Loading...
Logo TinLit
Read Story - Halo Benalu
MENU
About Us  

Ethan yang kali ini datang ke rumah Hito. Tanpa memberitahu siapapun. Ia memutuskan untuk datang terlambat ke gladi kotor basket di lapangan indoor sekolah yang pastinya akan disaksikan banyak sekali anak-anak SMA. Ethan merasa ini harus segera diluruskan. Setidaknya masalah ini mereda di hari penting basket sekolahnya yang sudah berada tepat di depan mata.

 “Den, Ethan.”

 “Hito.” Ethan sudah tidak ingin berbasa-basi lagi dengan pembantu rumah yang menyembulkan kepalanya dari dalam.

 “Aduh begini, Den. Em, Aden Hito-nya sedang tidak ingin ditemui.”

 “Suruh dia keluar sekarang.”

 “T-tapi…”

 “Masih punya muka?”

 Hito kali ini yang terdengar berbicara, sambil menginterupsi pembantu rumahnya untuk masuk ke dalam. Sudah lama sekali Ethan tidak melihat wajah Hito di hadapanya seperti ini. Hito juga sama halnya. Terakhir kali mereka berbicara adalah adegan pukul-pukulan di kompleks rumah Ethan. Hito bahkan masih sangat ingat bagaimana cara Ethan meminta maaf padanya.

 “Lo beneran pergi malem ini ke Jepang? Beneran?” tanya Ethan. “Pakai cara ini?”

 “Terus mau pakai cara apa lagi? Gimana hubungan lo sama Aureen? Lancar?” Hito menyunggingkan bibirnya, “atau… acara jalan-jalan lo sama pacar Genta.”

 “Bego, lo ngomong apa?!” bentak Ethan mencekal kaos Hito kasar.

 “Lo belum puas juga ya, Than.” Hito menepis tangan Ethan dari bajunya, lantas mendorong pundak pria itu sampai mundur ke teras.

 “Lo salah paham, Hito.”

 “Hm. Gimana perasaan Genta kalau tahu soal ini. Pasti dia juga sama halnya kayak gue. Iya kan, Than?”

 “Lo selalu salah paham sama gue, Hito. Selalu! Bisa nggak lo denger gue dulu? Bentar aja!”

 “Nggak ada waktu Ethan, penerbangan gue malem ini. Target lo selanjutnya pacar Genta, kan? Gue harap Genta lebih sabar.” Hito hendak berlalu, sebelum Ethan lebih dulu mencekal tangan pria itu, lantas cepat memukul wajahnya. Ethan bisa melakukanya, ia sudah terdesak untuk berbicara baik-baik dengan pria itu.

 Tidak tinggal diam, Hito balas memukul Ethan. Begitupula sebaliknya. Sampai ketika satpam rumah Hito hampir berlari melerai, Aureen lebih dulu datang. Wanita itu melompat dari dalam mobilnya, menerobos gerbang rumah Hito. Tidak peduli dengan satpam yang mengingatkan dirinya, jika situasi sedang begitu berbahaya di teras sana.

 “Udah, udah, Hito! Stop!! Udah!!” Aureen menarik pundak Hito yang masih tidak habisnya memukul wajah Ethan. Padahal justru wajah Hito lah yang paling berantakan, ketika baru mendapat empat pukulan dari pria itu.

 “Sialan, maju lo!” Hito meraih lagi jaket Ethan, yang bahkan langsung memukul Hito untuk kelima kalinya. Begitu keras hantaman itu, sampai membuat Hito terjatuh ke lantai yang dingin dengan darah mengalir di pelipisnya.

 “Ethan udah, ya. Lo bisa bunuh dia, sadar, Ethan.” Aureen lebih pelan berbicara dengan pria itu.

 “Mau lagi, To? Yakin?” Ethan menendang kaki Hito yang masih merintih di bawahnya.

 “Ethan udah, astaga. Dia bukan lawan lo.” Aureen mencoba membantu Hito berdiri, meskipun sulit.

 Kini ketiganya telah berkumpul, dengan kondisi Hito yang begitu mengenaskan. Ethan sudah berusaha menahanya, namun tidak bisa. Amarahnya sudah terlalu membuncah untuk bersabar lebih lama akan kelakuan Hito. Inilah akibatnya jika Ethan sudah melayangkan pukulan.

 “Hebat…” Hito masih mampu berkata sedikit demi sedikit sambil memegangi wajahnya, “dua sejoli itu ketemu.”

 “Sial…” Ethan hendak meraih lagi kaos Hito yang sedikit kemerahan karena darah yang menetes di beberapa titik.

