Cahaya kecil yang mengelilingi Kina dan Gyn itu berhenti dan saling menatap mereka. Kina yang ketakutan mulai menyadari bahwa peri kecil itu juga merasa takut. Dia lalu menegakkan tubuhnya dan mencondongkan dirinya untuk menatap peri kecil yang bergetar. Tangan kecil itu saling bertautan karena ketakutan dengan Kina memberikan rasa tidak aman.
Tubuh peri kecil itu sama seperti buku bacaan dongeng sewaktu Kina kecil hanya sedikit berbeda karena tubuhnya kecil seperti debu, kurus, memiliki wajah bulat dengan pipi cubby, mata lebar, dan yang paling penting terletak pada identitas di telinganya yang runcing. Mereka memakai baju putih bersih dengan kaki telanjang. Rambutnya sedikit bergelombang dan dibiarkan tergerai. Kina takjub melihat penampakan peri yang berbeda dari yang pernah dia baca.
"Kak, kayaknya mereka tidak apa-apa. Sepertinya mereka hanya tertarik dengan kita." Gyn membuka tangannya untuk dijadikan pijakan peri kecil itu. Peri kecil itu duduk dengan manis dan tertawa kecil kepada Gyn.
Kina lalu mengikuti apa yang dilakukan adiknya. Tangannya membuka dan membawa peri kecil yang ketakutan itu untuk dia lihat lebih dalam. Dia tersenyum kecil, ternyata memang tidak ada apa-apa. "Mungkin mereka terbangun dari tidurnya karena kita berisik di dalam sini."
Peri kecil itu menguap dan terbang dengan lambat ke tanaman jahe yang tadi menjadi asal muasal mereka. Kina dan Gyn saling berpandangan. Makhluk kecil itu terlihat lucu. Mereka lalu masuk ke dalam tanaman obat dan menghilang. Tanaman obat itu sejenak memancarkan cahaya dan kemudian menghilang.
"Kak, ini nyata kan?" Gyn bertanya dengan tidak percaya. Dia baru saja merasakan bagaimana dunia dongeng bekerja.
"Iya." Kina mengangguk dengan takjub. Tidak pernah terpikirkan bahwa rumahnya berisi hal-hal yang membuatnya tidak bisa berkata-kata. Pertama tentang puting beliung dan sekarang tentang peri kecil. Mungkin jika dia bersabar lebih lama lagi, mimpi yang membawanya mencari tahu tentang rumahnya akan terjawab.
"Kak, apa mungkin rumah kita ini memiliki harta karun?" tanya Gyn. Dia mulai memahami apa yang terjadi sebenarnya dan mengapa kakaknya bertanya mengenai rahasia di rumah mereka. Gyn mulai percaya dengan ucapan kakaknya yang semula dia anggap aneh.
"Sepertinya lebih dari harta karun." Kina menerka-nerka kejadian sebenarnya.
"Kita tanya ayah dan ibu bagaimana?" usul Gyn dengan bersemangat. Matanya terlihat berbinar dan tertarik dengan teka-teki rumah mereka.
"Aku nggak yakin ibu dan ayah akan mengatakan hal yang sejujurnya. Kau tahu, sepertinya mereka tidak berniat memberi tahu kita. Aku rasa rumah ini berkaitan dengan tanaman obat ... dan ... oh yaa ... kamu ingat dengan Tante Daisy? Sepertinya mereka memiliki hubungan yang lebih dari sekadar teman." Kina mulai menyambungkan informasi yang pernah dia dapatkan dari ibunya ketika dia diminta untuk membeli bunga. Ibunya mengatakan bahwa bunga itu harus sesuai dengan warna, ukuran, dan lain-lainnya.
"Kita tanya dia aja kalau gitu, Kak. Ayo-ayo." Gyn sangat bersemangat. Dia memegang lengan Kina dan menggoyang-goyangkannya naik turun mengikuti gerakan lompat-lompatnya.
"Bagaimana kalau kita coba mengecek tanaman yang masih hidup dulu?" Kina ingin bertanya dengan Tante Daisy tapi dia juga terpikirkan dengan tanaman obat yang ada di luar rumah. Dia melirik sekilas tanaman obat yang sudah kering, tidak ada tanda-tanda peri kecil di sana.
"Yahh, aku udah semangat banget buat lihat bunga-bunga Tante Daisy." Gyn mencebikkan bibirnya sebagai tanda kecewa tapi dia tetap mengikuti langkah kakaknya yang berjalan di depan rumah.
Depan rumah mereka sebagian besar dipakai untuk menanam tanaman obat. Jenisnya banyak tetapi tidak ditanam dalam jumlah yang banyak. Kebun tanaman obat mereka terbagi menjadi dua sisi, satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan. Tengah-tengahnya terdapat jalan yang cukup lebar, muat untuk jalan pick up ayahnya. Terdapat tanah kosong sepanjang lima meter dari tanaman obat yang ditanam di depan. Tanah kosong itu dipakai untuk memarkirkan mobil, sepeda, dan digunakan untuk meletakkan meja panjang. Terkadang dipakai mereka untuk masak-masak di luar menikmati hari-hari libur. Pada bagian pojok kanan terdapat sebuah ruangan yang digunakan untuk menyemai tanaman sebelum dipindah ke dalam tanah. Ruangan itu berbentuk seperti setengah silinder yang terbuat dari jaring-jaring hitam. Jadi angin alami masih bisa masuk ke dalamnya. Hanya saja ruangan itu memang sengaja dibuat agar hewan-hewan seperti ayam dan burung tidak memakan biji mereka.
Kina mengamati sekitar, tidak ada orang tuanya. Mereka sepertinya sudah berada di dalam rumah dan membersihkan diri. Buktinya sekarang tercium bau masakan yang wangi. Kina dan Gyn saling berpandangan ketika perut mereka berbunyi. Mereka lapar tapi harus menuntaskan rasa penasaran mereka terlebih dahulu.
Kina lalu memilih tanaman yang sekiranya sesuai. Dia lalu mencabut tanaman sereh. Benar saja, tanaman itu langsung mengeluarkan cahaya. Akan tetapi, cahaya yang ada di dalam sereh itu berwarna hijau. Terdapat peri kecil yang mengucek matanya. Peri itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan sebelumnya hanya saja memiliki warna hijau.
"Wahhhh warnanya berubah, Kak." Gyn terpesona dengan bentuk peri yang baru dilihatnya.
"Kalian segera mandi dan makan. Ibu sudah masak lauk. Ayo masuk!" ucapan Panin yang tiba-tiba membuat Kina dan Gyn berdiri dengan tegak. Kina dan Gyn langsung membalikkan tubuh dan Kina menyembunyikan sereh itu di belakangnya. Mereka berdua tersenyum dengan kaku dan masuk ke dalam rumah. Untuk sekarang mereka tidak bisa bertanya kepada orang tuanya. Sepertinya pasangan itu belum ingin memberitahu hal-hal ajaib itu kepada mereka.