Loading...
Logo TinLit
Read Story - 40 Hari Terakhir
MENU
About Us  

 

“Lo baik-baik saja, kan?”

Leon yang baru datang terkejut karena begitu dia membuka pintu rekan-rekan kerjanya langsung menanyai kabarnya. Sesuatu yang tentu sangat janggal, mengingat pekerjaan Leon memang mengantarkan pesanan ayam goreng, pun dia juga baru saja mengantarkan makanan di gang depan, tidak terlalu jauh. Tidak mungkin Mas Arif, pelanggan mereka, menahannya di dalam warnet. “Ada apa sih?”

“Barusan ada kecelakaan.” Ida memberi penjelasan tanpa meninggalkan pekerjaannya mengelap meja.

“Kamu khawatir lo kenapa-kenapa,” Yunus, kakak ipar Leon sekaligus pemilik kedai ayam goreng keluar dari dapur sambil membawa piring berisi ayam. “Barusan di berita, katanya, ini kecelakaan beruntun. Kan nggak lucu kalau mau mengantar ayam geprek, eh, malah lo yang kena geprek. Kalian cobain deh, ini gue coba bikin menu baru. Ayam Lava Semeru.”

“Sadis amat.” Ida melemparkan lap ke atas meja, lalu berjalan ke wastafel untuk mencuci piring, yang langsung disusul oleh Yoga dan Leon. Namun, sebelum mencicipi menu buatan bosnya, ketiga karyawan itu saling berpandangan, menatap ragu satu sama lain.

“Kenapa? Kok diam saja?”

“Ini serius bisa dimakan?” Yoga menatap penuh keraguan. “Kok ada taburan …, ini apa? Kayak pasir.”

“Debu vulkanik.” Jawaban santai Yunus bukannya menenangkan malah membuat ketiga karyawannya melotot. “Tenang, itu dari rempah-rempah. Kan gue bilang, itu Ayam Lava Semeru. Namanya gunung kan pasti ada abu vulkaniknya. Jadi, anggap saja hitam-hitam itu abu vulkanik.”

“Kita ngerti, Mas Yunus. Nggak usah diperjelas.”

“Kalau begitu bagus, Da! Silakan dicoba. Kalau enak bilang lho ya.”

“Kalau nggak enak?”

“Pasti enak, Leon. Percaya sama Abang.”

“Mas Yunus sudah coba?” Yoga yang hendak mencomot satu kembali urung, dia hanya menoel Bubuk Lawa menggunakan ujung jari, lalu menjilatnya. “Pedas banget.”

“Namanya juga lava, pasti pedas. Dan perlu kalian tahu, rasa pedas itu sebenarnya nggak ada, yang ada hanya rasa panas.” Yunus kembali menerangkan. “Sudah! Tadi gue sudah mencicipi. Enak kok.”

“Ini boleh kami bawa pulang saja, nggak? Soalnya kan, kalau yang nyobain kami nanti jadinya nggak objektif. Biar sekalian bisa dimakan sama keluarga di rumah.” Usulan Ida seketika membuat kedua pemuda di sebelahnya tersenyum senang, berbinar-binar, setidaknya mereka tidak perlu merasakan mulas dan rebutan toilet. Mengingat rekam jejak Yunus selama ini kurang begitu bagus saat membuat inovasi menu dan lebih sering membahayakan.

Begitulah kemudian sebungkus ayam goreng Lava Semeru ada di meja makan Leon. Ditemani nasi hangat dan sayur bening buatan Raina, kekasihnya.

“Aku pikir setelah adegan menceret masal dulu itu Mas Yoga bakal berhenti, ternyata masih saja lanjut berinovasi,” ucap Raina di depan kompor, menggoreng telur mata sapi kesukaan Leon.

Dari dalam kamar mandi si kekasih menyahut, “Begitulah, Sayang. Aku juga nggak habis pikir. Padahal nggak pernah laku lho, orang-orang juga tetap beli menu biasa.”

“Itu sih karena kamu sama anak-anak selalu melarang orang beli.”

“Ketimbang bikin pelanggan sakit perut?” Leon membuka pintu kamar mandi yang berwarna biru, lalu mencuci tangannya di tempat cucian piring yang kini sedang kosong itu. “Kamu sendiri gimana? Wawancaranya lancar?”

