Saat malam hari, keluarga Maya berkumpul. Makan malam bersama dengan formasi lengkap, karena Permana sudah pulang dari Surabaya. Suasana nyaman melingkupi acara makan malam seperti biasa.
"Kamu ngapain aja nak di Surabaya kemarin dua hari?" tanya papa. Meskipun dia sibuk bekerja, dia ingin tahu apa saja kegiatan yang dilakukan oleh anaknya.
"Itu dateng ke acara festival kecil-kecilan, Permana nyanyi disana. Terus dua hari tuh soalnya gara-gara nginep sih, kemarin abang nginep dirumah temen papa. Abang punya teman disana namanya Wahyu," Permana menjelaskan apa yang dia lakukan ketika tidak berada di rumah.
"Oh gitu. Ya Alhamdulillah ada temennya," papa mengangguk.
"Kamu nyanyi apa? Ada videonya nggak? Mama penasaran," tanya mamanya dengan antusias.
Sementara Maya hanya terdiam dan fokus dengan makanannya saja, dia tidak memiliki cerita yang patut untuk dibanggakan. Yang dia lakukan hanya sekolah tanpa mengikuti kegiatan apapun, karena dia harus membantu mamanya di rumah karena dia adalah seorang 'perempuan', jadi hari-harinya hanya di rumah dan sekolah. Membosankan dan tidak menarik sama sekali.
"Emmm.. ada kok abang upload di Instagram. Mama kan ngefollow," jawab Permana.
"Oh udah kamu upload? Yaudah nanti mama lihat deh," mamanya tersenyum senang.
"Maya," panggil papanya. Dia sadar kalau daritadi Maya hanya diam dan tidak berbicara sedikit pun.
"Hemm? Iya kenapa pa?" jawab Maya mendongakkan kepalanya.
"Kamu kok diem aja, ada masalah apa nak?" tanya papa. Dia khawatir dengan anak perempuan satu-satunya itu.
"Nggak ada apa-apa papa, kenapa emangnya?" jawab Maya terus terang. Karena sebenarnya memang tidak ada sama sekali untuk diceritakan, apakah dia harus menceritakan tentang Bram? Itu tidak mungkin. Bisa-bisa dia bisa dibanding-bandingkan oleh kakaknya.
"Ya kamu loh nak diem mulu. Papa sama mama tuh kadang khawatir," mamanya menjelaskan.
"Ya emang nggak ada yang diceritain mama, kalo ada yang pengen Maya ceritain ya aku cerita kok. Tenang aja," jawab Maya berusaha menenangkan agar mama papanya berfikiran positif.
"Yakin ya?" papanya memastikan.
"Iya pa yakin kok," Maya mengangguk. "Dengerin aja ceritanya Bang Permana kayaknya seru," sambungnya.
"Hmm.. yaudah iya."
Permana daritadi hanya melirik Maya ketika ditanya oleh papanya, karena sudah selesai dia melanjutkan cerita yang dia miliki.
"Oh iya mama, papa. Aku sebenarnya kerja sambil kuliah, aku kerja di perusahaannya orang wedding organizer gitu. Sama ini aku nyoba daftar bank juga, soalnya direkomendasikan sama dosen aku. Doain ya," kata Permana. Selama ini dia tidak pernah di rumah sama sekali, karena dia memiliki banyak kesibukan yang tidak pernah orang tuanya tahu.
"Beneran? Sejak kapan kamu kerja? Kenapa nggak cerita?" mamanya mendengar itu menjadi semakin bangga. Karena dikalangan tetangga, Permana selalu menjadi bahan pembicaraan. Alasan dijadikan bahan pembicaraan, yaitu karena mamanya selalu memasang status di WhatsApp membangga-banggakan anak pertamanya yaitu Permana.
"Iya loh, papa juga nggak tahu. Pantesan aja nggak pernah diem dirumah, keluar mulu!" celetuk papanya.
"Ya takut aja papa sama mama larang, soalnya kan masih kuliah. Jadi yaudah deh diem aja, aku cuma cerita kalo nge-band terus nyanyi-nyanyi aja. Permana kerja pengen bayar kuliah sendiri, makanya aku nggak pernah bilang ke mama kan bayar ujian atau apa? Itu soalnya Permana udah bayar sendiri meskipun nggak seberapa," ujar Permana menjelaskan kenapa dia tidak pernah menceritakan ini ke kedua orang tua.
