Maya cepat-cepat masuk ke dalam kamar, dia segera mandi membersihkan diri dan tidak lupa dia juga mencuci pakaiannya yang terkena noda darah datang bulan dan jaket yang dipinjamkan oleh Bram.
"Gue jadi nggak enak deh sama Bram," gumamnya ketika dia menjemur baju-baju itu di halaman belakang. Dia sudah selesai mandi dan juga mencucinya.
Setelah menjemur, Maya langsung menuju ke dapur. Dia ingin mencari minuman herbal agar bisa meredakan rasa nyeri perutnya itu.
"Ehemmm.." tiba-tiba mamanya muncul.
"Mama.. minuman herbal ada dimana?" tanya Maya to the point. Dia malas untuk mencari kesana kemari, lebih baik langsung bertanya saja. Lagipula mamanya pasti tahu akan segalanya.
"Itu loh di lemari samping kulkas," jawab mamanya.
Maya sudah menemukannya, dan tinggal merebus air untuk menyeduh minuman tersebut. Sembari menunggu air itu mendidih, Maya duduk di meja makan dekat mamanya sambil memainkan handphone.
"Kamu kok nggak pernah cerita May," ujar mama. Mamanya pikir, selama sudah beberapa bulan di Lamongan, Maya masih selalu menyendiri. Karena dia tidak pernah melihat Maya sering keluar untuk bermain, tetapi ternyata dugaannya salah. Ternyata ada juga yang peduli dengan Maya, yaitu Bram.
"Cerita apa mama?" tanya Maya. Dia tidak paham konteks yang dibahas mamanya secara tiba-tiba.
"Ya itu kamu udah punya teman dekat. Itu tadi Bram teman kan? pacar apa teman?" mamanya memastikan sambil menahan tawa.
"Nggak pacar ma, iya kok teman. Teman sekelas," jawab Maya. Dia sedikit kesal mamanya menganggap kalau Bram adalah pacarnya.
"Yaudah Alhamdulillah kalo gitu udah ada teman, baik dia. Tahu nggak dia sukanya apa? Barangkali mama buatin besok kasih kedia kalo di sekolah," ujar mamanya dengan antusias. Dia paling suka membuat makanan, ibu rumah tangga idaman para lelaki. Kunci hubungan romantis mama papa Maya adalah karena mamanya sangat amat pandai dalam hal memasak, menurutnya masak adalah bentuk sebuah cinta.
"Hah? Emm.. kurang tau mama," Maya gelagapan. Dia memang benar-benar tidak tahu apa yang disukai oleh Bram, dan sebenarnya juga tidak peduli. Karena selama ini Bram yang mendekat terlebih dahulu kepada dirinya.
"Kok kurang tahu loh! Coba nanti tanyain aja, terus bilang mama. Oke?"
"Hmm.. yaudah iya, oke mama. Nanti aku tanyain," Maya mengiyakan ucapan mamanya. Mau tidak mau harus mengiyakan, ya meskipun dia tidak tahu bagaimana pastinya.
"Yaudah iya, mama ke kamar dulu ya. Mau istirahat sambil checkout shopee, belanjaannya mama banyak!" mamanya beranjak dari kursi berpamitan dengan Maya. Mamanya memang sangat amat hobi belanja barang, padahal rumah mereka tidak besar dan juga luas. Sebenarnya Maya sudah pernah menegur, namun mamanya tidak peduli . Katanya checkout barang adalah hobinya, jadi mau tidak mau sekeluarga harus rela kalau rumah ini penuh dengan barang online.
"Hmm.. shopee mulu. Yaudah iya mama istirahat ya," Maya tersenyum simpul.
"Byee!!" mamanya melambaikan tangannya.
Setelah mamanya sudah menghilang dari pandangannya, Maya melanjutkan untuk membuat minuman herbal sendiri lalu dia kembali ke kamar untuk meminum itu dan beristirahat.
"Hmmm.. enaknyaa rebahan gini," gumam Maya. Dia sudah menghabiskan setengah gelas minuman itu, nyeri perutnya lumayan mereda.
Tidak terasa, karena menahan nyeri datang bulan hari pertama Maya akhirnya tertidur dengan pulas. Mungkin Maya menikmati beristirahat mumpung bisa pulang sekolah lebih awal.