Raina mengangkat telur setengah matang dan memindahkannya ke dalam piring. Begitu mematikan kompor, dia menoleh pada Leon. Di tatapnya wajah pria berkulit putih di hadapannya dengan penuh binar bahagia. “Aku sudah bisa mulai kerja lusa pagi.”

Beneran?”

Anggukan Raina membuat Leon mengusap wajah lega, bersyukur pada nikmat kecil Tuhan hari itu. Terlebih setelah berbulan-bulan lamanya, sejak di toko pernak-pernik tempat Raina kerja tutup, hampir setiap wawancara gadis itu mendapatkan penolakan. Apalagi kali itu Raina diterima bekerja di rumah sakit, sebagai petugas kebersihan. Gajinya tentu sangat lumayan.

Usia keduanya bisa dikatakan sangat belia. Leon baru berusia dua puluh dua tahun ini, sementara Raina sendiri dua tahun lebih muda darinya. Akan tetapi, kehidupan yang ditanggung keduanya cukup sulit.

Leon yang yatim piatu diwajibkan membayar hutang peninggalan orang tuanya, dia dan kakak perempuannya berbarengan mencicil setiap bulan. Sedangkan Raina lebih berat lagi sebab dia harus membantu orang tuanya membiayai adik-adiknya. Terlebih dengan kondisi ayah yang seorang pemabuk, penjudi dan tukang KDRT.

Ingin sekali Raina bisa mandiri, membeli rumah untuk keluarganya, lalu memboyong Ibu serta adik-adiknya guna menghindari ayahnya yang kejam itu.

“Kamu nggak usah memikirkan kami. Ibu masih bisa kok.” Demikianlah sang Ibu selalu berkata setiap kali Raina menelepon. “Uangmu ditabung saja buat masa depan.”

Bagi Raina, ibunya adalah perempuan yang sangat malang. Bukan hanya harus hidup dengan suami kasar dan tidak bertanggung jawab, tetapi Rindu bahkan menjadi tulang punggung bagi keluarga besarnya. Itulah kenapa meskipun ditolak, Raina tetap mengirimi ibunya uang. Tidak tega dia membiarkan Rindu bekerja sangat keras, apalagi dengan kondisi kesehatannya yang sempat memburuk akibat penyakit paru. Memang, biaya berobat Rindu ditanggung BPJS tetapi ke rumah sakit pun butuh ongkos. Sedangkan penyakitnya juga telah menyebabkan Rindu tidak bisa bekerja maksimal, tidak semua orang mau mempekerjakan seorang penderita TBC.

“Orang-orang itu masih sering datang,” ungkap Rindu di tengah obrolan mereka via telepon. “Di sisi lain Ibu sebenarnya senang kalau bapak kamu nggak ada di rumah, tapi di sisi lainnya Ibu bingung tiap kali penagih hutang datang nanyain dia. Untungnya, mereka mau ngasih kesempatan ke Ibu buat nyicil.”

“Bu, bisa nggak sih berhenti nanggung hutang Bapak?” keluh Raina. “Pikirin dong kondisi Ibu.”

Rindu malah tersenyum tipis. “Sayang, kalau bukan Ibu yang bayar terus siapa? Hutang kan kewajiban. Ibu nggak mau kalau kami meninggal nanti, kalian yang harus nanggung semuanya.”

“Kan itu hutang Bapak, Bu.”

“Bapak siapanya Ibu?”

“Kenapa sih dulu Ibu mau dikawinin sama laki-laki kayak Bapak?” Raina menggerutu, menatap pemandangan dari rumah kontrakannya yang berada di atas gedung berlantai lima. “Dirayu apa sih Ibu sampai mau jadi pasangannya?”

“Makanya, kamu nanti sebelum menikah pikirkan baik-baik biar nggak kayak Ibu. Sudah ya, Ibu mau bantuin nenekmu buang air. Kita sambung lagi besok. Semangat kerjanya, Anak Ibu.”

*_*

Di dalam kamar kontrakannya yang sempit, sebelum tidur Raina menatap langit-langit.

Sejujurnya, Raina tidak tahu apakah Leon pria terbaik untuk menjadi pasangannya tetapi yang jelas pria itu telah mendampinginya sejak SMA, melewati suka dan duka.

