Kala menghentikan laju motor nya. Ketika ia menyadari jika ponsel nya bergetar dari balik tas ranselnya. Pada layar ponsel terlihat nama Abang Aksa. Dengan gerakan cepat Kala lantas menerima panggilan tersebut.
"Kala!"
"Lo.. Lo di mana?! Cepat pulang sekarang!"
Detak jantungnya tiba-tiba berdebar dengan cepat entah kasalahan apalagi yang Kala perbuat hingga Aksa meneleponnya menggunakan nada tinggi.
"Ka-"
Panggilan telepon tiba-tiba terputus. Aksa memutuskan panggilan telepon secara mendadak. Mau tidak mau Kala pun kemudian memilih untuk putar balik pulang ke rumah. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Jam di mana bel sekolah akan segera berbunyi.
Kala memacu laju motor dengan kecepatan penuh. Takut kalau Aksa menunggu lama dan semakin membuatnya marah. Beruntungnya jalanan pagi ini cukup lengang tidak seperti biasanya yang macet, jadi Kala hanya membutuhkan waktu sepuluh menit demi sampai ke rumah.
Tiba di depan gerbang rumah, Aksa sudah menunggunya. Dari raut wajahnya sudah bisa menjelaskan kalau Kala akan mendapat omelan kembali.
"Ah! Dateng juga lo!"
"Bener-bener ya lo!"
"Gak mikir! Motor mau gua pake malah lo pake!"
"Kan kata Abang waktu itu Kala boleh pake motor Abang. Ganti-gantian sama Abang. Dua minggu Abang pake, seminggu Kala pake," bela Kala.
"Ya iya gua ngomong gitu. Tapi otak lo di pake mikir gitu! Gua kan mau ikut tes SNBT, ya kali gua naik angkot yang ada telat!" protes Aksa.
"ORANG MAU IKUT SNBT DIBUAT TELAT GARA-GRA LO DOANG. GUA NYARI KUNCI MOTOR GA ADA, PAS GUA LIAT DI GARASI MOTORNYA JUGA GA ADA!"
"UDAH AH! MAKIN TELAT GUA GARA-GARA LO DOANG!"
Aksa dengan segala kekesalannya. Sementara Kala hanya bisa berdiam diri mendengarkan semua amarah Aksa tanpa berani menjawab. Usai Aksa pergi, Kala memutuskan masuk ke dalam rumah untuk ke toilet sebentar dan minum.
Butuh waktu lima menit untuk Kala selesai dengan kegiatan nya. Ia masih duduk di kursi meja makan sambil sesekali meneguh air putih dan menarik napas dalam.
Tadi pagi, Kala belum sempat sarapan karena lauk nasi gorengnya yang dibuat Bunda ternyata kurang. Satu buat Abang Aksa dan satu adik Ara.
Kata Bunda Kala harus mengalahkan karena, Aksa akan mengikuti SNBT atau ujian tertulis untuk masuk perguruan tinggi negeri. Jadi, butuh tenaga lebih sementara Ara merupakan adiknya, jadi yang lebih tua harus mengalah.
Lagi-lagi Kala harus mengalah bukan hanya soal makanan tapi soal kandaraan. Kata Bunda waktu Aksa dibelikan motor nanti bisa dipake ketika Kala SMA. Tapi, saat Kala SMA Aksa selalu punya alasan supaya ia tidak meminjamkan motornya dengan Kala. Jadi, mau tidak mau Kala diantara jemput atau naik angkutan umum.
Sedang asik melamun seketika Kala sadar jika jam sudah menunjukkan pukul enam empat puluh lima. Itu berarti sekolah sudah masuk.
Buru-buru Kala mengenakan sepatu Converse hitam nya. Air mata dipelupuk matanya tidak bisa dibendung lagi. Tepat setelah menutup gerbang ia menangis.
Anaknya tiga tapi kalau beli sarapan cuma dua
Anaknya tiga tapi kalau aku gak berbagi sama saudara yang lain jadi masalah
Anaknya tiga tapi kalau aku pengen sesuatu selalu gak diturutin tapi yang lain diturutin
Kenapa Kala yang selalu harus ngalah, bunda?
