasuk masalah hati?” tebak Bayu.

            “Ah, itu salah satunya..”

            “Kenapa? Belum ada laki-laki yang cocok sama kamu sejauh ini?”

            Andra menghela nafas kasar. “Belum. Sejak putus dari kamu, aku masih sendiri...”

            “Kenapa?”

            “Belum ada yang cocok.”

            Bayu berdecak. “Mungkin kamu harus menurunkan selera kamu, Ndra..”

            “Selera? Memang kamu pikir, selera aku seperti apa?”

            Lelaki berkulit sawo matang tersebut mengendikan bahu. “Mungkin yang tampan, mapan, pintar...”

            “Kamu lupa... Dulu kan aku sama kamu... Memang, aku memandang itu semua?”

            Seketika, Bayu terdiam sejekap. “Nggak, sih.. Maaf...”

            Andra membuang nafasnya. “Kriteriaku masih sama, Bay.. Yang kayak kamu...” jawabnya lemah. “Hanya saja, aku belum menemukannya... Sepertinya, yang seperti kamu memang hanya satu.. Yaitu kamu.”

            Deg.

            Ada rasa nyeri di ulu hati Bayu tatkala Andra mengucapkan itu semua. Andra, belum pindah hati sejak awal mula bertemu dengannya. Namun apa daya, Semesta telah bergerak memisahkan mereka, padahal mereka sama-sama belum rela. Akhirnya bisa ditebak. Keduanya sama-sama dibuat sakit oleh keadaan.

            Andra, yang hingga kini masih melajang, menanti hadirnya sosok lain, yang mirip seperti Bayu. Sementara Bayu, memiliki seorang gadis, namun hatinya kini dipenuhi keragu-raguan besar.

            Ah, seharusnya mereka tak jumpa. Tapi lagi-lagi, Semesta yang menggerakan mereka, hingga terjebak dalam sebuah temu.

            Mereka terdiam beberapa saat, menikmati udara dingin, serta alunan musik yang membuat mereka terbawa suasana. Pemilihan lagu yang pas, membuat suasana semakin nyaman saja. Lagu masa kini yang syahdu, namun tak terkesan kaku.

Pagi ini mentari bersinar cerah.. Namun, cerahnya tak secerah parasmu...

Pagi ini burung berkicau nan merdu... Namun tak semerdu saat kau menyapaku...

            Seperti saat ini. Lagu yang syahdu nan merdu, membuat lamunan seorang Andra melayang kemana-mana. Menikmati lagu ini, di warung kopi istimewa, dengan sosok di hadapannya—sejak dulu—berhasil membangkitkan semangatnya. Sempurna, rasanya.

Dengan tulus dan penuh keyakinan... Kutitipkan segala yang kupunya.. Padamu...

            “Lagunya bagus, ya,” kata Andra.

            Bayu mengangguk. “Iya.”

            “Lagunya siapa?”

            “Lagunya Daun Jatuh.. Band indie.. Judulnya, Antara Pagi dan Kau...”

            “Oh...”

Aku ingin kau selalu ada disini, tuk temani hari yang terus berganti...

Karena aku tak pernah mau tuk sendiri, raga dan jiwaku nyaman bersamamu...

            Persis. Lirik yang sempurna tuk menggambarkan rasa hati Ina. Jika bisa, ia ingin menghentikan waktu, agar selalu mendapati sosok Bayu di sampingnya. Jika bisa, ia ingin memperbaiki masa lalu, agar tak perlu ada kata pisah diantara keduanya.

            Gadis ini, masih sangat mendambakan sosok pria di hadapannya. Sangat. Dengan sepenuh hati dan jiwanya. Namun apakah masih bisa? Entah. Biar saja waktu yang menjawab.

            “Pesanan atas nama Bayu...”

            Suara teriakan pelayan laki-laki, membuyarkan pikiran mereka, dan mengalihkan segala hal yang tengah mereka lakukan.

            Bayu mengacungkan jari, memberi tanda bahwa ia ada di tempatnya, kepada sang pelayan. Dan dengan sigap, sang pelayan menghampiri mereka, serta menyajikan hidangan yang mereka pesan di atas meja mereka. Setelahnya, kedua manusia tersebut mengucapkan terima kasih, diiringi dengan kepergian sang pelayan.