Bisa dibilang Leon adalah satu-satunya teman pria yang dia miliki, yang tidak lari saat tahu seberapa besar masalah Raina dan keluarganya. Malah, dengan suka rela Leon meminjamkan uang tabungannya untuk membiayai pengobatan Rindu, yang tentu akan Raina lunasi saat telah mendapatkan gaji nanti. Raina tidak mau disebut sebagai parasit dalam hidup Leon. Dia tidak mau menjadi seperti Siswoyo, bapaknya.

“Sayang? Kamu sudah tidur?” Suara Leon terdengar dari balik pintu kamar, diiringi ketukan.

“Belum!” Raina buru-buru bangkit, menemui kekasihnya yang sudah berdiri di sana sambil memperlihatkan layar ponsel pintarnya ke muka gadis itu. “The New Singer?” ejanya dengan kening berkerut. “Kamu mau aku ikut lomba ini?”

Leon mengangguk mantap. “Kamu nggak mau?”

“Bukannya nggak mau, Yon, tapi aku kan baru diterima kerja. Sudahlah, lain kali saja.”

“Acaranya masih lama kok, Sayang. Ini kan mimpi kamu. Nggak setiap tahun lho TNS diadakan.”

Raina menutup pintu kamar, lalu berjalan ke meja makan. “Aku tahu, Sayang. Tapi apakah mimpi aku lebih penting ketimbang adik-adik? Nasya bentar lagi masuk kuliah, Andi akan masuk SMA sedangkan Julian juga masih SD. Biarlah aku tunda dulu, seenggaknya sampai periode berikutnya. Itu pun kalau acaranya masih ada.”

“Dua tahun lagi?”

Tangan Raina menyentuh jemari besar milik pria dihadapannya. “Kan kamu sendiri yang bilang kalau kita harus bisa menentukan prioritas.”

“Ya sudah, apa pun yang kamu pilih aku akan selalu dukung.”

Ucapan Leon bukan omong kosong, karena keesokan harinya dia bangun lebih pagi, membantu membuatkan sarapan serta mengantar Raina ke rumah sakit Lentera Medika.

Menggunakan sepeda motor tua kesayangannya, Leon membonceng gadis berambut keriting itu. Sesekali Raina bernyanyi, melantunkan nada indah di balik helm guna mewarnai perjalanan macet mereka.

Bisa dikatakan Raina adalah penyanyi di keluarganya. Meskipun tidak memiliki darah seni dari ayah maupun ibunya, bakat Raina sangat alami. Sayangnya, kemiskinan memaksa gadis itu mengubur mimpi.

“Kamu mau dijemput jam berapa?” tanya Leon sebelum keduanya berpisah di luar gerbang rumah sakit.

Raina melepas helm dan menjawab, “Belum tahu. Nanti kalau sudah selesai, aku kabari.”

“Oke. Semangat ya!” Leon mengepalkan kedua tangannya ke depan, lalu menggerakkannya pelan.

*_*

Raina menarik napas panjang dan dalam sebelum memasuki tempat kerja barunya. Dia sama sekali tidak pernah bermimpi akan bisa bekerja di sini. Maka dari itu, dia bertekat akan bekerja sebaik mungkin di hari pertamanya ini. Termasuk menyapa teman-teman barunya dengan ramah.

“Aku Mulan,” sapa gadis bertubuh mungil saat Raina berada di ruang kebersihan.

“Kalau aku Indah.” Perempuan yang lebih senior memperkenalkan diri. “Panggil saja Mbak Iin. Semoga kamu betah kerja di sini.”

Raina menyalami mereka satu per satu. “Pasti. Mohon bantuannya ya, Mbak Mulan dan Mbak Iin.”

“Kalau butuh apa-apa, pokoknya kamu bilang saja,” lanjut Mulan. “Ya sudah, mari bekerja.”

Tugas Raina ialah membersihkan toilet, membuang sampah serta mengepel lantai rumah sakit sampai benar-benar bersih.  Pun ini kegiatan hari-hari baginya sehingga dia sama sekali tidak keberatan. Bahkan dia mendapatkan fasilitas berupa makan siang dari sana, yang kemudian dia makan bersama-sama dengan sesama pekerja. Lauknya tampak seadanya tapi lumayan untuk menghemat pengeluaran.

“Kalian sudah dengar nggak sih soal Joana?”