 “Hito!” Aureen lebih dulu berdiri di hadapan Hito, menghalangi langkah Ethan, “aku nggak ada apa-apa sama Ethan. Aku mutusin kamu bukan karena dia. Bisa udahan, To? Kamu bukan anak kecil lagi. Bahkan kamu pasti tahu, misalpun aku putusin kamu karena Ethan, pasti aku sekarang udah berhubungan sama dia, tapi apa?! Aku tetep sendiri, dan Ethan, cuma khayalan yang nggak pernah bisa aku gapai. Udah, To. Aku mohon…”

 “Terus kenapa, kamu mesti putusin aku? Kenapa?”

 “Aku nggak suka kamu masih curigain aku sama dia, Hito! Aku nggak suka kamu selalu iri sama dia. Aku nggak suka kamu selalu anggep Ethan saingan kamu…”

 “Reen, apaan?” Ethan memotong ucapan Aureen yang tidak dapat ia pahami. Kemudian ia beralih menatap Hito yang menundukkan kepala sambil mengepalkan jemarinya.

 “Lo nggak tahu, Than? Biar gue perjelas kalau gitu.” Aureen mundur beberapa langkah. Menjadikan ketiganya layaknya sebuah ruang diskusi.

 “Maaf Hito, sekali lagi. Aku harap kamu bisa ngerti keputusan aku kali ini. Udah Hito aku mohon. Kamu udah dewasa kan, To?” Aureen meraih pundak Hito yang kepalanya masih tertunduk, “buat Ethan, gue kasih tahu sama lo. Hito selalu iri sama lo, dia selalu ngira lo saingan dia, dia selalu mikir lo rebut apapun yang harusnya jadi milik dia. Termasuk gue.”

 “Bener itu, Hito?!” Ethan hampir tidak percaya mendengarnya, “kenapa, To? Gue anggep kita semua sama. Kenapa?”

 “Sama?” Hito mendongakan kepala, menatap tajam mata Ethan, “lo bisa bilang gitu karena lo adalah Ethan. Karena lo lahir sebagai manusia seperti Ethan. Makannya lo bisa bilang gitu. Apa sih yang buat gue selalu kalah sama lo?”

 “Hito, nggak masuk akal, To. Apa-apaan.”

 “Lo tahu seberapa banyak gue denger nama lo disebut dalam rumah gue? Mau tahu?” Hito menyeringai mengerikan. Semakin menakutkan ketika darah yang mengalir di pelipis pria itu masih tercetak di sana, “lima puluh kali, dalam sehari. Buat apa? Buat bandingin gue sama manusia atas nama itu doang. Buat apa? Buat bilang kalau sebaiknya gue belajar banyak dari lo buat banggain orang tua, buat apa lagi, Than?”

 Ethan hilang kewarasan. Sangat kehilangan akal sehatnya kali ini untuk memahami apa saja yang sudah menimpa Hito. Semua perusahaan yang dipegang keluarga Akira memang berada di bawah kendali PT Oscar Yuditama Group milik keluarga Ethan. Tidak menutup kemungkinan jika banyak kerja sama perusahaan yang nantinya akan diwariskan kepada Hito sebagai anak tunggal keluarga Akira.

 Kilas balik di antara mereka tiba-tiba saja terputar di pikiran Ethan. Ia ingin lebih mengerti maksud Hito atas semua perkataan ini. Perlahan dengan pasti, ulasan perkenalan pertama mereka ketika di sebuah acara dinner keluarga terputar acak. Pertama di kelas satu SMA. Ketika itu, Hito adalah anak pindahan dari Jepang pada saat usianya 7 tahun, karena keluarga Akira dipindah tugaskan ke Indonesia.

 “Mau ikut basket? Ada gue sama Saka.”

 “Boleh.”

 Percakapan itu adalah kali pertama, mereka mulai banyak menghabiskan waktu bersama. Arti ini menjadi lebih sulit ketika waktu kian beranjak, Hito mulai paham mengapa ia dipertemukan dengan Ethan ketika dinner malam itu. Bukan hanya untuk memperkenalkan sesama anak pembisnis, namun juga untuk mendekati Ethan.

 “Kamu tahu, Hito? Ethan begitu hebat dalam segala hal. Dia anggota pengibar bendera di sekolahnya, aktif bermain basket, dia menjadi duta pemuda ibu kota, seharusnya kamu bisa mencontoh dari dia. Bawaanya begitu tegas dan kuat… Piala di rumahnya bersanding, rapih, masa depan dia begitu cerah untuk masuk akademi militer ataupun kepolisian. Catatanya bersih. Ia sudah hampir terdaftar dalam beberapa kandidat akademi yang siap bertugas menjadi ajudan. Kamu, harus hebat seperti dia.”

 Kata-kata ayahnya itulah yang selalu terngiang di telinga Hito, ketika memasuki rumah Ethan untuk yang pertama kalinya, setelah pulang dari latihan basket. Ia melihat banyak piagam, piala, penghargaan, sertifikat, medali berenang, panahan, lari jarak jauh, taekwondo, dan basket SMP Internasional yang tersusun rapih memenuhi ruang tengah.

