Aksa membuka pintu kamar tamu tempat di mana ia menguncikan Kala. Ia membawakan makan malam untuk Kala. Setelah Aksa hampir lupa jika mengunci adik keduanya di kamar tamu. Padahal Dalisha—bundanya, sudah menitipkan dan mengingatkan Aksa, ketika ia hendak pergi bersama Ara.
Saat pintu kamar terbuka, bukan pamandangan Kala yang sedang belajar ataupun Kala yang sedang tidur di tempat tidur. Namun, yang Aksa lahit adalah mendapati pintu jendala kamar yang sudah terbuka. Mata Aksa memerah dengan tangan terkepal melihat keluar jendela.
"KALA.. LO DALAM MASALAH!!"
Aksa menaruh piring makanan yang hendaknya ia kasih pada Kala di atas meja yang ada. Luapan emosi tersulut. Segera saja ia melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua, untuk mengambil kunci mobil. Dengan langkah tergesa.
Aksa membuka pintu gerbang terlebih dahulu sebelum mengeluarkan mobil. Dengan amarah yang memuncak. Usai berhasil mengeluarkan mobil tanpa kembali menutup pintu gerbang Aksa melajukan mobil.
Tangan Aksa beberapa kali memukuli stir mobil karena ulah Kala. Pandangan tajam Aksa menyusuri setiap orang-orang yang berada dipinggir jalan. Tetapi, Aksa belum menemukan juga keberadaan Kala.
Disisi lain Kala yang baru saja selesai makan dengan Banu pun berniat untuk membayar makanannya. Namun, Banu menolaknya mentah-mentah.
"Ga usah, Kal. Anggap ini hadiah dari gua buat lo. Sebagai tanda pertemanan kita," cetus Banu.
"Tapi—"
"Udah ga usah banyak tapi, santai aja."
"Ya udah yuk. Gua anter lo pulang, ini udah kemaleman." Kala menganggukan kepala.
Banu sudah duduk di atas jok motor. Akan tetapi, kunci motornya ternyata tertinggal di meja warung. Mau tidak mau ia pun kembali untuk mengambil kunci motornya.
"Kala, kunci motor gua ketinggalan di menjadi warung."
"Bentar ya, Kal.."
"Oke.." balas Kala.
Aksa memberhentikan laju mobil saat melihat seseorang mengenakan jaket hoodie dengan postur tubuh yang tidak asing. Aksa pun menghentikan laju mobil. Kemudian, segera keluar dari mobil.
"ANIKALA!!" teriak Aksa lantang.
"PULANG LO!!"
Kala yang masih menunggu Banu pun sangat terkejut dibuatnya. Napasnya memburu, jantungnya berdegup kencang dan manikah matanya terbelalak. Keringat di telapak tangan mulai keluar. Ia memainkan kuku tangannya.
"A—abang?"
Kala melangkah mundur hendak kabur, tetapi ia kalah cepat. Aksa memandang Kala nyalang.
"PULANG LO!!"
"ENGGA..."
"SAKIT BANG!!!"
Mendengar suara ribut sesegera mungkin Banu melangkah keluar dari warung. Menepis tangan Aksa yang kasar dengan Kala.
"SAMA CEWEK JANGAN KASAR, BANGSAT!"
Aksa yang mendengar umpatan itu melotot dibuatnya. "SIAPA LO, kURANG AJAR BANGET, LO!" Aksa dan Banu beradu tatap.
"LO YANG SIAPA!! BERANINYA KASAR SAMA CEWEK!" Banu memukul wajah Aksa tiba-tiba membuat Kala terkejut.
"GUA ABANGNYA MAU APA LO!!"
DEG!
Banu terdiam. Aksa pun membalas perlakuan Banu padanya dan setelah itu ia menarik tangan Kala dengan kasar masuk ke dalam mobil. Banu masih terdiam bahkan saat Aksa memukul wajahnya dengan bengis. Otaknya masih mencerna peristiwa yang baru terjadi.
Usai membawa Kala masuk ke dalam mobil menuju rumah. Gua sana sungguh terasa tidak mengenakan bagi Kala. Tidak ada percakapan yang berarti. Ia pun tak berani menatap Aksara yang terlihat sungguh maraih padanya.
"ITU PACAR?!" tanya Aksara yang memecah keheningan.
"Bukan bang.."
"HALAH GA USAH NGELAK!!"
"JADI DIA YANG BUAT LO KAYA GINI!!"
"Engga bang.." lirih Kala. Ia tidak mampu membendung air matanya.
"GAK USAH NGEBELA DIA KALAA."
"KALA GAK BOHONG BANG. DIA CUMA TEMAN KALAA."
"ANAK MANA PACAR LO?!"
Kala menarik napas panjang memilih untuk tidak menangapi ucapan Aksa. Aksa yang merasa tidak digubris mematikan mesin mobil. Yang kebetulan mereka sudah sampai di rumah tepatnya dalam pekarangan rumah. Aksa menatap tajam Kala. Meraih pipi Kala dan mencengramnya dengan kuat.
"LO MAU BOHONG SAMA GUA, HA?!" Kala menggelengkan kepala air matanya kembali keluar.
Aksa melepaskan Kala dengan kasar. Ia kemudian turun dari mobil dan menuju ke tempat duduk Kala. Membuka pintu mobil menarik lengan Kala untuk masuk ke dalam rumah. Tidak henti-hentinya Kala terisak.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Aksa menarik Kala menuju kamarnya. Menyuruh Kala untuk duduk di meja belajarnya.
BRAK
Pintu tertutup dengan kencang. Membuat hati Kala semakin nyeri mendapat perlakuan seperti itu dari kakak nya sendiri. Tidak lama Aksa kembali dengan sepiring makanan yang sempat ia ingin hantarkan untuk Kala.
"Makan, gua gak mau lo sakit," ucap Aksa dengan wajah datar.
"Abang kenapa sih?"
"Kalo punya masalah sama orang lain jangan diluapin ke Kala.." ucap Kala parau.
Aksa tidak menjawab ia memilih dan pergi berlalu begitu saja meninggalkan kamar Kala. Kala membuang napas kasar. Ia tidak berselera untuk makan karena sudah makan bersama Banu. Meskipun tidak banyak tapi cukup untuk menganjal perutnya yang kosong dengan nasi goreng traktiran Banu.
Kala menidurkan tubuh di atas tempat tidur. Merenggangkan otot tubuh yang terasa pegal dan lengan yang terasa kini mulai sakit akibat tadi kan paksa dari Paksa. Kala berusaha merupakan kejadian tadi dengan mrnarik selimut dan memejamkan mata. Ia butuh istirahat mungkin untuk selamanya?