Loading...
Logo TinLit
Read Story - May I be Happy?
MENU
About Us  

Tidak terasa, semua murid sudah menyelesaikan tugas membuat naskah film dan sudah dibahas juga oleh Bu Relly, sekarang waktunya untuk istirahat. Bel istirahat sekolah telah berbunyi, sejak tadi Bram masih saja duduk disamping Maya tidak beranjak posisi sedikit pun. 

Maya memposisikan dirinya berdiri, dia ingin menuju ke kantin. Namun tiba-tiba Bram memelototinya. 

"Mayy!!" panggilnya dengan panik. 

"Ada apa Bram?" Maya menoleh dan sedikit menunduk. Dia bingung kenapa Bram tiba-tiba panik. 

"Lo duduk dulu," suruhnya. 

Mau tidak mau Maya menurut, barangkali saja itu adalah hal penting. 

"Kenapa Bram?" tanya Maya sekali lagi ketika dia sudah duduk. 

Bram hanya terdiam, dia mengambil jaket yang ada didalam tasnya. Lalu memakaikannya dengan cara ditali ke lingkar pinggang Maya. Ingin menutupi sesuatu. 

"Kenapa makein gue jaket, Bram? Tiba-tiba banget?" bisik Maya. 

"Lo izin pulang aja ya? Gue bantuin bilang ke Bu Relly," ujar Bram to the point. 

"Gue belum ada yang jemput jam segini. Gue nggak bawa motor sendiri Bram," jawab Maya. 

"Tapi darah lo banyak banget itu, lagi haid. Yaudah gue anter pulang nggak apa kok," kata Bram. Dia bersiap-siap beranjak dari tempat duduknya, dia akan menghampiri Bu Relly selaku wali kelas. 

"Hahh? Beneran nggak apa?" Maya seketika lemas. Dia tidak merasa kalau sedang datang bulan, benar-benar memalukan. Kenapa disaat dia sedang bocor, harus dilihat oleh Bram. Menurut Maya hari ini adalah hari yang paling sial, apalagi rok seragam yang dia gunakan sekarang adalah warna putih. Pasti tadi terlihat sangat jelas. 

"Iya nggak apa, santai aja. Lo tunggu sini ya! Pasti lo lagi nggak pake, makanya kayak gitu! Udah ya jangan berdiri," ujar Bram dia langsung keluar dari kelas dengan cepat. 

"Ya ampun," gumam Maya dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Dia benar-benar malu, sembari menunggu kembalinya Bram. Dia membereskan barang-barangnya yang ada di bangku dan memasukkan kedalam tas, supaya nanti Bram tidak menunggu dirinya lama-lama dan langsung mengantarnya pulang. 

Bram sudah menuju ruang guru, dan untung saja Bu Relly sedang duduk dan mengerjakan sesuatu. Jadi Bram tidak bingung untuk mencari keberadaan Bu Relly kesana kemari. 

"Permisi Bu Relly," panggil Bram dengan sopan. Dia berdiri tepat didepan bangku Bu Relly. 

"Iya Bram, ada apa? Sini duduk dulu," Bu Relly mempersilahkan Bram untuk duduk terlebih dahulu di kursi yang ada didepannya. 

"Bu saya mau izinin Maya, dia sakit Bu perutnya sama lagi bocor Bu, kasihan banyak banget. Sama izin juga saya antarkan Maya, soalnya katanya jam segini dia belum ada yang jemput. Mohon izin ibu," Bram menjelaskan panjang lebar apa yang terjadi. 

"Ohhh gitu, yaudah nggak apa. Tapi setelah kamu antar Maya langsung kembali ke sekolah loh ya?" ujar Bu Relly memberikan izin untuk Bram. 

"Terimakasih bu, berarti ini sekarang ibu kasih surat izin ya?" tanya Bram. 

"Iya, ini saya tuliskan. Habisini kamu langsung kasih ke ruang BK," jawab Bu Relly. Dia segera mengambil surat izin lalu menuliskan nama Bram dan juga Maya. 

"Ini suratnya ya," Bu Relly memberikan dua lembar kertas itu kepada Bram. 

