Suasana kantin tidak pernah sepi ketika masuk di jam istirahat. Baik dari siswa SMP maupun siswa SMA semuanya menuju ke kantin. Mereka saling mengantri untuk memilih makanan atau mendapatkan giliran untuk memesan. Tak jarang juga ada yang memilih mencari duduk terlebih dahulu baru menuliskan pesannya di kertas yang disediakan oleh penjual.
Makanan kantin di yayasan mereka cukup mewah dan tergolong sedikit lebih mahal daripada makanan anak sekolahan pada umumnya. Makanan itu lebih banyak mengandung bahan-bahan yang sehat seperti salad buah, salad sayur, pancake sayur, dimsum sayur, siomay, gado-gado, dan makanan sehat dengan banyak sayur lainnya. Sekolah mereka sengaja menyeleksi makanan sehat yang nantinya dimakan oleh anak-anak.
Kina mencari-cari adiknya yang sudah berjanji untuk bertemu di kantin. Begitu melihat adiknya, Kina mendatanginya. Rambut lurus sebahu dan digerai biasa dengan dahi yang tanpa penghalang poni itu berjalan dengan tegap ke arah adiknya. Adiknya sendirian, sepertinya memang dia tidak memiliki teman dekat di sekolah.
“Gimana? Udah lihat mereka lagi di mana?” Kina bertanya sambil menatap ke sekeliling kantin. Akan tetapi, dia tidak bisa mengingat sosok anak-anak kemarin. Alhasil dia memilih untuk menunggu Gyn menemukan mereka.
“Itu si Horien lagi duduk di sana, Kak. Sebentar lagi juga paling yang lainnya datang.” Gyn memberi kode dengan dagunya. Kina tersenyum misterius dan terpikirkan sebuah ide yang bagus.
“Nanti kamu ke sana. Ajakin berantem aja. Nanti aku masukin serbuk ini ke makanan sama minuman mereka. Kamu bawa satu kapsul nih.” Kina memberikan satu kapsul yang sudah dia isi dengan serbuk dari daun senna semalam. “Nanti dipotekin aja biar bisa keluar serbuknya.”
“Oke.” Gyn mengangguk setuju.
Begitu ketiga orang itu telah susuk bersama, Gyn berjalan dengan cepat. Dia sengaja menyenggol tangan Yonel yang sedang memasukkan dimsum ke dalam mulutnya. Alhasil dimsum itu pun terjatuh ke lantai. Yonel langsung menggebrak meja dan membuat kuah bakso Grafen ikut naik ke atas.
“Kamu lagi, kamu lagi. Jalan pakai mata, bisa tidak?” Suara Yonel terdengar ke seluruh penjuru kantin. Mereka langsung menatap ke sumber suara.
Kina menepuk dahinya, cara adiknya untuk mencari gara-gara berlebihan. Jika semua orang melihat kegaduhan itu, Kina dan Gyn tidak bisa memasukkan sesuatu ke dalam makanan mereka. Kecuali jika Kina melemparkan bubuk itu dengan cepat saat menengahi masalah.
Kina dengan cepat mendatangi adiknya sebelum Yonel melakukan kekerasan. Wajah Horien yang ada di samping Yonel berubah semakin masam ketika Kina muncul.
“Kamu lagi, kamu lagi. Sok banget mentang-mentang kakak tingkat. Bikin nafsu makanku hilang aja.”
“Oh ya?” Kina melirik letak bakso, dimsum, dan gado-gado sekilas untuk memberikan perhitungan. “Emang kamu pernah makan dengan baik? Kayaknya nggak semakmur teman samping kamu itu,” ucap Kina yang sengaja memancing suasana.
“Wah, jaga mulutmu ya. Miskin diam aja.” Horien baru menyadari sesuatu, sepertinya ada yang terlewat dari ingatannya. “Tunggu, sejak kapan kalian berteman?”
“Emang penting ha.” Kina secepat kilat memencet dengan kuat kapsul yang ada di tangannya dan menggebrak meja, sedangkan tangan kirinya menyenggol lengan adiknya untuk memberikan aba-aba. “Sekaya apa kalian emangnya?”
“Kaya banget sih kita, nggak kaya kamu.” Grafen menimpali dan menatapnya dengan tajam begitu juga dengan Yonel dan Horien. Kesempatan itu dipakai oleh keduanya dengan secepat kilat. Orang-orang yang menonton juga tidak mengetahui bahwa Kina memasukkan ramuan pengocok perut. Penonton hanya terfokus dengan tatapan tajam dari keduanya.
“Oh yaudah deh. Terima kasih.” Kina lalu menjauhkan tubuhnya. Dia menatap Horien dan Grafen yang bertubuh kurus. “Kayak kekurangan gizi,” ucap Kina dengan miris.
Kina dan Gyn lalu beralih pergi. Sepeninggal Kina dan Gyn, mereka melanjutkan makannya dengan kesal. Apalagi Grafen dan Horien yang diejek dengan status kekurangan gizi. Padahal kenyataannya perempuan itu juga kurus. “Heh ngaca, Kak.”
Kina dan Gyn bertepuk tangan bersama. Mereka akhirnya bisa membalaskan dendam meskipun harus menjadi tontonan semua orang.
Kurang dari dua jam, ketiga anak laki-laki itu sudah bolak-balik ke kamar mandi. Kina yang berada di gedung sebelah bahkan sengaja untuk melihat mereka menikmati rasa sakit. Dia puas karena tidak salah mengambil daun. Jika salah mungkin mereka akan membuat ketiganya lebih sehat daripada sebelumnya atau lebih parahnya lagi mereka bisa keracunan makanan.
***
Sebelum jam pulang berlangsung, Yonel, Grafen, dan Horien meminta guru BK untuk mengabulkan kepulangan mereka. Perutnya tidak bisa menahan lagi.
“Bu, kami izin pulang ya.” Grafen berkata pertama kali. Dia sudah keluar masuk ke dalam kamar mandi sebanyak sepuluh kali dalam waktu dua jam. Perutnya serasa benar-benar dikocok. Dia sendiri malu jika harus membuang kotoran di sekolah tapi mau bagaimana lagi mereka tidak bisa menahannya.
“Kalian makan makanan atau minuman yang salah? Nanti kalau ada kesalahan dari penjual kantin, kita lakukan sidak.” Guru BK terlihat khawatir dengan anak didiknya.
Horien menyadari bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dengan apa yang dijual oleh pemilik kantin karena biasanya juga tidak ada kejadian seperti ini. Hoerien terpikirkan bahwa orang yang membuat mereka seperti ini tidak lain dan tidak bukan adalah Kina dan Gyn.
“Sepertinya ini bukan salah pemilik kantin, Bu. Coba itu tanyain Kak Kina sama Gyn. Entah tadi mereka memasukkan apa. Brooottt …” Penjelasan Horien terganggu ketika suara tidak menyenangkan itu menandai berakhirnya ucapannya. Dia menutup matanya karena malu.
Guru BK menutup hidungnya, “Yaudah kalian pulang aja. Coba minta obat diare di UKS. Nanti Kina dan Gyn saya panggil ke sini.” Mendengar itu, Yonel, Grafen, dan Horien keluar dari ruangan dan mampir ke UKS terlebih dahulu.
Lain kali mereka akan membalas dua orang itu.