Loading...
Logo TinLit
Read Story - Crusade
MENU
About Us  

“Ada orang di atas?” teriak Lucas, berharap ada yang menjawabnya dari lantai atas.

Hening. Tak ada jawaban sama sekali.

Lucas melirik sebentar ke arah benda berat yang menyerupai patung itu. Berniat memeriksanya, namun diurungkannya karena ada yang lebih penting dari patung kayu itu. Lucas kemudian mengalihkan pandangannya, melihat ke atas tangga. Sambil menaruh satu kakinya ke anak tangga pertama, Lucas memandang ke sekelilingnya. Berpikir sekaligus berharap akan ada yang muncul secara tiba-tiba lagi di sekitarnya. Dan barang kali yang muncul selanjutnya adalah manusia.

Debu yang menutupi bagian dalam rumah memastikan rumah itu benar-benar tak terawat. Dilihat dari segi manapun, rumah itu tampak jelas tidak pernah dibersihkan atau diperbaiki. Dinding yang terdapat lubang dari ukuran yang kecil sampai ke yang besar menjadi bukti jika rumah ini tak mungkin ada yang menghuninya. Entah berasal dari mana lubang-lubang itu, atau bagaimana mulanya bisa muncul, sekilas, rumah itu seperti pernah menjadi lokasi baku tembak dan pernah diberondong sejumlah peluru dari berbagai macam ukuran dan jenis. Meski begitu, anehnya rumah itu terlihat baik-baik saja dari luar. Seperti rumah di distrik 9 kebanyakan, tetapi berbeda sekali dengan bagian dalamnya yang tampak sangat kacau. Sayangnya Lucas tak memeriksa keseluruhan rumah itu. Dan yang sekarang ia lakukan malah langsung naik ke lantai dua. Mencari tahu dari mana datangnya benda berat itu.

Jika dipikir-pikir, sangat aneh melihat bagian luar rumah itu, yang pada dasarnya terlihat sangat normal. Sedangkan bagian dalamnya kacau balau seperti kapal pecah. Belum dengan kondisi rumah di bagian belakangnya yang memiliki kerusakan paling parah. Di bagian dapur. Siapapun pasti akan mengira itu adalah medan perang para mafia, terkecuali kalau semua kekacauan dan kerusakan itu hanyalah ilusi optik semata.

Lucas sudah sampai di lantai dua, lantai teratas. “Jadi, bagaimana benda itu turun tadi?” Lucas memandang bergantian dinding yang ada di depannya dan benda berat yang ada di bawah tadi.

Di sebelah kanan Lucas, ada dinding yang memiliki retakan panjang sepanjang dinding itu berada. Di depannya, ada dinding biasa tanpa ada hiasan apapun yang juga tertutup debu. Maju sedikit ke depan dan di sebelah kirinya ada pintu yang tertutup rapat. Bersih tak terkena debu sama sekali. Berwarna coklat kehitaman. Hendelnya bulat dan tidak dikunci ketika Lucas mencoba membukanya. Tangannya sedikit gemetar saat memutar hendel perlahan. Terdengar bunyi ceklek dan pintu pun terbuka sedikit demi sedikit tanpa suara derit pintu.

Gelap. Apa yang tampak di mata Lucas hanya hitam. Sejauh mata memandang, warna hitam adalah satu-satunya yang dilihat Lucas. Semuanya, di depan, di kanan-kiri, begitu juga dengan di belakangnya, saat Lucas menghadap ke pintu yang barusan dilewatinya. Sudah hilang. Tidak ada lagi.

Perasaan gelisah dan gugup mulai merayapi tubuh Lucas. Rasa takut yang tak diketahui pelan-pelan mengganggu pikiran Lucas di kegelapan yang hening. Matanya bingung hendak ke mana ia melihat, ke mana ia harus melangkahkan kakinya saat ini, bagaimana caranya ia keluar dari ruangan yang gelap gulita ini? Adakah jalan keluar menuju cahaya? Lucas diliputi kebingungan.