Tanpa Kala sadari Andra mengikuti Kala pelan-pelan dengan motor matik nya. Karena rumah mereka yang berdekatan ketika Andra ingin mengeluarkan motor dari halaman rumah tanpa sengaja ia melihat Kala menangis. Andra pikir cewek itu sedang tidak baik-baik saja. Dan Andra memutuskan untuk mengikuti Kala takut hal yang tidak diinginkan terjadi padanya.
Andra memarkirkan motornya tepat di samping Kala yang kini sudah duduk dipinggir trotoar yang masih dekat rumah. Ia sedang duduk menekuk lutut dengan kepala yang menunduk. Andra pun segera turun dari motor usai memarkirkan.
"Lo gak apa-apa?" tanya Andra yang cukup khawatir.
Kala yang tiba-tiba mendengar suara seseorang berbicara padanya terdiam. Ia mengusap air matanya dengan sweater hitam yang saat itu ia kenakan. Berkali-kali ia mengerjakan mata memastikan apakah dirinya sedang halu atau tidak.
"Lo gak apa-apa?"
Dan suara itu kembali terdengar ditelinga Kala. Ia pun mendongakkan kepala untuk melihat siapa seseorang itu. Kala kembali mengusap kedua matanya.
"Andra?" Cowok itu hanya tersenyum.
"Kamu kok bisa di sini?"
"Gua tadi liat Lo keluar dari rumah sambil nangis. Karena gua takut Lo kenapa-kenapa jadi gua ikutin Lo."
Kala tersenyum tipis. Berusaha untuk baik-baik saja di depan Andra. "Aku gak apa-apa kok, ndra."
Andra menepuk pundak Kala. "Kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita ke gua."
"Apa Lo abis diputusin sama pacar Lo? Atau ada yang jahat sama Lo? Sini biar gua tonjok orang nya Kal!" ujar Andra mengebu." Kala tertawa kecil mendengar ucapan Andra.
"Eh, btw gua lagi dengan lagu yang kayaknya cocok buat Lo. Siapa tahu mood lo jadi lebih baik kalau dengar lagu ini."
"Mau coba dengar?"
"Boleh," tutur Kala.
Andra memberikan satu aerphone-nya untuk dikenaka di telinga Kala. Kemudian Andra mengulang lagu tersebut dan menekan tombol play dan terputar lah sebuah lagu.
Jalan yang jauh jangan lupa pulang
Pesan-pesan yang selalu saja terngiang
Ku terbang jauh, kepak tak berbilang
Lewati awan dan angkasa tak berbayang
Cari mencari
Untuk mengisi
Lengkung hampa yang ingin terobati
Teruslah jalan terus berjalan
Kaki mungilku yang terus menahan beban
Teruslah jalan terus berjalan
Sebentar lagi ku akan sampai tujuan
"Gimana, suka?" Kala mengangguk sangat suka. Entah hatinya menjadi tenang usai mendengarkan lagu itu.
"Ya udah sekarang udah mendingan kan? Btw gua laper mau makan bubur ayam depan komplek. Enak lho, Kal. Ikut yuk!" ajak Andra antusias. Kala sedikit mengernyit. Ia sekilas melihat jam yang melingkar di lengan kirinya.
"Udah gak apa-apa telat sekali-kali. Jangan jadi orang yang tepat waktu terus, itu gak menikmati hidup!"
Andra sudah berdiri dan duduk di atas jok motor nya. Sedangkan kala masih duduk terdiam.
"Gimana mau ikut gak? Yang penting perut kenyang dulu telat bodoh amat lah."
Dirasa Kala lama mengambil keputusan, Andra pun turun dari motor menghampiri Kala dan meraih tangan Kala. Diajak Kala menuju motornya. Andra pun kini sudah kembali duduk di atas motor sebagai pengemudi.
"Buruan, Kal. Keburu abis bubur Mang Udin nanti."
