Loading...
Logo TinLit
Read Story - Anikala
MENU
About Us  

"Nu, lo udah ngerjain pr sejarah?"

"Kamu nanyak?" Ghani mendengus kesal.

"Gua serius.." ucap Ghani sambil menjitak kepala Banu.

Banu membuka ransel tas nya dan mengambil buku tulis sejarahnya. Belum sempat memberikan pada Ghani, cowok itu sudah dengan sigap mengambil buku tulis dari tangan Banu.

"Anying.."

"Astagfirullah Banu, berdosa sekali kamu nak.." jawab Ghani yang mendengar umpatan Banu.

"Enak banget punya temen sebangku pinter," pungkas Ghani.

"Berisik lo. Udah buruan salin. Keburu Bu Eny masuk," titah Banu.

Banu pun duduk pada kursinya sembari mengangkat sebelah kaki nya. Ia santai dulu sejenak sebelum bear pusing-pusing ria dengan pelajaran Bu Eny. Sedangkan Ghani masih sibuk mencatat ulang pr Banu.

Hampir tiga puluh menit bel berbunyi Bu Eny pun datang. Dan semua murid pun sudah merasa tegang. Karena sikap Bu Eny yang dingin, pandangan tidak ada senyum sedikit pun dan sikapnya yang tegas.

Dalam kelas Bu Eny semua murid laki-laki harus duduk di depan dan murid perempuan harus duduk di belakang. Karena prinsipnya laki-laki adalah pemimpin jadi harus duduk di barisan depan antara murid laki-laki dan perempuan tidak boleh duduk bersama. Sebab bukan muhrim.

Semua murid diam tidak ada yang berbicara. Kelas sangat hening. Bahkan untuk menengok ke kanan atau kiri saja rasanya sangat susah. Kelas seperti sedang latihan militer. Bahkan mereka seperti tidak ada yang bernapas saking hening nya.

***


"IIHH!!"

"KESELLL.... SEBELL BANGET....!" pekik Vira usai tidak sengaja melihat dan mendengar percakapan antara Bu Loli, Banu dan Kala.

Spontan Caca yang merupakan teman sebangku nya mendelik. "Kenapa lo?" tanya Caca.

"Tau kenapa, lo?" timpal Karin.

Vira mendudukkan diri di samping Caca. Vira berdecak sambil meremas kertas yang berada dal buku.

"Gua udah tau kenapa Dia mengundurkan diri dari olimpiade bahasa!"

"Serius?! Siapa?!" pungkas Caca dan Karin bersamaan. Vira reflek menutup kedua telinga nya lantaran kaget dengan suara Caca dan Karin yang berbicara tepat di samping telinganya.

"Si anak Alien!"

"HAH?! KOK BISAA.."

Vira pun menceritakan awal mulai kejadian sekaligus penyebab patner olimpiade bahasa nya tiba-tiba mengundurkan diri. Ia bukan hanya patner, namun juga sudah menjadi tambatan hatinya secara diam-diam. 

"Jadi, Bu Loli minta Banu untuk ikut olimpiade IPS . Olimpiade yang pertama kali bagi anak IPS."

"Nah, gua tau kalo Banu selain suka bahasa Indonesia dia juga suka geografi. Mungkin Banu lebih tertarik sama olimpiade itu."

"Tapi gua tetep aja gak terima kalo Banu patner sama si anak alien itu!" ucap Vira mengebu.

Tepat setelah Vira mengatakan itu, orang yang disebut sebagai anak Alien masak ke dalam kelas. Dan duduk di samping bangku Andra yang hari ini tidak masuk. Vira menatap nya dengan tatapan sinis.

'Liat aja.. Gua bakal buat lo gagal ikut olimpiade sama Banu!'

***


"Ibu nitip ini ya buat Andra. Katanya dia sakit belum makan dan gak bisa bangun."

Kala tertegun mendengarnya. Ia sedikit melihat wajah Bu Loli, dan berpikir sejenak. Baru saja kemarin Andra mengantar surat olimpiade untuk nya sekarang ia malah mendengar Andra sakit.

"Kal? Kala?"

"Bisa kan ibu titip ini?"

"Ah—iya bu. Bisa, nanti saya ke rumah Andra."

"Makasih ya, Kal."

"Iya bu. Ya udah kalo gitu saya pamit izin pulang ya bu."

Kala pun menyalami Bu Loli sebelum pergi. Ia bergegas menuju gerbang sekolah di mana Aksa sudah menunggu. Bahkan Aksa sudah berkali-kali nelepon Kala. Kala berhenti sejenak saat hampir sampai depan gerbang sekolah ia sudah melihat wajah Aksa yang kasel karena nya.

"LAMA BANGET LO!"

"UDAH AYO CEPETAN!" sentak Aksa.

Kala menerima helm yang diberikan Aksa dan mengenakan dengan cepat. Setelah itu menaiki motor Aksa. Dirasa Kala sudah duduk dikursi penumpang.  Aksa kemudian menyalakan mesin motor dan mengendarai dengan kecepetan penuh. Membuat Kala mengeratkan pegangan nya pada jaket yang dikenakan Aksa.