Dalam keragu-raguan, Lucas memaksakan dirinya. Berbalik ke arah awal saat dia masuk tadi, kemudian melangkahkan kakinya dengan mantap ke depan. Berjalan lurus terus tanpa henti. Meski rasa takut terjebak dan tak bisa keluar dari kegelapan itu terus mengganggunya. Ia tetap lanjut berjalan lurus. Menuju ke arah yang tak pasti.

Setengah jam Lucas berjalan entah ke mana. Sedikit pun cahaya belum terlihat. Sekelilingnya masih hitam, gelap, dan sunyi.

Saat Lucas memutuskan untuk berlari pelan-pelan, setitik cahaya mulai terlihat dalam jarak pandang Lucas setelah melalui perjalanan panjang yang menghancurkan harapan. Kakinya serasa lemas, matanya sedikit mengabur, sambil mengelap keringat di pelipisnya Lucas mempercepat laju larinya saat itu juga. Melihat cahaya terang dalam kegelapan sama seperti melihat sebuah harapan, senyum perlahan mengembang di wajah Lucas saat cahaya di depannya membesar. Semakin membesar, dari balik cahaya itu kemudian mulai terlihat benda-benda berwarna keperakan yang sekelilingnya tampak gelap. Lucas, disisa-sisa tenaganya berlari sekuat tenaga mencapai cahaya itu. Ia berlari sekuat tenaga dengan kakinya yang lemas dan keringat yang bercucuran.

Lucas sampai di bawah cahaya dengan setengah terpejam. Matanya hampir tak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di sekitarnya. Dalam pandangannya, hanya cahaya terang itu saja yang terlihat dengan jelas. Terang. Namun, meski hanya sekilas, Lucas sempat melihat warna lain di belakang cahaya putih itu sebelum semua di sekitarnya menjadi benar-benar gelap dan tak sadarkan diri.

Sesuatu yang bergerak merayapi tubuhnya, geli, terkejut, itulah yang harusnya Lucas rasakan. Tetapi ia masih tertidur lelap dalam kegelapan tak berujung. Dalam mimpinya, yang membuatnya sama sekali tak terbangun, ia ternyata sedang berkelahi lagi. Seperti yang sebelumnya ia ceritakan pada bibinya, di mimpinya saat ini ia juga sedang berkelahi. Dengan sesuatu yang terlihat besar dan mengerikan. Tidak menyerupai manusia sedikit pun. Bentuknya tertutupi bayangan gelap yang mengerikan. Lucas membelalak ketika makhluk itu bergerak secepat kilat melewatinya. Dalam sekejap, kilatan-kilatan warna ungu dan hitam menghantam kepala Lucas. Lucas pun ambruk dan terjatuh ke bawah. Terus terjatuh ke kegelapan yang tak berdasar dan tak berujung. Tangannya menggapai kehampaan tanpa henti, sampai sebuah sengatan akhirnya menyadarkannya.

Lucas langsung terperanjat begitu membuka matanya. Napasnya tersengal-sengal seperti habis dikejar sesuatu, kakinya gemetar sebentar, lalu diam setelah Lucas berhasil mengendalikannya. Lucas bangkit berdiri. Mendongak ke atasnya, ke arah cahaya berasal. “Lampu ya?”

Lucas menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, memandang ke setiap sisi dan sudut ruangan tempatnya berada saat ini. Ruangan yang berhasil dicapainya setelah melalui perjalanan di kegelapan tak berujung.

“Di mana aku?” tanya Lucas pada dirinya sendiri, sambil melirik ke beberapa mesin yang terdapat beberapa tombol besar dan kecil yang berwarna-warni. Ada juga beberapa tuas yang memiliki berbagai macam ukuran di sana. Satu di dekat Lucas di atas sebuah persegi berwarna merah, satu menempel di dinding, sisanya kebanyakan berada di mesin berwarna keperakan yang lampunya bekerlip-kerlip.