            Teh susu, robusta, cireng rujak, pisang goreng keju, dan tahu tepung tersaji di hadapan mereka dengan cantik.

            “Selamat makan,” ucap Andra.

            Bayu mengangguk. “Selamat makan.. Eh, katanya, kamu mau kerjain tesis?”

            “Iya. Bentar, aku siapin laptop dulu,” kata Andra, sembari membuka tasnya, dan mulai mengeluarkan beragam perlengkapan perangnya.

            “Kamu ambil S-2, apa?” tanya Bayu.

            “Magister Ilmu Hukum, dengan peminatan Hukum Ketenagakerjaan,” jawabnya.

            Reflek, Bayu bertepuk tangan. “Salut... Kamu masih aja suka belajar, ya...”

            “Harus, dong...”

            “Tesisnya, ambil tema apa?”

            “Perlindungan hukum dalam pemutusan hubungan kerja, berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan, ditinjau dari hak konstitusional pekerja atau buruh,” katanya, lancar, menyebutkan judul tesis yang tengah ia kerjakan.

            “Kenapa ambil tema itu?”

            Gadis itu mengambil satu cireng di piring, kemudian mulai menikmatinya. “Karena aku melihat banyak ketidakadilan terhadap para buruh, yang di PHK semena-mena oleh perusahaan mereka..”

            “Wah, kamu masih aja pinter, ya, Ndra...”

             “Makin hari, manusia harusnya makin pintar.. Bukannya malah mengalami penurunan kualitas otak...”

            Benar. Bayu pun mengungkapkan rasa setujunya terhadap hal tersebut. “Udah sampai mana tesis kamu?”

            “Udah bab terakhir, sih.. Lagi bikin penutup...”

            “Keren, asli... Bentar lagi lulus, dong?”

            “Semoga.. Mohon doanya.. Capek aku di bawah tekanan dosen terus...”

            Bayu terkekeh. “Sebenarnya, hidup kita akan selalu diikuti tekanan, Ndra.. Dalam pekerjaan pun sama.. Aku pun capek ada di bawah tekanan atasanku... Tapi, gimana lagi.. Nikmati prosesnya,itu yang harus kita lakukan...”

            Sesungguhnya, Andra senang saat Bayu mulai memberikannya nasihat dengan beragam kalimat bijaksananya. Bagi gadis ini, nasihat Bayu bukan hanya sekedar bualan tanpa pembuktian. Justru Bayu bisa menerapkan apa yang dia katakan untuk orang lain.

            Bayu yang bijaksana dalam menyikapi beragam hal, membuat Andra senang mendengarkan beragam petuahnya. Petuahnya bermakna. Karena usai mendengarkan, Andra pasti menerapkan dengan mengusahakan perubahan baik dalam hidupnya.

            “Menikmati proses, akan membuat kita lebih berserah sama Allah... Akan membuat kita lebih banyak bersyukur... Akan membuat kita makin mengerti, kalau segala hal yang terjadi, sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah, bahkan sejak sebelum kita ada...” Bayu menyeduh kopi robusta miliknya dengan nikmat.

            Kemudian ia melanjutkan lagi. “Makanya, nikmati semua proses.. Segala cobaan, pasti akan terlewati. Dan segala kesenangan, pun akan terasa biasa ketika sudah tiba masanya...”

            Andra mengangguk. “Terima kasih, Bay... Untuk segala petuah kamu yang selalu berguna..”

            “Ah, bisa aja...” Bayu tersipu. “Oh ya, aku mau tanya... Mengenai program S-2 yang sedang kamu jalankan...”

            “Tanya apa?”

            “Setelah S-2 nanti... Apa tujuan kamu? Apa kamu masih mau menimba ilmu dengan menambah gelar lagi?” tebaknya.

            Andra mengerutkan kening. “Maksud kamu... S-3?”

            “Iya.”

            Dan sontak Andra menggeleng kencang. “Nggak, nggak... Udah capek.. Hahaha...”

            “Ah, aku kira kamu perempuan yang nggak pernah capek belajar.. Aku kira kamu masih mau memanjangkan gelar...”

