Kina dan Gyn berjalan kembali ke rumahnya setelah mendengarkan rahasia yang dimiliki oleh Tante Daisy dan rahasia yang dimiliki oleh keluarganya. Keduanya tidak berbicara, pikirannya masih mengingat keajaiban yang tadi mereka lihat beserta dengan penjelasan tante tadi.
Benar ternyata mimpi yang diperlihatkan kepada Kina pertama kali. Kedua orang tuanya memiliki rahasia di rumah dia. Dia lalu berhenti dan melirik adiknya, dia mengingat sesuatu yang penting seharusnya Gyn tidak mengetahuinya.
“Kamu tahu kalau ibu punya gelang yang ada ukiran berlian dan daun semanggi?” Gyn mengingat pergelangan tangan ibunya dan tidak menemukan apapun. Dia pun menggeleng. “Kayaknya itu kunci untuk masuk ke dalam gudang sepertinya ornamennya menyimpan sesuatu.”
“Terus kakak mau ngambil itu dari tangan ibu?” Gyn bertanya dengan merinding, kenyataannya dia tidak memiliki pikiran seberani kakaknya itu.
“Nggak tahu. Ibu apa akan menceritakan kepada kita kenyataannya? Aku rasa masih ada banyak cerita yang kurang lengkap dari cerita Tante Daisy.” Alis Kina bertaut dan berusaha untuk menemukan informasi yang kurang.
“Kurang lengkap gimana kak?” Gyn penasaran, dia tidak bisa menebak apapun dari cerita tadi. Baginya cerita itu cukup sesuai dan tidak ada teka-teki yang perlu dipikirkan.
“Tanaman itu tidak berasal dari sini. Mereka berasal dari tempat lain, berarti ibu, ayah, dan Tante Daisy memiliki kisah sendiri.”
“Kak, aku nggak mau mikir.” Gyn menatap dengan melas, otaknya tidak bisa menerima itu semua dengan baik. Lebih tepatnya memang dia tidak suka jika harus memikirkan hal-hal yang susah untuk ditebak. Lebih baik pikiran itu dipikirkan oleh kakaknya yang memang jelas-jelas memahami apa yang terjadi. Dia hanya ingin hidup dengan tenang.
Sesampainya di rumah, ayah dan ibu sedang duduk di tengah ruangan. Suhu di luar yang panas tiba-tiba berubah menjadi dingin. Kina lalu melirik ke langit-langit rumah, pasti ada satu peri penjaga rumah di tempat tinggal mereka. Gyn menyenggol lengan Kina ketika menyadari kakaknya tidak fokus sama sekali.
Kina kembali menatap kedua ayah dan ibunya yang sedang berpikir keras. Kedua orang itu sepertinya tadi juga didatangi oleh orang-orang kompleks.
“Ibu sama ayah apa ngerasa ada yang aneh?” tanya Kina begitu mendudukkan pantatnya di kursi samping ibunya. Tempat duduk di ruangan itu memang sudah seperti hak paten. Ibu dengan Kina duduk sejajar dan Ayah dengan Gyn.
“Aneh maksud kamu gimana?” tanya Pinan yang terlihat tidak bertenaga. Tenaganya sudah habis dipakai untuk mengusir orang-orangan tadi.
Kina melirik lagi pergelangan tangan Pinan. Gelang itu masih ada di tempat semula. “Gimana kalau ibu jelasin gelang itu kalau aku mau jawab.”
Pinan menimbang-nimbang, dia menatap gelang yang dia bawa dulu dari tempat asalnya. Gelang itu sudah menemaninya selama dua puluh tahun ini. Gelang itu satu-satunya yang mengingatkannya tentang identitas dirinya. Tidak mudah untuk menghilangkan darah klannya.
Selama ini dia sengaja menyembunyikan dari Kina tapi sejak peri-peri itu menunjukkan segalanya, Pinan menjadi paham bahwa cepat atau lambat dia harus jujur. Dia tidak ingin anak-anaknya mewarisi kemampuannya sebagai pembuat tanaman, tetapi apa boleh buat. Kina dan Gyn sendiri yang membuka jalan mereka sesungguhnya. Sekarang seharusnya Kina mulai mengenalkan apa arti rumah sesungguhnya untuk mereka ini.
“Oke, ibu akan cerita tapi tidak bisa lengkap ya.” Pinan menarik napasnya, sudah lama sekali dia tidak mengingat ingatan kelam itu. “Gelang ini memiliki dua mata ujungnya, namanya golden key. Mereka memiliki tugas masing-masing untuk membuka pintu gudang. Ibu sengaja melakukannya agar barang-barang berharga yang ibu dan ayah kamu kumpulkan tidak sia-sia.”
“Lalu bagaimana cara menggunakannya, Bu?” Mata Gyn berbinar mendengarkan penjelasan ibunya.
“Gelang ini nanti bisa ditempelkan di depan pintu, pintu akan secara otomatis memahami siapa yang masuk ke dalam gudang itu. Setelah terverifikasi, kita nanti bisa melihat dua hal di dalamnya. Bagian semanggi akan memperlihatkan kita bagaimana keadaan gudang sebenarnya. Gudang yang kalian itu bukanlah gudang asli.”
“Gudang yang asli itu lebar dan di dalamnya terdapat banyak benda-benda langka ya, Bu?” potong Kina. Dia menyambungkan penjelasan ibunya dengan mimpinya. Dia berharap kenyataan itu ada di depan matanya.
“Yap! Betul, gudang aslinya memiliki ruangan yang luas dan lebar, hanya saja kita tidak bisa menunjukkannya dengan bebas. Nah, untuk memunculkan bahan-bahan yang berbeda itulah tugas berlian. Berlian akan memperlihatkan kita tempat di mana barang-barang ajaib apa. Kamu tahu dari mana, Kina? Ibu tidak pernah memberitahumu.” Pinan terlihat bingung mendengar penjelasan anaknya. Sekali pun Daisy yang menceritakannya, dia tidak akan menceritakan sedetail itu karena untuk masalah mekanisme yang dia lakukan tidak diketahui oleh Daisy.
“Ada yang memberitahuku dalam mimpi,” jelas Kina yang membuat bulu kuduk Pinan naik.
“Kamu dimimpiin sesuatu? Siapa yang membuatmu bermimpi itu? Siapa yang menuntun kamu?” Pinan terdengar panik dan menatap Kina dengan lekat. Dia lalu memegang bahu Kina dan menatapnya dengan penuh selidik.
“Aku nggak tahu, Bu. Di mimpi itu tidak ada yang aku lihat selain ibu dan ayah yang sedang memegang gading gajah berwarna putih. Aku juga melihat ibu mengambil sedikit dari benda itu. bukankah aneh aku bermimpi seperti itu?”
“Enggak, tapi ibu harap kamu tidak menceritakan keluarga kita ini ke orang lain. Semuanya akan repot kalau sampai berita ini terdengar, oke?” Kina dan Gyn mengangguk setuju dengan kesepakatan itu.