Aksa memberhentikan motor tepat di depan komplek menuju rumah. Seperti biasa ia hanya mengantar Kala sampai depan komplek.  Padahal jarak dari depan komplek ke rumah hampir satu kilometer.

"Turu lo."

"Lho kok?"

"Apa? Masih mau minta anterin sampe depan rumah?  Udah syukur gua mau jemput lo," pungkas Aksa.

"Udah buru turun. Gua ada urusan."

Kala mencebikkan bibir. Padahal sudah berkali-kali Aksa selalu begitu padanya tapi, dasar Kala yang terlalu polos ia masih saja belum hafal dengan sifat Abang nya sendiri. Kala tidak banyak bicara ia menghela napas panjang dan menuruti perintah Aksa.

"Nih, helm nya."

"Helm nya lo bawa pulang aja. Ribet banget gua bawa-bawa helm dua." Usai mengatakan itu tanpa pamit Aksa kembali melajukan motor pergi meninggalkan Kala.

Kala pun mau tidak mau melangkahkan kakinya untuk melanjutkan perjalan pulang ke rumah. Sepuluh menit berlalu akhirnya ia sampai di depan gerbang rumahnya. Saat hendak membuka pagar rumah ia menutup kembali. Dan baru teringat jika ia mendapat amanat dari Bu Loli yang merupakan walinya untuk menjenguk Andra.

Kala melangkah menuju rumah Andra yang berada di samping rumahnya. Menarik napas sebelum jari telunjuk kanan nya memencet bel rumah Andra.

Ting... Tong...

Kala mengetatkan pegangan tangan pada goodybag. Ia mengigit bibir bawahnya, lantaran hampir lima menit menunggu tidak ada seseorang yang membukakan pintu. Kala memilih untuk memencet bel itu kembali.

Ting... Tong...

Sambil mengintip dari lubang pagar Kala melihat rumah Andra yang sepi. Dilihat pagar rumah Andra yang ternyata tidak terkunci, Kala pun perlahan membuka pagar dan masuk ke halaman. Perlahan Kala melangkah hingga sampai di teras rumah Andra.

Manik mata Kala mengamati setiap inci teras rumah yang sepi. Dan pandangan Kala tertuju pada bel rumah yang ternyata ada juga di teras rumah. Kala pun segera menekan bel tersebut barangkali bel di depan pintu gerbang tidak terdengar hingga ke dalam rumah.

Ting.. Tong..

Kala mendekatkan kepala ke jendela memastikan apakah ada seseorang yang akan membukakan pintu untuk nya.

Ting.. Tong..

"Asdghagsudueb..."

Kala melangkah mundur saat mendengar suara itu. Ia menoleh ke arah kanan dan kiri mencari sumber suara.

Dirasa tidak ada suara itu kembali. Kala menekan bel rumah.

Ting.... Tong....

"Masuk aja Kal. Pintu rumah gak gua kunci." ucap seseorang seperti suara robot.  Kala mengernyitkan kepala ia menolehkan kepala ke kanan dan kiri kembali.

"Ini gua Andra, Kal. Dari suara cctv."

Sontak Kala mengalihkan pandangan ke atas mencari di mana letak cctv yang Andra maksud. Kala menemukan cctv itu tepat di atas di pojok kanan dekat pintu. Da Kala pun melambaikan tangan ke arah cctv.

"Andra, kamu gimana kabar nya?" teriak Kala suara Andra mendengarnya dari cctv.

"Masuk aja dulu Kal. Gua di kamar lantai dua."

"Oh oke."
Perlahan Kala membuka pintu rumah Andra. Iya ragu untuk  memasuki rumah yang sepi itu. Sebab ia adalah perempuan dan Andra adalah laki-laki. Walau Kala tahu Andra itu baik tapi kembali lagi ia adalah 'perempuan dan Andra adalah laki-laki.'

"Gua di lantai dua. Yang pintunya ada sticker ironman."

Dengan detak jantung yang tidak normal Kala memutuskan masuk ke dalam rumah.  Pikirannya terlalu over. Sesekali Kala selalu melihat ke arah belakang memastikan jika tidak ada orang yang mungkin tiba-tiba membekab mulutnya dan membuat ia tidak sadarkan diri.

Kini, ia telah menaiki tangga dan saat sudah sampai di lantai atas Kala melihat tiga pintu kamar di sana. Dan pintu yang terdapat sticker ironman itu berada di pojok. Kala menelan ludah susah payah, ia pun menarik napas dalam menuju kamar Andra.

Tepat di depan pintu kamar Andra tangan kanan Kala pun perlahan memegang ganggang pintu dan membuka pintu.

Andra yang sedang memijat pelipis nya seketika mengalihkan pandangan. Ia memandang pintu kamar yang diketuk dan perlahan terbuka. Kala pun sedikit melihat wajah Andra. Dan tatapan mata Andra tertuju dengannya.

"Masuk, Kal." Kala mengangguk dan tersenyum getir.