            Andra memang idealis, impiannya sejak dulu adalah menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Maka, pertanyaan ini sangat wajar untuk Bayu lontarkan, demi menjawab rasa penasarannya.

            “Aku memang idealis... Tapi aku juga realistis...” Andra menjelaskan.

            “Maksudnya?”

            “Aku suka belajar... Tapi aku juga harus memikirkan hidup... Kalau aku terus-menerus menimba ilmu secara formal... Kapan aku mengurus urusan pribadi?” tunjuk Andra, pada dirinya sendiri.

            “Termasuk menikah?” tanya Bayu.

            “Salah satunya.” Dan buru-buru, Andra melempar sebuah pernyataan. “Pasti kamu berpikir, kalau aku belum berniat menikah... Ya, kan?”

            Bayu tertawa renyah. Dan menangguk. “Aku kira, kamu hanya antusias belajar.”

            “Astaga... Nggak, lah! Aku juga mau punya anak, punya suami... Hidup dalam kehangatan... Kamu kan tau sendiri, hidup aku seperti apa sejak dulu... Makanya, aku ingin sekali membentuk keluarga milikku sendiri...” ucap Andra, sembari menghela nafas.

            Deg.

            “Capek, Bay, hidup sendiri terus. Punya keluarga, tapi kayak nggak punya siapa-siapa...”

            Dan pria di hadapannya, mendadak menatap Andra dengan iba. Ia tau betul bagaimana perjalanan wanita ini. Dan wanita ini, benar-benar wanita yang kuat.

            “Maaf, Ndra...”

            Andra menggeleng. “Kamu nggak salah...”   

            “Semoga semua dilancarkan, Ndra. Apapun itu...”

            “Makasih..”

            Bayu mengacak rambut Andra, pelan, membuat perempuan dihadapannya mengaduh risih. Kemudian, keduanya tertawa. Hal ini biasa mereka lakukan sejak dulu. Bagi Bayu, mengacak rambut Andra adalah cara tuk mencairkan suasana, karena setelahnya, mereka pasti tertawa.

            “Aku pikir, kamu mau menimba ilmu sebanyak-banyaknya...” Bayu, memulai topik lagi.

            “Sebanyak-banyaknya, bukan berarti setinggi-tingginya..” balas Andra. “Sudah cukup sekolahku.. Saatnya aku menimba ilmu, melalui aksi di dunia nyata.. Aku harus melakukan pembuktian, terhadap ilmu yang sudah kupelajari,” kata gadis itu, sembari membetulkan kacamatanya.

            “Bukti? Seperti apa?” tanya Bayu, masih penasaran.

            “Aku ingin buka usaha... Terus mempekerjakan orang-orang...”

            Ah.

            Untuk beberapa detik, Bayu terpukau. Cita-cita seorang Andra, begitu mulia. Ia pun tak menduga jika mantan kekasihnya memiliki rencana seperti ini.

            “Ide bagus, Ndra... Sesuai thesis kamu...” Bayu mengacungkan ibu jarinya. “Mau buka usaha di bidang apa?”

            “Sejauh ini, di pikiranku masih kuliner... Kita lihat saja nanti.. Semoga tercapai..”

            “Aamiin...”     

            Tanpa terasa, mereka sudah mulai menyantap hidangan depan mereka. Obrolan ini membawa mereka tak sadarkan diri, tatkala harus mengambil lagi hidangan di atas piring lain tuk kesekian kalinya.

            “Gimana pekerjaan kamu?” tanya Andra, mengganti topik yang semula membahas tentang dirinya dan pendidikannya.

            “Alhamdulillah, lancar... Ini, lagi cuti.. Ternyata penat kerja di bank.. Butuh refreshing,” jawabnya.

            “Kamu di bagian apa, Bay? ODP, ya, kalau nggak salah?”

            “Iya, Ndra..”

            “Ceritain, dong... ODP kan seleksinya sulit...”

            Bayu mengambil tisu, kemudian mengusap bibirnya yang awalnya dipenuhi minyak, dengan tisu yang baru saja ia ambil, sebelum memulai cerita. “Klasik, ceritanya. Aku iseng mendaftar ke Bank Mandara, yang pada saat itu sedang membuka rekrutmen ODP.. Seleksinya banyak.. Setelah seleksi pun, ada proses pendidikan di Bank Mandara Jakarta Pusat.”