Ethan begitu populer di sekolah. Banyak wanita yang menatap Ethan dengan pandangan kagum. Apalagi ketika Ethan sedang mengemban tugasnya menjadi pemimpin upacara, ketika pasukan Ardyaksa Merah Putih mengambil alih petugas giliran, pada upacara peringatan hari-hari penting. Begitulah kehidupan Ethan yang selalu diagungkan dalam rumah Hito. Sampai Hito muak karena sangking pahamnya tentang Ethan.

“Ethan memang sudah terlahir seperti itu, Yah.”

 “Anata wa orokana hitodesu!” (Kamu adalah orang yang bodoh!).

Bodoh? Hito selalu mengingatnya. Perkataan yang selalu membuatnya takut setengah mati untuk bertemu dengan Ethan. Belum lagi ketika Aureen mendadak datang di kehidupanya. Membuat Hito jatuh cinta, sebelum ia tersadar, jika datangnya Aureen padanya justru membawa cinta pupusnya untuk Ethan. Lagi dan lagi adalah Ethan.

“Kemarin Ayah melihat Ethan ditugaskan menjadi pengibar bendera perwakilan pelajar Jakarta untuk memperingati upacara kemerdekaan di istana Presiden. Apa itu benar?”

“Iya.”

“Kapan kamu bisa seperti dia? Kapan kamu bisa berpikir untuk masa depanmu juga seperti dia?”

Kapan? Kapan? Adalah pertanyaan yang tidak pernah luput dari ayah Hito. Perlahan Hito merasa muak. Ia merasa sudah cukup mendapat semua wejangan dari ayahnya terkait Ethan yang kata orang sempurna dan hebat. Ia ingin pulang menemui neneknya di Jepang. Nenek yang selalu ia jadikan tempat berkeluh kesah terbaik, meskipun terbentang jarak. Hito merasa ini adalah saatnya Ethan tahu seberapa kerasnya ia menahan pukulan tanganya di wajah Ethan selama ini. Meskipun lagi dan lagi Ethan bukanlah lawan yang seimbang untuknya.

“Astaga Hito…” Ethan menundukan kepala. Ia sudah mendengar semua penjelasan Hito, dengan air mata di pipi pria berdarah Jepang itu. Terutama Aureen yang semakin tidak percaya dengan apapun yang telah Hito alami selama ini, “gue minta maaf, To. Gue nggak tahu apapun, sumpah. Gue nggak minta lo buat jadi gue, enggak, To. Kita semua temenan.”

“Lo nggak minta, tapi ayah gue, Ethan. Ayah!” Hito mulai merasa pening di kepalanya, karena darah yang terus mengalir. Apalagi ketika ia menangis, semakin serasa hendak pecah tempurung kepalanya saat itu juga.

“Maaf…”

 “Jangan minta maaf, sialan!” Hito meraih kerah jaket Ethan kasar, yang kali ini Aureen pun tidak mampu melerainya lagi. Ia merasa ada kalanya terbesit rasa bersalah setelah mendengar semua cerita Hito. Ia merasa terlalu gagal menjadi wanita yang baik untuk pria itu.

“Gue harus apa, To?”

“Kenapa lo serakah, Than?! Kenapa lo bisa dalam semua hal. Kenapa?!”

 “To, denger. Tiap manusia punya kelemahan masing-masing, juga kelebihanya. Hito, mungkin lo ngira gue nggak ada celah buat salah. Tapi gue ada, dan gue nggak sesempurna apa yang dari tadi lo sebutin. Lo tahu siapa yang banyak menangin basket kita? Lo, Hito. Lo tahu siapa yang skornya selalu unggul di setiap evaluasi bulanan? Lo, Hito. Lo tahu siapa yang selalu dapet three point, cuma lo aja Hito. Lo tahu siapa anak kebanggaan Pak Ali, itu lo Hito. Sekarang lo tahu, apa kesalahan terbesar lo? Lo ninggalin basket, ketika lo yang udah bawa basket sekolah kita sampai ke nasional.”

 Hito menurunkan cekalan tanganya dari jaket Ethan perlahan. Semua yang dikatakan Ethan adalah ketulusan, Hito dapat melihatnya. Hito sungguh dapat mengerti bagaimana cara Ethan berbicara padanya. Ia kini menunduk. Antara menahan pusing dan nyeri secara bersamaan. Di mana letak salahnya? Hito sibuk mencari-carinya.

 “To? Kamu pusing? Kita ke rumah sakit?” tanya Aureen meraih pundak pria itu.

 “To? Lo nggak papa?”

