Loading...
Logo TinLit
Read Story - 40 Hari Terakhir
MENU
About Us  

 

“Kenapa?”

Adalah pertanyaan pertama sekaligus tidak berhenti diulang oleh kedua orang tuanya sejak Joana secara sepihak mencampakan Randy. Maklum saja sebab selama lebih dari dua tahun berkencan, hubungan Joana dengan pria itu termasuk baik-baik saja, malah bisa dikatakan harmonis.

Meskipun dikenal sebagai pria brengsek yang sering berganti-ganti perempuan, tetapi semenjak bersama Joana hampir semua orang sepakat jika Randy telah berubah. Malah, menurut Ronald dan Wina, dari berbagai macam pria yang pernah mengencani bungsu mereka, baru Randylah yang tidak neko-neko, untuk ukuran orang sepertinya yang dilimpahi wajah tampan, karier gemilang, kepopuleran dan harta kekayaan.

Randy juga tidak pernah mengajak Joana kencan berdua, selalu ada Lusiana yang siap sedia diajak menemani. Bahkan di hari di mana Randy seharusnya melamarnya itu pun, Joana –yang seharusnya diberi kejutan dan tidak tahu akan ada orang tua serta wartawan –mereka sebenarnya sedang pergi berlibur bertiga.

Rencana Randy waktu itu, dia dan Joana akan makan malam berdua di tepi pantai hingga larut, menunggu jam dua belas malam untuk sekalian merayakan hari ulang tahun Randy yang ke tiga puluh enam. Sementara Lusiana seperti biasa akan bersenang-senang dengan anak-anaknya, dua keponakan kembar Joana yang juga akan mengekor ke mana pun ibu dan bibinya berada.

“Lo serius?”

Joana yang sedang bersiap menoleh sebentar ke arah Lusiana, lalu tersenyum. “Kenapa, nggak? Kita sudah sejauh ini?”

“Yakin lo nggak bakal nyesel?”

“Gue? Menyesal? Oh, ayolah, Lus! Jangan ngomong yang nggak-nggak!” desis Joana.

“Kalau nyokap dan bokap tanya, bagaimana?”

“Ya jawab saja kalau kami nggak cocok.”

“Tapi lo tahu kan konsekuensinya?” Lusiana beranjak dari ranjang hotel tempat kedua anaknya terlelap, lalu menghampiri Joana. Dia meletakkan kedua tangannya ke pundak gadis itu, menatap pantulan diri mereka di cermin. “Semua orang bakal ngomongin lo.”

“Bukannya memang sudah biasa?”

Jawaban Joana sontak membuat Lusi tertawa. “Bisa saja lo. Iya, iya, yang terkenal.” Dia mencubit pipi tirus adiknya pelan, dan membuat empunya mengaduh, namun sebelum gadis itu bisa protes, Lusi segera menyambar peralatan make up yang ada di atas meja. “Sini biar gue yang dandanin. Biar si Randy makin klepek-klepek.”

*_*

Namun, seperti yang dicemaskan Lusi, menghadapi kedua orang tua mereka nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

“Joana, dengarkan Mama! Randy itu anak yang baik! Kamu nggak kasihan sama dia? Semua orang sekarang membicarakan hal tidak-tidak tentangnya! Paling nggak sekarang kamu harus bikin klarifikasi biar gosip itu tak semakin menjadi.”

“Mamamu benar, Jo.” Ronald Dane menyambung. “Papa tidak enak pada Pak Bagaskara kalau seperti ini. Mau ditaruh di mana muka Papa?”

“Sudahlah, Pa. Biarkan Joana memilih jalan hidupnya sendiri.” Untungnya, Lusi selalu ada di sisinya. “Lagi pula apa yang dibilang orang-orang kan benar. Randy memang pernah brengsek dan nggak ada jaminan juga kalau suatu saat nanti dia nggak bakal kumat.

“Justru bagus kalau Jo berani mengambil langkah sekarang, sebelum semuanya bertambah runyam di masa depan. Memangnya Mama dan Papa mau kalau Jo jadi janda kayak aku gara-gara salah pilih suami?”