"Terimakasih banyak ibu, saya permisi dulu. Assalamualaikum," Bram memposisikan dirinya berdiri. 

"Sama-sama nak, waalaikumsalam. Hati-hati ya dijalan," ujar Bu Relly. 

"Iya Bu hati-hati," jawab Bram. Dia segera keluar dari ruang guru, dan menuju ke ruang BK. Setelah menyelesaikan semua urusan, dia cepat-cepat kembali ke kelas untuk memanggil Maya. 

Bram lari dengan tergopoh-gopoh, dia mendekat ke arah Maya dan memanggilnya. 

"Udahh? Udah siap semuanya?" tanya Bram memastikan dia benar-benar khawatir. 

"Iya Bram, udah selesai kok. Ayo pulang," Maya mengangguk. 

"Yaudah iya, pelan-pelan berdirinya. Ayok," Bram tersenyum. 

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju ke parkiran sekolah, meskipun Maya dilirik oleh perempuan-perempuan yang sedang asik beristirahat di lapangan, kantin, dan lain sebagainya Maya tetap tidak peduli. Saat ini juga dia ingin pulang, tidak kuasa untuk menahan rasa malu. 

"Bram," panggil Maya. 

"Iya kenapa May?" Bram menoleh kearah Maya yang sedang berjalan disampingnya. 

"Nanti kalo gue naik, gue ngotorin motor lo. Jadi bau, jaket lo juga ini. Jaket lo gue bawa dulu aja ya? Gue cuci dulu," ujar Maya. Dia merasa sungkan dengan Bram, sudah sangat merepotkan. 

"Santai aja, motor bisa di lap. Iya nggak apa deh lo bawa dulu jaket gue," Bram mengangguk. 

"Hmm.. yaudah iya, makasih ya Bram udah nolongin gue. Gue malu," Maya menundukkan pandangannya. 

"Nggak usah malu, santai aja. Kayak sama siapa aja sih lo," Bram terkekeh. Mengusap puncak kepala Maya dengan jahil itu membuat kerudung Maya berantakan. 

"BRAMMM!! KERUDUNG GUE BERANTAKAN INI!" protes Maya. Emosinya mendadak menggebu-gebu. 

"Wkwk.. ya ampun gue lupa kalo lo lagi PMS. Iya-iya sorry ya May," Bram terkekeh. Dia merasa puas menggoda Maya. 

********

Sebenarnya Bram tidak tahu dimana Maya tinggal, tetapi dia diberi arahan oleh Maya. Jadi mereka akhirnya sudah sampai, meskipun sedikit lama karena kondisi jalanan yang lumayan ramai.

"Itu Bram rumah gue!" Maya menunjuk ke arah rumahnya.

"Oke," jawab Bram. Bram langsung berhenti ke rumah yang Maya tunjuk. 

Setelah berhenti, Maya langsung turun dari motor Bram. 

"Makasih banyak ya Bram, udah ngerepotin. Bye Bram! Hati-hati ya!" Maya melambaikan tangannya.

"Panggil dulu mama atau papa lo, gue mau pamitan. Biar orang tua lo nggak khawatir dikira dianterin orang yang nggak dikenal lagi," ujar Bram. Dia tidak ingin langsung pergi begitu saja, karena etikanya harus berpamitan kepada orang tua agar sopan. 

"Eumm.. iya ada mama biasanya. Yaudah gue panggil dulu ya,"ujar Maya. 

"Iya, gue tunggu disini. Buruan panggil dulu," suruh Bram. 

"Iya sebentar," dengan cepat Maya langsung masuk kedalam rumahnya dan memanggil mama. 

"Mamaaa!!" Maya mengetuk pintu rumahnya. 

"Iyaaa?" mamanya dengan cepat membuka pintu rumah dan kaget kalau anaknya sudah pulang lebih awal. 

"Loh May? Kamu kok udah pulang? Ada apa?" tanya mamanya dengan panik. 

"Itu ma, dianterin temen sekelas. Soalnya aku lagi sakit," ujar Maya terus terang. 

"Sakit apa?" mamanya kebingungan. 