 “Gue mau lo berlutut di depan gue Ethan, sekarang. Buat semua kesalahan lo. Kecewa gue, semuanya.”

 “Nggak, Ethan…” Aureen menimpali, “nggak perlu. Hito cuma lagi emosi. Jangan diturutin.”

 “Itu mau lo buat nunda kepulangan lo ke Jepang? Buat balik lagi sama kita? Gue lakuin.”

 “Than, apa-apaan!” Aureen mengeraskan suaranya, berharap Ethan tidak melakukan tindakan sekonyol itu.

 “Lakuin,” lirih Hito meskipun dengan pandangan yang mulai memburam.

 Ethan mengangguk. Ketika ia mulai menekuk lututnya, Aureen buru-buru meraih lengan Ethan. Ia tidak bisa membiarkan harga diri Ethan jatuh begitu saja hanya untuk menuruti mau Hito yang hilang akal.

 “Hito ayo ngulang semuanya!” ujar Aureen pada akhirnya, “aku janji bakalan lebih baik lagi. Aku janji. Asal jangan gini. Aku mohon. Maafin aku, aku mutusin kamu sepihak.”

 Ethan hampir tidak percaya. Ia tidak ingin ini semua menjadi salah sangka. Ia tidak mau jika pernyataan Aureen hanya untuk dirinya. Tidak peduli, ia menepis cekalan tangan perempuan itu, lantas kembali menekuk lutut dan jatuh di bawah Hito. Hal yang membuat Aureen benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ethan kali ini.

 “Gue minta maaf Hito. Buat semuanya. Gue ngaku salah. Gue ngaku…”

 “Kenapa, Than? Lo makin buat gue hina. Kenapa lo mau lakuin ini, kenapa…” parau Hito sebelum akhirnya limbung jatuh ke lantai.

 “Hito!” teriak Aureen yang berhasil mengundang perhatian satpam rumah, yang bergegas datang. Ketika Ethan hendak membantu mengangkat tubuh Hito, ponsel dalam saku jaketnya berdering. Panggilan dari Saka. Ethan sudah sangat terlambat untuk datang ke sekolah. Ia memutuskan menutup ponsel dan absen gladi kotor basket untuk membawa Hito ke rumah sakit.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Call(er)
1117      643     10     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
Love Yourself for A2
26      24     1     
Short Story
Arlyn menyadari bahwa dunia yang dihadapinya terlalu ramai. Terlalu banyak suara yang menuntut, terlalu banyak ekspektasi yang berteriak. Ia tak pernah diajarkan bagaimana cara menolak, karena sejak awal ia dibentuk untuk menjadi "andalan". Malam itu, ia menuliskan sesuatu dalam jurnal pribadinya. "Apa jadinya jika aku berhenti menjadi Arlyn yang mereka harapkan? Apa aku masih akan dicintai, a...
Liontin Semanggi
1297      789     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...
Jalan Menuju Braga
327      251     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Resonantia
303      263     0     
Horror
Empat anak yang ‘terbuang’ dalam masyarakat di sekolah ini disatukan dalam satu kamar. Keempatnya memiliki masalah mereka masing-masing yang membuat mereka tersisih dan diabaikan. Di dalam kamar itu, keempatnya saling berbagi pengalaman satu sama lain, mencoba untuk memahami makna hidup, hingga mereka menemukan apa yang mereka cari. Taka, sang anak indigo yang hidupnya hanya dipenuhi dengan ...
Semesta Berbicara
902      550     10     
Romance
Suci adalah wanita sederhana yang bekerja sebagai office girl di PT RumahWaktu, perusahaan di bidang restorasi gedung tua. Karena suatu kejadian, ia menjauh dari Tougo, calon tunangannya sejak kecil. Pada suatu malam Suci memergoki Tougo berselingkuh dengan Anya di suatu klub malam. Secara kebetulan Fabian, arsitek asal Belanda yang juga bekerja di RumahWaktu, ada di tempat yang sama. Ia bersedia...
Only One
817      575     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
725      406     0     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
Penantian Panjang Gadis Gila
267      210     5     
Romance
Aku kira semua akan baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya hidupku semakin kacau. Andai dulu aku memilih bersama Papa, mungkin hidupku akan lebih baik. Bersama Mama, hidupku penuh tekanan dan aku harus merelakan masa remajaku.
Ikhlas Berbuah Cinta
803      638     0     
Inspirational
Nadhira As-Syifah, dengan segala kekurangan membuatnya diberlakukan berbeda di keluarganya sendiri, ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di pihaknya, sering 'dipaksa' mengalah demi adiknya Mawar Rainy dalam hal apa saja, hal itu membuat Mawar seolah punya jalan pintas untuk merebut semuanya dari Nadhira. Nadhira sudah senantiasa bersabar, positif thinking dan selalu yakin akan ada hikmah dibal...