Lucas memandang mesin-mesin itu satu persatu. Dilihatnya baik-baik bentuk mesin itu. Kemudian ia berganti melihat seluruh ruangan. Yang tampak aneh di matanya. Seluruh dinding berwarna hijau tua, ada sedikit lumut di beberapa bagian dinding. Pada dinding itu, batu kali bercampur di dalamnya, menyatu dan terlihat seperti dipaksakan. Ada kemiringan pada batu yang ada dinding itu yang sangat aneh. Seseorang seperti membuat ruangan itu sendiri, tanpa bantuan orang lain. Batu-batu itu menonjol hingga memenuhi ruangan yang sebenarnya cukup luas jika ruangan itu dibuat dengan benar. Warna hijau dinding dan lumut yang menutupi batu memberi kesan sebuah perpaduan warna yang pas sekali untuk sebuah tempat yang sudah ditinggalkan. Mungkin lumut itu juga tumbuh di dinding itu, namun karena warnanya senada membuat lumut-lumut itu tak terlihat pada dinding berwarna hijau tua itu.

Suara desis dan dengungan kemudian terdengar saat Lucas masih sibuk memandangi ruangan itu. Asap putih mengepul pada satu dua mesin pada barisan kedua dari pojok kanan Lucas. Tidak banyak, setelah itu kembali terdengar sebuah suara. Sebuah suara yang berbunyi bersamaan dengan kerlap-kerlip lampu kecil pada mesin keperakan itu.

Bulu kuduk Lucas tiba-tiba berdiri, untuk pertama kalinya Lucas merasakan merinding. Matanya membelalak ke segala arah. Keringat lagi-lagi bercucuran membasahi dahi dan pelipisnya. Jantungnya berdegup dengan kencang, napasnya memburu dalam sesaat. Kakinya mendadak lemas, yang tak memberi pilihan lain pada Lucas selain duduk bersandar di bawah.

Suara menggeram memenuhi ruangan itu, bergema hingga membuat Lucas lemas ketakutan. Sepertinya kegelapan sudah membangkitkan rasa takut Lucas yang sebelumnya terkubur jauh di dalam dirinya.

Lampu berkedip nyala dan mati. Terang dan gelap, berkedip di atas kepala Lucas. Dinding bergetar dan batu-batu pada dinding itu bergemeretak. Lucas memegang kepalanya, menutupi telinganya dari suara yang memekikkan telinga. Tiba-tiba saja terdengar suara pedang dan panah berdesing, suara derum-buum, deruum-buum. Kemudian terakhir ledakkan besar yang sangat mengganggu telinga Lucas hingga membuatnya berteriak kesakitan.

Suasana kembali tenang. Lampu berhenti memainkan dirinya, dinding tidak lagi bergetar dan batu-batu pada dinding itu masih utuh tidak retak maupun pecah. Lucas berkeringat dingin di bawah. Terengah-engah. “Apa yang baru saja terjadi?” katanya sambil melihat ke sekeliling, berusaha memahami.

Cahaya lampu di atas kepala Lucas adalah satu-satunya penerangan yang ada di ruangan itu. Hanya mengandalkan lampu itu, Lucas memberanikan diri berjalan berkeliling memeriksa ruangan tempatnya berada. Melihat dan memeriksa dengan seksama mesin-mesin misterius yang ada di sana. Mulai dari tombol-tombol, tuas, suara mesin, bentuk dan ketahanan mesin itu, juga letak mesin-mesin itu ditempatkan. Kenapa mesin-mesin itu ditempatkan di ruangan yang tampak seperti ruang bawah tanah.