Tanpa pikir panjang Bram turun dari motornya dan mendekat ke mama dan Maya. 

"Permisi tante, saya Bram teman kelas Maya. Itu Maya lagi haid pertama tante, lagi bocor dia. Jadi Bram anterin pulang," Bram menjelaskan. 

Maya sangat malu Bram menjelaskan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi memang itu kenyataannya. 

"Ohh ya ampun, makasih banyak loh Bram. Ya ampun ngerepotin! Sini mampir duduk dulu nak," mama Maya mempersilahkan Bram untuk masuk. 

"Maaf Tante, kapan-kapan aja. Ini Bram harus balik ke sekolah tadi izin sama gurunya," ujar Bram menolak dengan halus. 

"Ohh gitu, yaudah nanti dicariin gurunya. Hati-hati ya nak! Makasih banyak," mama Maya berterimakasih sekali lagi. 

"Iya tante sama sama, Bram pamit balik dulu ya te. Assalamualaikum," Bram mencium punggung tangan mama Maya. 

"Waalaikumsalam," jawab mama dan Maya dengan kompak. 

Setelah berpamitan, Bram langsung mengendari sepeda motornya dan menghilang dari pandangan Maya dan juga mamanya. 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
FaraDigma
1363      681     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
Matahari untuk Kita
1082      549     9     
Inspirational
Sebagai seorang anak pertama di keluarga sederhana, hidup dalam lingkungan masyarakat dengan standar kuno, bagi Hadi Ardian bekerja lebih utama daripada sekolah. Selama 17 tahun dia hidup, mimpinya hanya untuk orangtua dan adik-adiknya. Hadi selalu menjalani hidupnya yang keras itu tanpa keluhan, memendamnya seorang diri. Kisah ini juga menceritakan tentang sahabatnya yang bernama Jelita. Gadis c...
Our Perfect Times
1124      759     8     
Inspirational
Keiza Mazaya, seorang cewek SMK yang ingin teman sebangkunya, Radhina atau Radhi kembali menjadi normal. Normal dalam artian; berhenti bolos, berhenti melawan guru dan berhenti kabur dari rumah! Hal itu ia lakukan karena melihat perubahan Radhi yang sangat drastis. Kelas satu masih baik-baik saja, kelas dua sudah berani menyembunyikan rokok di dalam tas-nya! Keiza tahu, penyebab kekacauan itu ...
Kini Hidup Kembali
80      70     1     
Inspirational
Sebenarnya apa makna rumah bagi seorang anak? Tempat mengadu luka? Bangunan yang selalu ada ketika kamu lelah dengan dunia? Atau jelmaan neraka? Barangkali, Lesta pikir pilihan terakhir adalah yang paling mendekati dunianya. Rumah adalah tempat yang inginnya selalu dihindari. Namun, ia tidak bisa pergi ke mana-mana lagi.
Hideaway Space
115      94     0     
Fantasy
Seumur hidup, Evelyn selalu mengikuti kemauan ayah ibunya. Entah soal sekolah, atau kemampuan khusus yang dimilikinya. Dalam hal ini, kedua orang tuanya sangat bertentangan hingga bercerai. evelyn yang ingin kabur, sengaja memesan penginapan lebih lama dari yang dia laporkan. Tanpa mengetahui jika penginapan bernama Hideaway Space benar-benar diluar harapannya. Tempat dimana dia tidak bisa bersan...
Wilted Flower
346      264     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
Unframed
718      482     4     
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja. Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...
Surat yang Tak Kunjung Usai
796      520     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
Melihat Tanpamu
165      129     1     
Fantasy
Ashley Gizella lahir tanpa penglihatan dan tumbuh dalam dunia yang tak pernah memberinya cahaya, bahkan dalam bentuk cinta. Setelah ibunya meninggal saat ia masih kecil, hidupnya perlahan runtuh. Ayahnya dulu sosok yang hangat tapi kini berubah menjadi pria keras yang memperlakukannya seperti beban, bahkan budak. Di sekolah, ia duduk sendiri. Anak-anak lain takut padanya. Katanya, kebutaannya...
Wabi Sabi
145      105     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasa—mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.