Awalnya tidur terlelap, sunyi, dan senyap. Namun tiba-tiba handphone Maya berdering begitu kencang, tentu saja otomatis Maya terkejut.
"Ehh? Gue ketiduran ternyata," ujar Maya lalu melihat handphonenya. Dia pikir itu adalah alarm yang dia pasang tidak sengaja, tapi dugaannya salah. Itu ternyata adalah telfon dari Bram .
"Hah? Bram tiba-tiba banget telfon gue lagi?" Maya masih tidak mencerna apa yang sebenarnya diinginkan oleh Bram.
Panggilan suara masuk..
Bram : Halo?
Maya : Iya, halo? Kenapa Bram?
Bram : Nggak kenapa-napa, pengen tahu lo aja. Gimana? Udah enakan apa belum?
Maya : Ohh.. yaa lumayan enakan kok, ini tadi gue tidur siang. Lagian udah biasa kok, kan cewek Bram.
Bram : Alhamdulillah kalo gitu, oh ya masalah gue ngajak tadi lo nggak ikut nggak apa kok. Lo istirahat aja, pasti nggak nyaman kalo main lama pas lagi hari pertama.
Maya : Hehe.. makasih ya Bram udah ngertiin, aslinya gue pengen ikut sih. Apa nanti gue kabarin lo lagi ya?
Bram : Iya sama-sama May, yaudah next time aja lo ikut. Nggak usah dipaksain, gue nggak apa kok.
Maya : Hmm.. yaudah iya, makasih ya udah ngertiin gue.
Bram : Sama-sama. Oh ya, nanti kan gue ikut terus kalo pulang gue mampir ke rumah lo ya? Mau dibawain apa?
Maya : Hah? Kenapa jengukin gue? Nggak usah Bram nggak apa, ngerepotin banget gue.
Bram : Enggak, lo mah ngerasa gitu mulu.
Maya : Besok loh gue masih ke sekolah, gue nggak sakit parah Bram.
Bram : Nggak apa, gue pengen jenguk. Udah nggak ada penolakan! See you nanti malem May! Bye!
Maya : BRAMMM!!
Tuttt! Tutt!!
Panggilan Suara Berakhir...
"Aaaaaa!!! Please lah tujuan lo apa sih Bram?Gue nggak kuat diginiin mulu," Maya menggerutu ketika panggilannya dimatikan oleh Bram. Dia frustasi sambil mengacak-acak rambutnya, dia bingung harus berbuat apa.
Tujuannya dari awal, dia tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Maya sadar kalau dia tidak pernah membanggakan bagi keluarganya, dia merasa tidak pernah sempurna selalu dibandingkan dengan kakaknya. Jadi meskipun dia tidak membanggakan dalam hal apapun, dia ingin tidak berulah agar tidak pernah berbuat salah.
Namun dia tiba-tiba diserang dengan hal seperti ini, secara mendadak dia didekati oleh laki-laki padahal dia tidak ada niat untuk membuka hati. Pikiran Maya berperang, membuat Maya gelisah. Menyebalkan.
"Arghhh!! Apa nanti gue kabur aja kali ya? Tapi aneh banget," gumam Maya. Agar tidak kesal, dia segera mandi terlebih dahulu. Setelah itu dia ingin melanjutkan tulisannya di aplikasi online, mencurahkan isi hati. Karena dia bingung harus bercerita kepada siapa, jadi menulis ke aplikasi online adalah sebuah solusi agar apapun perasaan Maya lega. Tidak dihakimi dan tidak dihalangi oleh siapapun, Maya benar-benar bersyukur.
"Wuihh!! Lumayan juga yang baca tulisan gue," ucap Maya sambil fokus memainkan handphonenya. Dia benar-benar fokus menulis, tidak memperdulikan apapun. Menulis adalah dunianya, sangat amat nyaman.
"Mayaaaaa!!!" mamanya berteriak sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk aja mama. Nggak dikunci kok," jawab Maya. Dia malas untuk membukakan pintu.
"Gimana nak? Perutnya udah enakan? " mamanya memastikan keadaan Maya.
"Udah enakan kok ma," jawab Maya tersenyum simpul.
"Alhamdulillah. Yaudah nih mama masuk bawain kamu coklat," mama menyodorkan dua bungkus coklat kesukaan Maya.
"Yeyy!! Makasih mama!" Maya sangat senang lalu memeluk mamanya dengan erat.