“Gue nggak nyangka banget kalau kasusnya bakal jadi kayak begini.”

Raina yang memotong tahu goreng di dalam box menoleh, mencoba mendengarkan obrolan kawan-kawannya.

“Nasib baik dia nggak jadi kawin sama cowok kayak begitu.” Indah menyahut, bola matanya berputar penuh kekesalan. “Sebelum dia jadi samsak seumur hidup.”

“Semoga mati saja orang kayak begitu. Cowok jahat yang berani sama cewek itu nggak layak buat hidup. Kalau gue jadi supirnya, sudah gue lindas saja tuh orang kemarin. Mati …, mati saja deh. Nggak usah ditolongi kalau perlu.” Yunita menambahkan.

“Siapa sih, Mbak?” Raina akhirnya tidak tahan juga.

“Selebriti, Na!” jawab Mulan. “Memangnya lo nggak ngikutin? Randy Bagaskara, pacarnya Joana Dane?”

Dengan lemah Raina menggeleng. “Gue jarang main sosmed.”

“Kalau lo tahu ceritanya gue jamin bakal ikut emosi.”

“Dan kabarnya, sekarang dia lagi dirawat di sini,” ungkap Kiki. “Tapi gue belum tahu dia dirawat di mana.”

Raina sendiri sebenarnya tidak terlalu suka mengikuti dunia selebriti, hanya saja cerita kawan-kawannya barusan mengingatkannya pada sang ibu. Nasib baik Joana tidak masuk neraka. Karena Raina paham betul rasanya menjadi anak dari pernikahan penuh derita. Kekerasan tidak hanya menyiksa pasangan, melainkan juga anak-anak di dalamnya.

Ketika dia mengepel lorong rumah sakit yang sepi, Raina melihat seorang pria duduk pada salah satu kursi yang ada di sana. Untuk itulah dia berkata, “Permisi, Pak. Bisa pindah sebentar? Saya izin membersihkan lantai.”

Alih-alih menurut, pria muda tersebut justru memasang muka kaget. Dia menatap Raina keheranan sambil bertanya, “Kamu bisa lihat saya?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Only One
1100      752     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
Singlelillah
0      0     0     
Romance
Entah seperti apa luka yang sedang kau alami sekarang, pada kisah seperti apa yang pernah kau lalui sendirian. Pada akhirnya semua akan membuatmu kembali untuk bisa belajar lebih dewasa lagi. Menerima bahwa lukamu adalah bentuk terbaik untuk membuatmu lebih mengerti, bahawa tidak semua harapan akan baik jika kau turuti apalagi membuatmu semakin kehilangan kendali diri. Belajar bahwa lukamu adalah...
Andai Kita Bicara
675      521     3     
Romance
Revan selalu terlihat tenang, padahal ia tak pernah benar-benar tahu siapa dirinya. Alea selalu terlihat ceria, padahal ia terus melawan luka yang tak kasat mata. Dua jiwa yang sama-sama hilang arah, bertemu dalam keheningan yang tak banyak bicaratetapi cukup untuk saling menyentuh. Ketika luka mulai terbuka dan kenyataan tak bisa lagi disembunyikan, mereka dihadapkan pada satu pilihan: tetap ...
Renata Keyla
6811      1576     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
Stuck In Memories
15985      3280     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Mimpi & Co.
1237      781     2     
Fantasy
Ini kisah tentang mimpi yang menjelma nyata. Mimpi-mimpi yang datang ke kenyataan membantunya menemukan keberanian. Akankah keberaniannya menetap saat mimpinya berakhir?
Trying Other People's World
155      132     0     
Romance
Lara punya dendam kesumat sama kakak kelas yang melarangnya gabung OSIS. Ia iri dan ingin merasakan serunya pakai ID card, dapat dispensasi, dan sibuk di luar kelas. Demi membalas semuanya, ia mencoba berbagai hidup milik orang lain—pura-pura ikut ekskul jurnalistik, latihan teater, bahkan sampai gabung jam tambahan olimpiade MIPA. Kebiasan mencoba hidup-hidup orang lain mempertemukannya Ric...
Love Never Ends
11917      2511     20     
Romance
Lupakan dan lepaskan
Samudra di Antara Kita
35181      5731     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...
Liontin Semanggi
1650      975     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...