Bersandar pada salah satu sisi dinding, Lucas menghirup dan mengatur napasnya. Dan memandang lagi semua yang ada di sekitarnya. Perasaan bingung masih bersarang di pikiran Lucas. Membuatnya terus berpikir di mana dia sebenarnya. Tetapi Lucas melupakan salah satu yang penting baginya; cara ia pulang kembali ke rumahnya. Sampai saat ini di pikirannya hanya seputar tentang apa yang terjadi padanya, apa yang baru saja terjadi, dan ada di mana dia sekarang, dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana dia akan pulang nanti.

Hawa dingin mulai masuk ke ruangan itu dengan cepat. Menyerang Lucas dalam ruangan separuh gelap. Menyadari hal itu, Lucas lalu memandang ke arah tangga. Ke tempat satu-satunya yang menurutnya asal dari hawa dingin itu. Sempat terbesit dalam pikirannya untuk pergi ke sana, dan melihat keadaan di luar. Tapi tidak dilakukannya karena pandangannya terpaku pada panel yang ada di samping kirinya. Di atas persegi berwarna merah. Tuas yang terbuat dari kayu menempel di sana. Jika dilihat lagi baik-baik, dan kalau Lucas juga menyadarinya, beberapa tuas yang berukuran sedang semuanya berada di atas persegi berwarna merah, dan di sampingnya pasti ada panel. Tepat dibawahnya, ada banyak tombol dan tulisan yang ditulis dengan bahasa yang tidak dimengerti Lucas.

Tombol-tombol itu berukuran kecil, sekecil batu kerikil yang dipoles menjadi sehalus mungkin. Setelah berhasil mengendalikan napasnya, Lucas mendekat ke panel di sampingnya, melihat persegi berwarna merah yang sedari tadi mencuri perhatiannya.

Lucas melirik ke arah tangga, memastikan tidak akan ada yang mengejarnya nanti saat ia mengalihkan pandangannya ke panel di depannya.

Di bawah panel itu ada empat baris tombol-tombol kecil yang berderet; baris pertama diisi oleh tombol-tombol dengan lampu yang lebih kecil di bawahnya berwarna hijau. Pada baris kedua; berderet tombol-tombol dengan lampu kecil berwarna merah. Dan di baris ketiga dan keempat; terdapat tombol-tombol kecil dengan warna putih. Pada akhir dari baris ketiga dan keempat, ada satu lampu berbentuk persegi yang dilapisi kaca berwarna hijau. Ukurannya lebih besar daripada lampu yang ada di bawah tombol-tombol itu, dan tidak pernah menyala seperti lampu-lampu kecil lainnya yang saat ini masih terus menyala. Berkerlip-kerlip.

Lucas mendekati salah satu tuas dan panel, yang ada di sampingnya. Melihat baik-baik, menyentuh permukaan dan semua tombol-tombolnya. Niatan untuk menarik tuas itu pun muncul dalam benaknya. Sebelum itu dilakukannya, Lucas teringat oleh sesuatu yang penting, yang ia lupakan beberapa menit lalu.

Lucas menarik tangannya dari atas tuas dan mundur beberapa langkah ke belakang. Kemudian ia menoleh, melihat lagi ruangan tempatnya berada. Dari sudut ke sudut. Setiap sisi dilihatnya. Berapa kali pun, bagaimana pun, Lucas hanya bisa melihat satu jalan masuk dan keluar; tangga di pojok ruangan yang gelap. Selain tangga itu, tidak ada lagi jalan keluar maupun masuk di ruangan itu sepenglihatan Lucas. Lubang atau celah pada dinding pun tidak ada. Bersih. Semua dinding di setiap sisi semuanya rapat, tidak ada retakan yang bisa dilewati manusia bahkan hewan.

Lucas masih bingung dengan apa yang terjadi. Sebelum ia menyimpulkan, diamatinya lagi ruangan itu. Kali ini dia menatap ke semua yang ada di ruangan itu. Tak lupa juga ia menatap langit-langit yang hanya terdapat satu lampu yang cahayanya tidak menyebar ke seluruh ruangan.