            “Terus, terus?”

            “Setelah pendidikan, ada tes akhir.. Nah tes tersebut yang menentukan, apakah kita lolos atau tidak.. Dan di cabang mana kah kita akan di tempatkan,” lanjut Bayu. “Alhamdulillah, semua lancar. Dan alhamdulillah lagi, aku ditempatkan di Bank Mandara Yogyakarta, di kampung sendiri...” katanya bangga.

            Kini giliran  Andra yang tercengang. Bayu, memang sangat pintar sejak jaman kuliah dulu. Mirip dengan Andra, pintarnya. Hanya saja, Andra memilih menggunakan kecerdasannya untuk melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi, sementara Bayu memilih tuk menyalurkan kecerdasannya kepada pekerjaan yang sekarang tengah ia jalani.

            ODP atau Officer Development Program Bank adalah program pelatihan yang dirancang khusus bagi lulusan sarjana yang belum memiiki pengalaman kerja, namun memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang Superviso. Tujuannya hampir sama dengan Management Training, yaitu regenerasi pimpinan. Jadi, peran ODP dalam sebuah bank sangat penting, karena para ODP sangat berpotensi untuk menjabat nantinya, sebagai seorang pemimpin, seperti Operation Head, Marketing Head, ataupun Collection Head

            “Memang kayaknya, aku nggak boleh pergi jauh dari Jogja. Dari SD sampai kuliah, di Jogja... Kerja, kembali ke Jogja lagi...” Bayu tertawa.

            “Berarti itu lah jalan Tuhan untuk kamu, Bay...”

            “Iya, mungkin aku harus merawat ibuku di Jogja..”

            Andra mengangguk-angguk. “Berarti isteri kamu nantinya, harus di Jogja, ya?”

            “Mau ku sih begitu..”

            “Kalau isteri kamu nggak mau?”

            Sepertinya, ini akan menjadi pembicaraan sedikit berat, lagi.

            “Kalau dalam Islam... Setelah menikah, surga isteri ada pada suami.. Dan surga seorang suami, tetap pada ibunya..” Bayu mulai mengutarakan isi pikirannya, tentunya berdasarkan ilmu agama yang ia emban kuat-kuat. “Aku menghendaki isteriku nanti, untuk tinggal bersamaku, di Jogja. Bukan otoriter.. Tapi ini demi kebaikan. Ibaratnya, sejauh apapun aku pergi, pasti aku kembali ke Yogyakarta, kan? Itu karena ada seorang ibu, yang harus aku jaga, dan aku pastikan baik masa tuanya.”

            Andra diam. Bukan karena ia ingin menyanggah. Tetapi karena ia tercengang, karena Bayu bisa berpikir sebijaksana itu.

            Dan kedewasaan Bayu itu lah, yang membuat Andra susah tuk berpaling, atau sekedar mencari pengganti.

            “Ah,” kata Andra, membuka suara. “Kalau gitu... Besok, aku cari kerja di Jogja aja, deh...”

            Deg.

            “Kenapa?” tanya Bayu, berpura-pura polos, padahal ia mengetahui betul apa maksud Andra.

            “Biar bisa menyesuaikan langkah kamu,” jawabnya.

            Lelaki di hadapannya, hanya diam tanpa suara. Sepertinya memang nyata, kalau Andra masih saja mengharapkannya.

            “Bay?” panggil Andra pelan.

            “Hmm..”

            “Harusnya dulu kamu selingkuhin aku aja.”

            Bayu mengerutkan keningnya sembari menyesap kopi miliknya. “Kenapa?”

            “Supaya aku gampang move on. Sejauh ini, aku belum punya alasan untuk move on  dan lupa sama kamu. Karena kamu terlalu sempurna untuk dilupakan..” jawab Andra dengan gamblang dan jujur.

            Glek.

            Bayu terdiam. Ia pun berhasil dibuat gugup akan kalimat demi kalimat yang dilontarkan mantan kekasihnya itu.