Ronald hanya menghela napas panjang, tapi tidak dengan Wina. Wanita paruh baya tersebut justru menegaskan, “Jangan bandingkan Randy dan pacarmu yang tidak jelas itu. Randy jelas-jelas datang ke rumah untuk melamar Joana, sementara suamimu? Kalian menikah tanpa restu.” Kalimat pamungkas yang seketika membuat Lusi bungkam seribu bahasa, sebelum akhirnya menyusul Joana masuk ke kamar.

Sebagai single mother, Lusi paham betul bahwa dia telah mengambil langkah yang salah di masa mudanya. Di usianya yang baru dua puluh tahun, Lusi berhenti kuliah demi mengejar pria yang dicintainya. Namun, dia tahu persis kalau itu bukan murni kesalahannya. Orang tua mereka pun abai padanya dan Joana, sebab hidup mereka hanya sepenuhnya ada untuk sang kakak.

Meskipun Lusi dan Joana pernah iri pada kakaknya yang punya mimpi dan selalu didukung oleh keluarga, dan bahkan sering berpikir untuk mengalahkannya, namun kedua gadis itu tetap tak rela bila hal buruk menimpa kakak mereka. Dan tidak segan untuk melakukan apa saja guna membalaskan dendamnya.

Di sisi lain, Joana yang baru saja sampai di kamar melompat ke atas kasur lalu membuka kembali akun media sosialnya, yang telah dibanjiri ribuan komentar dari warganet. Ucapan penyemangat, titipan makian untuk Randy, sampai perdebatan antara penggemarnya dan penggemar mantan pacarnya –yang lebih banyak mendapat rujakan –meramaikan kolom komentar, yang secara tidak langsung telah menaikkan namanya.

“Kemarin gue dapat tawaran wawancara di televisi,” kata Lusiana sambil membuka pintu.

“Lo terima?”

“Nggaklah. Gila.” Lusi duduk di pinggiran kasur. “Jangan cepat-cepat tampil, nanti beritanya cepat meredup. Sekarang, nikmati saja dulu semuanya. Omong-omong, yang gue dengar sekarang si Randy depresi tuh, apalagi setelah potongaan live lo di-IG viral. Makin mumet kayaknya doi.”

Joana melirik sang kakak sambil tersenym tipis, kemudian kembali mengfokuskan pandangan ke layar ponsel. “Bagus deh. Itu kan yang kita mau. Paling nggak, dia harus merasakan apa yang pantas dia rasakan. Biar nggak tuman.”

“Terus, kapan lo mau ngajak dia ketemu?”

“Kalau menurut lo, enaknya kapan?”

“Besok?”

“Apa nggak kecepatan?”

“Bukankah kalau makin cepat semakin bagus? Anggap saja ini hadiah untuk ulang tahun Kakak, Jo.”

*_*

“APA? RANDY KECELAKAAN?”

Joana yang mendapati berita itu muncul di televisi hanya bisa melongo, sebab baru beberapa menit sebelumnya dia berbicara dengan pria itu.

“Jo! Joana! Kita harus ke rumah sakit sekarang!” kata Wina dengan panik. “Randy kristis.”

“Nggak!” Lusi menyela. “Mama nggak lihat kalau di luar sana banyak media? Mereka pasti bakal nyerang Joana kalau kita langsung ke sana. Sudahlah, Ma. Biar aku dan Joana yang mengurus semuanya. Mama nggak usah ikut campur.”

“Tapi –“

“Ma,” kata Joana lembut, “aku mohon percayalah padaku.”

Joana memang membenci pria itu dan menginginkan kehancurannya, tetapi kematian Randy adalah perkara berbeda.

Meskipun pada awalnya dia sangat senang sebab kariernya terus melejit sejak drama itu keluar, dan Randy tidak punya kesempatan membela diri, sayangnya, kepuasan itu fana.

Sebaliknya, Joana justru merasa kosong. Seolah duduknya dia di kursi juri hari ini tidaklah lebih dari kesalahan. Beruntung, atau lebih tepat disebut sialnya, tidak harus berjalan terlalu lama sebab tepat saat jam menunjukkan pukul setengah dua siang, seorang kru datang dan memberitahukan, “Ada keributan di luar.”

*_*

“JANGAN ASAL TUDUH LO, ANJING! ENAK SAJA MAIN NYEPLOS KAYAK BEGITU! GUE BISA TUNTUT LO ATAS PENCEMARAN NAMA BAIK.”

“HALAH, NGGAK USAH MENGELAK! SEMUA SUDAH JELAS! LO DAN ADIK LO ITU PEMBUNUH!”