Dengan posisi bersedekap, Lucas berpose layaknya seorang pemikir serius. Matanya menatap tajam ke lantai di bawahnya, tubuhnya tegak lurus di dalam ruangan yang setengah gelap. Rambut pirangnya terlihat lebih gelap dari biasanya. Melalui tatapan serius matanya yang berwarna jingga, terlihat sebuah kesimpulan berhasil ditarik. Lucas kembali dari perjalanan panjang dalam pikirannya. Alisnya terangkat dan kedua matanya membelalak saat terlintas sebaris pertanyaan dalam kepalanya. “Apa aku diteleportasi oleh seseorang ke tempat ini?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dream of Being a Villainess
1425      812     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Surat Dari Masa Lalu
1552      779     8     
Fantasy
Terresa menemukan dirinya terbangun di kehidupan masa lalu. Setelah membaca surat yang dikirim oleh seseorang bernama Beverla Tuwiguna Darma. Dirinya memang menginginkan kembali ke masa lalu agar dia bisa memperbaiki takdirnya, namun bukan sampai ke kehidupan zaman kuno seperti yang terjadi saat ini. Dia harus menemukan kunci agar dia bisa kembali ke zamannya sendiri. Petualangan Terresa akan dim...
The watchers other world
2018      833     2     
Fantasy
6 orang pelajar SMA terseret sebuah lingkarang sihir pemanggil ke dunia lain, 5 dari 6 orang pelajar itu memiliki tittle Hero dalam status mereka, namun 1 orang pelajar yang tersisa mendapatkan gelar lain yaitu observer (pengamat). 1 pelajar yang tersisih itu bernama rendi orang yang suka menyendiri dan senang belajar banyak hal. dia memutuskan untuk meninggalkan 5 orang teman sekelasnya yang ber...
Dalam Satu Ruang
159      107     2     
Inspirational
Dalam Satu Ruang kita akan mengikuti cerita Kalila—Seorang gadis SMA yang ditugaskan oleh guru BKnya untuk menjalankan suatu program. Bersama ketiga temannya, Kalila akan melalui suka duka selama menjadi konselor sebaya dan juga kejadian-kejadian yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Meet You After Wound
273      229     0     
Romance
"Hesa, lihatlah aku juga."
Maroon Ribbon
525      381     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
Dunia Gemerlap
21118      3145     3     
Action
Hanif, baru saja keluar dari kehidupan lamanya sebagai mahasiswa biasa dan terpaksa menjalani kehidupannya yang baru sebagai seorang pengedar narkoba. Hal-hal seperti perjudian, narkoba, minuman keras, dan pergaulan bebas merupakan makanan sehari-harinya. Ia melakukan semua ini demi mengendus jejak keberadaan kakaknya. Akankah Hanif berhasil bertahan dengan kehidupan barunya?
Code: Scarlet
25689      4987     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
Evolvera Life
12959      3603     28     
Fantasy
Setiap orang berhak bermimpi berharap pada keajaiban bukan Namun kadang kenyataan yang datang membawa kehancuran yang tak terduga Siapa yang akan menyangka bahwa mitos kuno tentang permintaan pada bintang jatuh akan menjadi kenyataan Dan sayangnya kenyataan pahit itu membawa bencana yang mengancam populasi global Aku Rika gadis SMA kelas 3 yang hidup dalam keluarga Cemara yang harmonis du...
The Twins
4556      1593     2     
Romance
Syakilla adalah gadis cupu yang menjadi siswa baru di sekolah favorit ternama di Jakarta , bertemu dengan Syailla Gadis tomboy nan pemberani . Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat . Tapi tak ada yang menyadari bahwa mereka sangat mirip atau bisa dikata kembar , apakah ada rahasia dibalik kemiripan mereka ? Dan apakah persahabatan mereka akan terus terjaga ketika mereka sama ...