"Ya ampun, papa nggak ngelarang nak. Ya namanya laki-laki, udah tanggung jawabnya kerja keras dilatih dari sekarang. Malah papa bangga banget," respon papanya. Dia bangga anak laki-lakinya sudah tumbuh dewasa.
"Iya, nggak ngelarang malah seneng. Alhamdulillah kalo udah kerja! Ya semoga aja keterima di bank. Anak cowok udah mandiri, tinggal yang cewek nih. Bisa apa enggak kerja? Kerjaannya soalnya dirumah mulu nggak ngapa-ngapain," mamanya menyenggol Maya yang daritadi hanya diam dan tidak menanggapi pembicaraan mereka.
"Haha.. iya ma nggak tahu," Maya hanya berpura-pura tersenyum seperti tidak merasa tersinggung. Padahal dalam hatinya benar-benar sakit, ya meskipun dia selalu dituruti kemauannya sejak kecil tetapi dia sekarang selalu diremehkan. Dianggap selalu menjadi anak kecil yang tidak bisa melakukan apa-apa.
"Maya udah selesai makan, aku mau ke kamar dulu ya. Mau ngelanjutin ngerjain tugas sekolah," pamit Maya ketika dia sudah menghabiskan makan malamnya.
"Oh ada tugas? Yaudah semangat ya nak ngerjain tugasnya," papanya menyemangati Maya.
"Iya papa, tugasnya banyak. Makasih banyak pa," Maya memposisikan dirinya untuk berdiri . Lalu menuju ke kamar dan menghilang dari hadapan mereka bertiga.
"Keluarga cemara sih, tapi kalo diremehin terus capek juga. Ya semoga aja gue bisa berubah," gumam Maya sambil menutup pintu kamarnya.
Sebenarnya Maya sedang tidak memiliki tugas sekolah, namun dia tadi hanya alasan saja. Dia tidak mau terlihat menangis dihadapan mereka, karena mereka akan menilai kalo mental Maya tidak kuat. Jadi lebih baik Maya berbohong dan menenangkan diri sendiri di dalam kamar, nyaman.
Maya sedang gabut, jadi dia membuka aplikasi Instagram. Dia melihat-lihat caffe apa yang estetik dan enak yang cocok dia kunjungi, besok setelah pulang sekolah dia ingin ke caffe sendirian supaya tidak terlalu stres hanya berada di rumah. Membosankan, rasanya seperti dipenjara. Yang dia lakukan di rumah hanya mengerjakan tugas sekolah, membantu mamanya menyapu, mengepel, mencuci baju dengan tangan, dan lain sebagainya. Seperti ibu rumah tangga, Maya tahu kalo orang tua memang harus dibantu. Tetapi kadang Maya merasa tidak adil, karena hanya dia yang selalu disuruh. Sementara kakaknya tidak pernah membantu pekerjaan rumah sama sekali, dan hanya sibuk dengan dunianya sendiri di luar. Dan anehnya kedua orang tuanya memaklumi hal itu.
"Caffe mana yaa yang bagus? Gue cuma ke caffe itu-itu doang. Bosen banget," gumam Maya. Dia fokus mencari rekomendasi-rekomendasi, selain di Instagram dia juga melihat tiktok. Sekarang banyak sekali konten kreator Lamongan yang memfokuskan untuk membuat konten kuliner, jadi orang-orang gampang tertarik untuk datang ke restoran atau caffe tersebut.
"Wihh!! Enak nih kayaknya bakmienya," Maya melihat video cafe yang memiliki menu andalan yaitu bakmie.
"Gue kesini sendiri apa ngajak Novi ya besok enaknya? Bingung deh. Apa gue tanya aja sekarang ya?" Maya berfikir sejenak. Dan daripada dia besok merasa kesepian, jadi sekarang Maya berusaha menghubungi Novi. Semoga saja besok dia tidak sedang sibuk.
"Ini anak online WhatsApp apa enggak ya?" Maya mencari kontak dengan nama Novi. Setelah itu dia menelfonnya.
Maya pikir Novi akan langsung mengangkatnya, namun pikirannya salah. Ternyata sekarang Novi sangat susah untuk dihubungi, sepertinya dia sedang sibuk. Semoga saja nanti membalas pesan Maya.
"Tumben nggak online sama sekali nih anak!" Maya menggerutu kesal .