“MANA BUKTINYA? TOH, SI RANDY MASIH HIDUP SAMPAI SEKARANG!”

Sekalipun sudah diamankan di dalam ruangan, dan dijauhkan dari kamera amatir para peserta audisi, sayangnya, kedua wanita itu tidak berhenti mengomel, melempar makian satu sama lain.

Joana yang baru tiba, langsung disambut oleh sang kakak. “Jo, sori banget karena waktu lo keganggu. Ini orang mendadak muncul di sini dan maki-maki gue. Cepat hubungi Papa. Kita harus segera melaporkannya ke polisi.” Dia menyentuh lengan Joana, memasang posisi seolah hendak bersembunyi dari tatapan tajam nun beringas Maria. “Lihat gue, Jo! Badan gue babak belur gara-gara dia! Kita harus visum, pokoknya.”

“Heh, nggak salah? Gue juga babak belur gara-gara lo!” Maria yang rambutnya tak kalah acak-acakan membalas. “Sebelum lo nuntut, gue duluan yang bakal ngelaporin lo atas dugaan percobaan pembunuhan. Awas saja, sebentar lagi Kak Dion bakal datang sama polisi buat tangkap lo berdua.”

“Laporin saja, gue nggak takut!” tantang Lusi. “Lo juga bakal kami laporin balik atas dugaan pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan karena sudah mempermalukan gue di depan umum. Kalau perlu pakai pasal penganiayaan juga.”

“Ayo! Siapa takut!”

“Maria! Maria! Sabar!” Milly yang baru datang muncul dari balik pintu, di belakangnya Raina mengekor. Tatapan mata Raina sempat beradu dengan Joana, namun keduanya buru-buru saling memalingkan muka. “Ya Tuhan, kamu kenapa jadi begini? Kamu kan tadi janji kalau nggak akan masuk sendiri. Kamu harusnya nungguin aku datang, Mar.”

“Kak Dion sudah datang?”

“Belum.”

“Lama banget sih? Padahal gue sudah nggak sabar mau lihat dua perempuan ini dipenjara.”

“HEH! JAGA YA MULUT LO KALAU NGGAK MAU GUE GAMPAR” ancam Lusi.

“LO PIKIR GUE TAKUT! SINI KALAU BERANI! GAMPAR! MAU PIPI KANAN? ATAU PIPI KIRI! SILAKAN!”

“NANTANGIN GUE?”

“CUKUP!” teriak Joana. “Daripada kalian berantem nggak jelas di sini, mending kita ke kantor polisi saja sekarang!”

“Tapi, Jo, dia?”

“Nggak ada tapi-tapian! Kak Lusi sama saja. Nggak ada bedanya sama Maria. Kelakuan kalian selain memalukan juga bikin kepalaku mumet,” lanjutnya ketus.

*_*

“Baik, Pemirsa. Saat ini saya telah berada di kantor polisi tempat di mana Dane bersaudari berada.

“Sekitar dua jam yang lalu Joana dan kakaknya, Lusiana Dane, datang ke kantor polisi untuk memberikan keterangan terkait tuduhan yang diarahkan oleh keluarga Randy Bagaskara terkait percobaan pembunuhan.

“Namun, hingga saat ini baik saya maupun teman-teman media masih menunggu hasilnya. Tetapi, Santi, beberapa menit yang lalu mobil keluarga Dane terlihat memasuki kantor polisi, meskipun begitu kami tidak bisa mewawancarainya sebab Bapak Ronald Dane yang datang bersama istri dan pengacaranya melewati pintu lain guna menghindari awak media. Demikian informasi yang dapat saya sampaikan.”

Klik.

Raina mematikan video sepanjang dua menit yang diunggah oleh kanal youtube dari salah satu stasiun televisi terkemuka itu, diiringi helaan napas panjang.

Selain melelahkan, hari ini juga mengejutkan. Raina pikir, lolos audisi TNS saja sudah istimewa, ternyata ada kabar lebih tak masuk akal yang membuatnya berakhir di kantor polisi sekarang, duduk bersama Milly dan Randy di kursi tunggu dengan perasaan harap-harap cemas.

“Itu jelas hanya fitnah, Pak!” Lusiana bersikukuh dengan pembelaannya. “Keluarga si Randy itu memang punya dendam pada adik saya. Bapak bisa melihat rekam jejaknya di media.