"Dan Lo nyesel karena ga bisa menikmati bubur enak se-Jakarta punya Mang Udin!"
Mendengar itu Kala tergiur kebetulan juga ia perutnya belum terisi makanan dan sangat lapar.
Kala pun naik ke atas motor Andra. Dan Andra yang sudah memastikan Kala duduk di atas motor nya kini menyalakan mesin motornya dan melajukan motornya menuju warung Mang Udin.
"Gak apa-apa sekali-kali terlambat, Kal. Cuma di suruh push up atau gak skotjam aja kok, Kal." ujar Andra.
"Iya, Andra," ucap Kala.
Mereka pun segeralah menuju warung bubur Mang Udin yang terkenal enak. Dengan motor yang dikendarai Andra, tidak perlu lelah berjalan. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di warung Mang Udin. Andra memarkirkan motornya di depan warung. Setelah itu mereka pun turun untuk memesan.
"Mang buburnya dua sama teh manisnya dua ya," ucap Andra.
"Siap!" Mang Udin pun segera mengambil dua mangkuk untuk membuat pesanan Andra.
"Duduk yuk, Kal," ajak Andra.
Andra dan Kala menuju tempat duduk yang tersedia. Hilir mudik kendaraan yang melewati warung Mang Udin menjadi perhatian tersendiri bagi Kala. Ia tampak asik mengamati setiap kendaraan yang lewat.
"Permisi pesanannya," ucap salah satu pelayan. Ia meletakkan bubur bersedia teh manis hangat.
"Makasih, mas," ucap Andra.
"Di makan, Kal."
Ucap Andra yang menggeser teh manis ke arah Kala. Mereka pun tidak banyak berbincang sibuk dengan bubur masing-masing.
***
"Lain kali jangan terlambat lagi ya!" ucapan peringatan itu keluar dari Bu Hesti yang saat itu sedang menjadi guru piket.
"Iya Bu, maaf," jawab Andra.
"Ya udah sana ke kelas. Kalian udah ketinggalan satu jam pelajaran." Setelah itu Andra dan Kala bersalaman dengan Bu Hesti dan menuju kelas.
Sebelum masuk kelas Kala mengembalikan earphone yang dipinjamkan Andra.
"Makasih, ndra.."
"Okey.. your welcome.." Andra mengambil earphone miliknya dari tangan Kala dan memasukkan ke dalam saku baju.
Andra dan Kala melangkahkan kaki memasuki kelas yang sudah ramai dan guru mata pelajaran pun sudah berada di dalam kelas. Andra mengetuk pintu dengan hati-hati setelah itu ia berjalan terlebih dahulu untuk masuk kelas.
"Ibu, maaf kami terlambat," tutur Andra pada Bu Tati.
"Kok kalian baru masuk?"
"Maaf Bu motor saya tadi mogok jadi kebengkel dulu." dalih Andra supaya tidak terkena hukuman lagi.
Bu Tati menatap tajam ke arah Andra kemudian berpaling ke arah Kala. "Benar Kala, kata Andra?"
"Iya Bu, benar," ujar Kala cepat. Dan beruntungnya saat ia menjawab pertanyaan Bu Tati tidak gagap. Sehingga Bu Tati percaya begitu saja.
Andra dan Kala pun diizinkan untuk duduk tanpa diberi hukuman. Beruntung kali ini untuk Andra.
"Cie Andra sama Kala." ucap Jema saat Andra lewat di sampingnya.
"Kalian berdua pacaran, ya?" tanya Jeslin tiba-tiba membuat pergerakan Andra yang hendak mengambil buku terhenti.
"Engga... Kita just friends," jawab Andra kemudian melanjutkan mengambil buku paket matematika dari dalam tas.
"Ya gak, Kal?" tanya Andra pada Kala. Jeslin menatap tajam Kala penuh selidik.
"Iya benar kata Andra," ujar Kala.
"Tuh kan.. dah sono lu madep depan.. gua bukan guru soalnya.." pungkas Andra.