"Gimana keadaan kamu?" tanya Kala yang hanya melangkah sedikit dari pintu kamar Andra.

"Ya begini lah, Kal."

"Sini Kal. Gua gak gigit kok." Kala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia melangkah mendekati Andra.

"Em...."

"Ini ada titipan dari Bu Loli." Kala meletakkan goodybag yang berisi buah dan makan di atas meja dekat tempat tidur Andra.

"Aku taro sini, ya?" Andra hanya mengangguk.

Hening di antara mereka. Andra sibuk membalas pesan di ponsel dan Kala sibuk dengan pikirannya.

"Kamu sakit apa, Andra?"

"Demam dari kemarin sih sebenarnya.  Cuma gua paksa masuk sekarang sama mual juga. Dari pagi gak ada makanan yang masuk."

"Bukan ga ada makan yang masuk si. Cuma gak ada juga yang harus di makan." Kala mendengarnya sangat miris. Pantas saja Bu Loli terlihat khawatir saat meminta Kala melihat Andra.

"Em..."

"Aku buatin teh anget mau?"

"Boleh, Kal."

"Oh iya. Kamu makan bubur dulu ya. Ini dari Bu Loli buburnya." Kala mengambilkan bubur ayam dari dalam goodybag.

"Woy! Curut, sakit apa lo?!"

Kala terdiam. Pandangannya teralih pada pintu. Kini Kala bertemu tatap dengan Banu yang terlihat terkejut melihat Kala berada di dalam kamar Andra. Pandangan Banu jadi terkunci pada. Kala mengalihkan pandangan.

"A—"

"Aku buat teh dulu ya, Andra."

Kala pun bangkit dari kasur Andra dan melewati Banu yang masih terkejut.

Banu kemudian beranjak menuju kasur Andra. Ia berlari dan melompat di ke kasur Andra. Membuat Andra mendengus kesal dan menarik rambut Banu.

"Buset..."

"Ngapain sih lo, nuuu."

"Seharusnya gua yang tanya. Ngapain lo berduaan sama Kala?!"

"Ya suka-suka, lah."

Plak

Telapak tangan Banu mendarat dengan kasar di atas dahi Andra.

"Bisa sakit juga lo."

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A Sky Between Us
47      42     2     
Romance
Sejak kecil, Mentari selalu hidup di dalam sangkar besar bernama rumah. Kehidupannya ditentukan dari ia memulai hari hingga bagaimana harinya berakhir. Persis sebuah boneka. Suatu hari, Mentari diberikan jalan untuk mendapat kebebasan. Jalan itu dilabeli dengan sebutan 'pernikahan'. Menukar kehidupan yang ia jalani dengan rutinitas baru yang tak bisa ia terawang akhirnya benar-benar sebuah taruha...
Dearest Friend Nirluka
1564      800     1     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Perjalanan Move On Tata
492      334     0     
Short Story
Cinta, apasih yang bisa kita katakan tentang cinta. Cinta selalu menimbulkan rasa sakit, dan bisa juga bahagia. Kebanyakan penyakit remaja sekarang yaitu cinta, walaupun sudah pernah merasakan sakit karena cinta, para remaja tidak akan menghilangkan bahkan berhenti untuk bermain cinta. Itulan cinta yang bisa membuat gila remaja.
Dibawah Langit Senja
1640      954     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Dalam Satu Ruang
159      107     2     
Inspirational
Dalam Satu Ruang kita akan mengikuti cerita Kalila—Seorang gadis SMA yang ditugaskan oleh guru BKnya untuk menjalankan suatu program. Bersama ketiga temannya, Kalila akan melalui suka duka selama menjadi konselor sebaya dan juga kejadian-kejadian yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Pasal 17: Tentang Kita
140      60     1     
Mystery
Kadang, yang membuat manusia kehilangan arah bukanlah lingkungan, melainkan pertanyaan yang tidak terjawab sebagai alasan bertindak. Dan fase itu dimulai saat memasuki usia remaja, fase penuh pembangkangan menuju kedewasaan. Sama seperti Lian, dalam perjalanannya ia menyadari bahwa jawaban tak selalu datang dari orang lain. Lalu apa yang membuatnya bertahan? Lian, remaja mantan narapidana....
Langit-Langit Patah
30      26     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
Love Letter: Mission To Get You
576      437     1     
Romance
Sabrina Ayla tahu satu hal pasti dalam hidup: menjadi anak tengah itu tidak mudah. Kakaknya sudah menikah dengan juragan tomat paling tajir di kampung. Adiknya jadi penyanyi lokal yang sering wara-wiri manggung dari hajatan ke hajatan. Dan Sabrina? Dicap pengangguran, calon perawan tua, dan... “beda sendiri.” Padahal diam-diam, Sabrina punya penghasilan dari menulis. Tapi namanya juga tet...
NWA
2363      945     1     
Humor
Kisah empat cewek penggemar boybend korea NCT yang menghabiskan tiap harinya untuk menggilai boybend ini
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
22222      2505     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?