“Mereka masih tidak terima karena Randy ditolak oleh adik saya. Toh, buat apa adik saya membunuhnya? Dia sangat mencintai Randy. Yang ada, kalau ada yang mau membunuh, itu sudah pasti Randy. Dia yang punya niat membunuh adik saya.”

“Bu Maria memiliki bukti berisi chat Anda dengan pelaku, Bu.”

“Itu editan, Bapak,” kilah Lusi. “Zaman sekarang apa sih yang nggak bisa dipalsukan? Apalagi hanya kiriman gambar. Saya juga bisa ini bikin chat pakai aplikasi fake chat, lalu saya foto pakai HP, dan saya sebarkan. Mudah sekali.”

Polisi bertag nama Santoso di seberang meja hanya menghela napas panjang, sebelum akhirnya berkata, “Bisakah saya meminta ponsel Anda?”

“Kan saya sudah kasih ke Bapak tadi.”

“Ponsel yang lain. Yang Anda gunakan untuk menghubungi pria suruhan Anda.”

“Bapak ini bicara apa sih?”

“Sudahlah, Bu, tidak usah berbelit. Adik Anda sudah mengakui semuanya.”

*_*

“Kenapa, Jo?”

Di ruangan berbeda, Joana Dane yang juga baru menyelesaikan proses interogasi hanya meremas-remas kuku jarinya sendiri. Tidak berani menatap mata ayah dan ibunya. Gurat kekecewaan terpancar jelas di mata kedua manusia paruh baya tersebut.

“Kenapa kamu melakukan semua ini?”

“Ini terlalu jauh, Joana.”

“Mama nggak habis pikir kalau anak mama tega melakukan hal sekeji itu.”

“Papa ini polisi lho, Jo. Bisa-bisanya kamu berbuat kriminal tanpa ingat Papa.”

Joana bergeming, menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat, menahan tangisnya supaya tak jatuh. “Maafin aku, Pa, Ma. Aku tahu ini salah. Tapi kalian juga harus tahu kalau aku ..., aku sama sekali nggak nyangka kalau Kak Lusi bakal melakukan hal sejauh itu.

“Ma, Pa, sumpah demi Tuhan! Aku nggak pernah berniat membunuh Randy. Aku hanya mau ngasih dia pelajaran.”

“Pelajaran? Kamu itu selebriti Joana, bukan guru!” Wina geleng-geleng kepala. “Kamu yang seharusnya belajar memahami perasaan orang lain. Kamu tahu kan seberapa besar cintanya Randy ke kamu?”

Bohong kalau Joana tak tahu. Justru karena dia tahu itulah kenapa semua bisa terjadi. “Tapi Mama nggak tahu siapa Randy sebenarnya.”

Ronald menghela napas panjang putus asa. “Dia anak Pak Bagaskara. Dan sekarang kita akan berurusan dengan keluarga Bagaskara.”

“Bukan cuma itu, Pa!” Joana mengangkat kepalanya lemah. “Asal Papa dan Mama tahu, Randy adalah orang yang sudah bikin Kakak –“

“NGGAK! NGGAK MUNGKIN!” Teriakan histeris Lusi membuat ketiganya kaget, dan mengintip keluar. “JOANA! BISA-BISANYA KAMU BICARA OMONG KOSONG BEGITU! KATAKAN YANG SEBENARNYA, JO!

“JOANA! KAMU PASTI DIANCAM, KAN? ORANG-ORANG ITU PASTI NYURUH KAMU BICARA OMONG KOSONG, KAN? NGGAK USAH TAKUT, JOANA!” Dia mengguncang bahu Joana. “JAWAB AKU, JO! JANGAN DIAM SAJA!”

“Ada apa ini?” Ronald bertanya bingung. “Joana? Apa yang dimaksud kakakmu?”

“Sayang, Joana.” Wina ikut menyentuh bahu bungsunya lembut.

“JAWAB, JO! KAMU NGGAK BISA MELAKUKAN SEMUA INI PADAKU! AKU INI KAKAKMU LHO, JO! BISA-BISANYA KAMU LAPORIN AKU KE POLISI! JOANA!”

“DIAM!” Tak mau kalah, Joana berteriak sampai urat lehernya terlihat. Namun, detik berikutnya dia terdiam, menatap satu persatu anggota keluarganya dan menangis. “Kak Lusi, cukup!”