            Apakah ia sebaik itu?

            Bagaimana kalua Andra tau bahwa Bayu sudah memiliki kekasih? Pasti, Andra akan langsung membencinya.

            “Maaf, Bay. Aku hanya berusaha jujur. Jangan diambil pusing..”

            Bayu menghela nafas. “Aku nggak mungkin selingkuh dari kamu kala itu, Ndra.. Aku terlalu sayang sama kamu..”

            Seperti dibabat habis perasaannya, Andra tercekat.

            “Bodoh kalau aku selingkuh..” lanjut Bayu. “Aku nggak bohong.. Aku hanya berusaha jujur..”

            Dan sungguh, Bayu pun lemah dibuatnya. Gadis di hadapannya begitu cantik dan mulia, di balik benteng perbedaan agama yang mereka punya. Namun Bayu harus segera kembali pada fakta.... Bahwa ada seorang perempuan, yang selalu menunggu kepulangannya.

 

**

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hello Goodbye, Mr. Tsundere
1249      814     2     
Romance
Ulya tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Natan di kampus. Natan adalah panggilan kesayangan Ulya untuk seorang cowok cool, jenius, dan anti sosial Hide Nataneo. Ketika para siswa di SMU Hibaraki memanggilnya, Hide, Ulya malah lain sendiri. Ulya yakin si cowok misterius dan Tsundere ini punya sisi lain yang menakjubkan. Hingga suatu hari, seorang wanita paruh baya bertopi fedora beludru...
Wanna Be
6179      1705     3     
Fan Fiction
Ia dapat mendengar suaranya. . . Jelas sekali, lebih jelas dari suara hatinya sendiri. Ia sangat ingin terus dapat melihatnya.. Ia ingin sekali untuk mengatakan selantang-lantangnya Namun ia tak punya tenaga sedikitpun untuk mengatakannya. Ia sadar, ia harus segera terbangun dan bergegas membebaskan dirinya sendiri...
Darah Dibalas Dara
731      415     0     
Romance
Kematian Bapak yang disebabkan permainan Adu Doro membuat Dara hidup dengan dihantui trauma masa lalu. Dara yang dahulu dikenal sebagai pribadi periang yang bercita-cita menjadi dokter hewan telah merelakan mimpinya terbang jauh layaknya merpati. Kini Dara hanya ingin hidup damai tanpa ada merpati dan kebahagiaan yang tiada arti. Namun tiba-tiba Zaki datang memberikan kebahagiaan yang tidak pe...
Gebetan Krisan
511      363     3     
Short Story
Jelas Krisan jadi termangu-mangu. Bagaimana bisa dia harus bersaing dengan sahabatnya sendiri? Bagaimana mungkin keduanya bisa menyukai cowok yang sama? Kebetulan macam apa ini? Argh—tanpa sadar, Krisan menusuk-nusuk bola baksonya dengan kalut.
Premium
KLIPING
13234      1728     1     
Romance
KLIPING merupakan sekumpulan cerita pendek dengan berbagai genre Cerita pendek yang ada di sini adalah kisahkisah inspiratif yang sudah pernah ditayangkan di media massa baik cetak maupun digital Ada banyak tema dengan rasa berbedabeda yang dapat dinikmati dari serangkaian cerpen yang ada di sini Sehingga pembaca dapat memilih sendiri bacaan cerpen seperti apa yang ingin dinikmati sesuai dengan s...
Awal Akhir
712      455     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
487      347     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
"Mereka" adalah Sebelah Sayap
473      335     1     
Short Story
Cinta adalah bahasan yang sangat luas dan kompleks, apakah itu pula yang menyebabkan sangat sulit untuk menemukanmu ? Tidak kah sekali saja kau berpihak kepadaku ?
The Boy
1883      735     3     
Romance
Fikri datang sebagai mahasiswa ke perguruan tinggi ternama. Mendapatkan beasiswa yang tiba-tiba saja dari pihak PTS tersebut. Merasa curiga tapi di lain sisi, PTS itu adalah tempat dimana ia bisa menemukan seseorang yang menghadirkan dirinya. Seorang ayah yang begitu jauh bagai bintang di langit.
Heya! That Stalker Boy
575      349     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy