Loading...
Logo TinLit
Read Story - Monday vs Sunday
MENU
About Us  

Setelah menghilang beberapa saat Rei kembali dengan sesuatu di salah satu tangan yang ia berikan pada Nara yang duduk di sofa panjang. Nara lebarkan bahan katun jepang berwarna krem itu yang ternyata pleated midi skirt.

"Gue gak menemukan celana yang cocok buat lo, jadi gue pilihkan rok itu karena cuma itu yang kayaknya pas di lo," jelas Rei yang kembali duduk di sofa single.

"Kalau gitu, aku ganti dulu." Nara menghilang dari sana.

"Oh ya, Rei. Katanya lo punya Kakak laki-laki, tinggal di Rumah ini juga?" tanya Dimas dengan handphone yang tengah dipegangnya dua tangan.

"Iya, sekarang lagi di Restaurant."

"Restaurant? Kerja atau punya sendiri?"

"Punyanya sendiri. Restaurant yang menyediakan mie buatannya sendiri."

"Wahh, kapan kapan bisa kali bawa gue ke sana," ucap Dimas dengan wajah takjub.

"Aku juga," timpal Anin tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphone.

Di tengah diamnya Rei, Nara kembali dengan rok sebetis yang terlihat pas pada Nara, bahkan Nara terlihat manis menggunakannya. "Cocok banget sama kamu, Na," puji Dimas.

"Iya, kayak rok itu tuh diciptain memang buat kamu," ucap Anin sembari menatap Nara yang vibes-nya sedikit berbeda dari sebelumnya.

Nara mendudukkan diri di tempat sebelumnya, melirik sekilas ke arah Rei yang hanya diam, memainkan handphone. Nara masukkan celana-nya ke dalam tote bag.

"Semuanya sudah selesai, jadi apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Anin sembari meletakkan handphone di atas meja.

"Berarti sudah waktunya pulang, bukan?" tanya Dimas yang menatap Anin, lalu Rei, kemudian Nara.

"Gue sudah pesan makanan, kalian bisa pulang setelahnya."

Anin menganggukkan kepala, Dimas tersenyum lebar, sementara Nara menatap Rei dengan perasaan sudah lebih mengenal Rei. Bahwa ternyata Rei tidak sedingin kelihatannya. Rei masih memiliki hati.

"Yuhuuu," ucap seseorang yang baru saja memasuki Ruang Tamu dengan sebuah koper yang ditariknya. Seorang perempuan dengan blouse putih yang dimasukkan ke dalam rok midi berwarna cokelat tua, dengan potongan A-line yang lebar dan tidak menempel di tubuh, menciptakan siluet yang anggun, serta blazer berwarna senada dengan rok, dan sepatu kets putih.

Langkah perempuan yang lebih dewasa dari Nara dan Anin, menghentikan langkah kakinya sembari menatap ke-empat remaja itu secara bergantian. "Kakak-nya Rei?" tebak Dimas.

"Yaps, tepat sekali. Aduh, maaf. Kakak ganggu ya?" Dengan nada sesantai itu.

Dimas mengibaskan kedua tangannya. "Nggak, kak," kata Dimas.

Perempuan dengan nama Zea itu, tersenyum lembut. Senyum yang membuat wajahnya makin terlihat cantik. Saking cantiknya Dimas bahkan tidak berkedip sekali pun. Terpukau dengan kecantikan alami Zea.

Sebelum menghilang dari sana Zea sempat melihat ke arah rok yang dipakai Nara. Zea mungkin mengenalinya.

"Lo ganteng, Kakak perempuan lo cantik, pasti kedua orang tua lo juga gak kalah cakep nya," ucap Dimas dengan wajah takjub dengan keluarga Rei yang isinya tidak main-main dalam visual.

Tidak lama kemudian, pesanan yang dipesan Rei sampai. Mereka pun menikmati ayam kentucky itu di Ruang Tamu, sementara Rei pergi menemui Zea di lantai 2. Sesampainya di depan pintu Kamar Zea, Rei langsung mengetuknya.

Tidak membutuhkan waktu lama, pintu terbuka. "Ada apa nih?" tanya Zea dengan nada santai.

Rei menyodorkan salah satu kotak kentucky pada Zea yang mengambilnya. "Thank you. Oh ya, sebelum lupa. Rok yang dipakai salah satu teman perempuan kamu, kayaknya Kakak kenal. Ah, mungkin cuma mirip. Atau mungkin nggak?" ucap Zea dengan tatapan penuh interogasi dan kecurigaan.

"Benar, itu rok Kakak. Aku pinjam soalnya celana Nara basah kena cuka. Gakpapa, kan?"

"Karena sudah dipakai, ya gakpapa. Btw, yang mana?"

"Yang mana apanya?" tanya Rei dengan wajah bingung.

Zea mendekatkan kepalanya ke samping telinga Rei. "Your girlfriend," bisik Zea dengan senyum menggoda. Lalu, menjauhkan kepalanya.

Alih-alih menjawab pertanyaan Zea, Rei melangkah pergi dari sana, meninggalkan Zea dengan senyum lebarnya karena puas menggoda Adek-nya.

"Kalau saja kelompok kita tetap sama untuk tugas kelompok selanjutnya, aku mau ke Rumah Nara," kata Anin di sela makannya.

"Gak ada yang istimewa sama Rumah aku, Nin. Kayak gak ada yang layak buat ditunjukkan juga," ucap Nara sembari menatap Anin dengan wajah sedikit tak menyangka bahwa Anin akan memiliki pemikiran seperti itu.

"Gimana Rei menurut lo, kalau kita ke Rumah Nara buat tugas kelompok selanjutnya?" tanya Dimas sembari menatap Rei yang baru saja mendudukkan diri di sofa single.

"Terserah kalian, lagi pula kalau satu kelompok lagi," ucap Rei dengan wajah terlihat tidak tertarik dengan obrolan satu itu.

Selesai dengan acara makan kentucky, mereka bergegas kembali ke Rumah masing-masing karena hari sudah sore. Rei berdiri di depan Rumah, menyaksikan ketiga teman kelompoknya, perlahan menghilang dari pandangan. Keluar Zea dari dalam yang berdiri di samping Rei yang melipat kedua tangan di depan dada.

"Kalau gadis yang satunya lagi namanya siapa? Gadis yang rambutnya sebahu," tanya Zea sembari menatap lurus ke depan.

"Anin."

"Kalau menurut Kakak, dari pertemuan singkat itu, kamu lebih cocok sama Nara. Gadis itu terlihat bisa membuat kamu istirahat dari kegiatan membosankan kamu itu yang selalu saja membaca buku!" Zea menoleh ke arah Rei.

"Justru buku bisa membuat kita tahu segalanya," balas Rei dengan wajah datarnya.

"Kakak tahu, tapi kamu sudah keterlaluan Rei. Waktu yang kamu habiskan sebagian besar untuk belajar. Kakak gak pernah lihat minggu kamu dihabiskan dengan jalan-jalan sama teman-teman kamu itu, kamu selalu mengurung diri di Perpustakaan." Zea nampak khawatir dan peduli pada Adek-nya itu.

"Terima kasih sudah peduli, tapi itu pilihan aku. Aku baik-baik saja dengan hal itu." Rei berlalu dari hadapan Zea yang terdengar menghela nafas panjang. Rei benar-benar tergila-gila dengan belajar.

Masih dikediaman Rei di mana hari sudah malam, Papa, Mama dan Kakak laki-lakinya terlihat sudah berkumpul di meja makan bersama Rei dan Zea. "Mama sama Papa tahu gak? Tadi siang Rei bawa tiga orang teman ke Rumah," ucap Zea yang ingin berbagi di sela makannya.

"Oh ya? Cowok semua?" tanya Mama-nya, lalu memasukkan sesendok makanan ke dalam mulut.

"Satu cowok, dua cewek. Ceweknya dua duanya cantik," ucap Zea yang terlihat makin antusias dalam bercerita tentang Rei.

"Ada yang cocok gak sama Rei?" Kali ini yang bertanya Eza-Kakak laki-laki Rei.

"Dua duanya cocok, cuma aku lebih pilih Rei sama yang namanya Nara. Aura Nara tuh kayak matahari yang siap menerangi bumi setiap hari. Ya kan Rei?" Zea menoleh ke arah Rei.

"Gak tahu," jawab singkat Rei yang nampak tidak peduli.

"Kalau Rei sendiri, sukanya yang mana?" tanya Mama-nya lembut.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Doctor My Soulmate
117      104     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Monologue
573      385     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
40 Hari Terakhir
596      453     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Lost in Drama
1950      774     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Surat yang Tak Kunjung Usai
682      453     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
That's Why He My Man
914      601     9     
Romance
Jika ada penghargaan untuk perempuan paling sukar didekati, mungkin Arabella bisa saja masuk jajan orang yang patut dinominasikan. Perempuan berumur 27 tahun itu tidak pernah terlihat sedang menjalin asmara dengan laki-laki manapun. Rutinitasnya hanya bangun-bekerja-pulang-tidur. Tidak ada hal istimewa yang bisa ia lakukan di akhir pekan, kecuali rebahan seharian dan terbebas dari beban kerja. ...
BestfriEND
42      36     1     
True Story
Di tengah hedonisme kampus yang terasa asing, Iara Deanara memilih teguh pada kesederhanaannya. Berbekal mental kuat sejak sekolah. Dia tak gentar menghadapi perundungan dari teman kampusnya, Frada. Iara yakin, tanpa polesan makeup dan penampilan mewah. Dia akan menemukan orang tulus yang menerima hatinya. Keyakinannya bersemi saat bersahabat dengan Dea dan menjalin kasih dengan Emil, cowok b...
Epic Battle
511      399     23     
Inspirational
Navya tak terima Garin mengkambing hitamkan sepupunya--Sean hingga dikeluarkan dari sekolah. Sebagai balasannya, dia sengaja memviralkan aksi bullying yang dilakukan pacar Garin--Nanda hingga gadis itu pun dikeluarkan. Permusuhan pun dimulai! Dan parahnya saat naik ke kelas 11, mereka satu kelas. Masing-masing bertekad untuk mengeliminasi satu sama lain. Kelas bukan lagi tempat belajar tapi be...
Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
795      345     7     
Fantasy
Lily adalah siswa kelas 12 yang ambisius, seluruh hidupnya berputar pada orbit Adit, kekasih sekaligus bintang pemandunya. Bersama Adit, yang sudah diterima di Harvard, Lily merajut setiap kata dalam personal statement-nya, sebuah janji masa depan yang terukir di atas kertas. Namun, di penghujung Juli, takdir berkhianat. Sebuah kecelakaan tragis merenggut Adit, meninggalkan Lily dalam kehampaan y...
Jalan Menuju Braga
422      323     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...