“JOANA!”

“KAKAK TOLONG BERHENTI PURA-PURA!” Joana mendelik, menatap kakaknya geram. “Apa yang Kakak lakukan itu kriminal.”

“Oh, jadi sekarang lo mau lempar tanggung jawab?” sengak Lusi. “Lo lupa kalau yang punya ide buat mendekati Randy pertama kali itu siapa? Lo, Joana! Lo yang ngajak gue balas dendam.

“Kalau bukan karena lo, gue juga nggak mau melakukan semua ini, Joana.”

“GUE NGGAK LUPA! GUE INGAT SEMUANYA! DAN GUE MASIH INGAT KALAU ..., GUE HANYA MAU DIA HANCUR, BUKAN MATI!”

“Apa bedanya?”

“JELAS BEDA, KAK! SANGAT BEDA!”

“Sama saja.”

“Tunggu! Tunggu!” Ronald menyela. “Ini maksud pembicaraan kalian apa? Balas dendam apa?”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
That's Why He My Man
819      562     9     
Romance
Jika ada penghargaan untuk perempuan paling sukar didekati, mungkin Arabella bisa saja masuk jajan orang yang patut dinominasikan. Perempuan berumur 27 tahun itu tidak pernah terlihat sedang menjalin asmara dengan laki-laki manapun. Rutinitasnya hanya bangun-bekerja-pulang-tidur. Tidak ada hal istimewa yang bisa ia lakukan di akhir pekan, kecuali rebahan seharian dan terbebas dari beban kerja. ...
LABIL (Plin-plan)
7936      1631     14     
Romance
Apa arti kata pacaran?
Premium
Cinta Dalam Dilema
37886      4672     0     
Romance
Sebagai anak bungsu, Asti (17) semestinya menjadi pusat perhatian dan kasih sayang ayah-bunda. Tapi tidak, Asti harus mengalah pada Tina (20) kakaknya. Segala bentuk perhatian dan kasih sayang orang tuanya justru lebih banyak tercurah pada Tina. Hal ini terjadi karena sejak kecil Tina sering sakit-sakitan. Berkali-kali masuk rumah sakit. Kenyataan ini menjadikan kedua orang tuanya selalu mencemas...
Coretan Rindu Dari Ayah
661      469     1     
Short Story
...sebab tidak ada cinta yang lebih besar dari cinta yang diberikan oleh keluarga.
A Sky Between Us
35      30     2     
Romance
Sejak kecil, Mentari selalu hidup di dalam sangkar besar bernama rumah. Kehidupannya ditentukan dari ia memulai hari hingga bagaimana harinya berakhir. Persis sebuah boneka. Suatu hari, Mentari diberikan jalan untuk mendapat kebebasan. Jalan itu dilabeli dengan sebutan 'pernikahan'. Menukar kehidupan yang ia jalani dengan rutinitas baru yang tak bisa ia terawang akhirnya benar-benar sebuah taruha...
Negaraku Hancur, Hatiku Pecah, Tapi Aku Masih Bisa Memasak Nasi Goreng
426      193     1     
Romance
Ketika Arya menginjakkan kaki di Tokyo, niat awalnya hanya melarikan diri sebentar dari kehidupannya di Indonesia. Ia tak menyangka pelariannya berubah jadi pengasingan permanen. Sendirian, lapar, dan nyaris ilegal. Hidupnya berubah saat ia bertemu Sakura, gadis pendiam di taman bunga yang ternyata menyimpan luka dan mimpi yang tak kalah rumit. Dalam bahasa yang tak sepenuhnya mereka kuasai, k...
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
8618      2740     4     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
A Missing Piece of Harmony
228      181     3     
Inspirational
Namaku Takasaki Ruriko, seorang gadis yang sangat menyukai musik. Seorang piano yang mempunyai mimpi besar ingin menjadi pianis dari grup orkestera Jepang. Namun mimpiku pupus ketika duniaku berubah tiba-tiba kehilangan suara dan tak lagi memiliki warna. Aku... kehilangan hampir semua indraku... Satu sore yang cerah selepas pulang sekolah, aku tak sengaja bertemu seorang gadis yang hampir terbunu...
Kainga
1152      679     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...
Secret’s
4193      1351     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...