Tidak terasa perjalanan panjang telah dilalui, ternyata mama papanya mengajak untuk menuju ke Wisata Bahari Lamongan yang ada di Paciran Lamongan. Menikmati keindahan lautan, ditengah kesibukan yang sudah menyelimuti di hari kemarin. Ingin menenangkan pikiran.
"Mama.. adek tidur tuh," ujar Permana memberi tahu mamanya.
Dan sebelum turun, mamanya melihat ke belakang melihat Maya. Ternyata benar, selama perjalanan Maya tertidur sangat pulas. Pantas saja suaranya sedikit pun tidak terdengar.
"Bangunin Per. Pelan-pelan," suruh mamanya.
"Oke," jawab Permana.
Permana langsung menggoyangkan tubuh Maya berulang kali agar dia cepat terbangun, masalahnya sekarang mereka sudah sampai dan sudah berada di dalam parkiran. Mereka khawatir akan kehabisan tiket untuk masuk, apalagi sekarang memasuki tanggal merah.
"Apa sih bang?" gumam Maya. Pengelihatannya masih begitu jelas, karena terlihat blur jika baru bangun tidur.
"Udah nyampe woi. Bangun ditungguin daritadi juga," ujar Bram.
"Hah? Iya? Jadi kemana ini?" Maya membuka matanya lebar-lebar lalu menepuk pipinya berulang kali agar cepat tersadar.
"Ke WBL, wisata yang di Lamongan dulu kecil waktu mudik kamu pernah kesini. Ayok bangun," sahut papanya.
"Iya pa, ini bangun. Oke siap," dengan buru-buru Maya membuka pintu mobil lalu segera turun. Berusaha tegap meskipun sedikit keliyengan, nyawanya belum terkumpul seratus persen. Namun dia tidak ingin merepotkan siapa pun.
Mereka berempat sudah turun dari mobil dan segera untuk membeli tiket, ternyata sesuai perkiraan kondisinya benar-benar ramai. Banyak sekali keluarga yang menghabiskan waktu di hari libur untuk ke tempat wisata, melihat situasi seperti ini tentu saja energi Maya terkuras. Dia merasa energinya terkuras habis jika bertemu dengan ribuan manusia, melelahkan.
"Kenapa ma, tumben banget ke tempat gini? Rame banget lagi," tanya Maya penasaran sambil menggandeng papanya. Meskipun sudah SMK, Maya masih lumayan manja dengan papanya.
"Nggak apa, pengen aja. Soalnya udah lama nggak kesini," jawab mama.
"Kenapa? Social energy lo udah habis baru diawal pintu masuk doang?" ledek Permana sambil melirik Maya.
"Apaan sih, nggak usah ngeledek mulu!" protes Maya mendengus kesal. Permana selalu menjelek-jelekkan dirinya.
"Udah ah berantem mulu," Papa menenangkan Maya sambil menepuk pelan puncak kepala Maya berulang kali. Tentu saja Maya langsung terdiam.
Berjalan sambil melihat sekeliling, mamanya menghentikan langkah lalu meminta pesertujuan dengan anak dan suaminya.
"Pa, ayok ke rumah kucing dulu. Pengen lihat kucing," pinta mamanya.
"Yaudah iya, ayok masuk aja. Kamu kan suka banget sama kucing," sambil menggandeng Maya papanya juga merangkul mamanya. Papa benar-benar definisi family man, di dunia ini hanya 1:1000 jika ingin menemukan laki-laki seperti papa Maya dan Permana.
Mereka berempat akhirnya sampai di Rumah Kucing, dipintu masuk disambut dengan bangunan yang megah yaitu karakter kucing Tom dengan mulut terbuka seolah-olah kita masuk ke dalam mulut Tom.
Setelah masuk, Maya jadi tertarik. Karena wahana ini memberikan edukasi terutama ke anak-anak tentang kucing, disini juga terdapat berbagai jenis kucing yang sangat menggemaskan. Namun ada area yang tidak memperbolehkan memegang kucing tersebut dan juga ada yang boleh untuk memegang kucing.
"Ihh lucu bangettt!!" Maya melepaskan genggaman tangannya dari tangan papa, mata Maya berbinar ketika mendekat dan melihat berbagai jenis kucing. Dia ingin memeliharanya.
"Iyaa, kamu sukaa kucing nggak?" tanya mamanya mendekat ke arah Maya.
"Suka mama, jadi pengen pelihara. Hehe," Maya terkekeh.
"Mama sebenarnya juga pengen, kamu minta izin papa gih. Kalo kamu yang izin dibolehin kayaknya," bisik mamanya.
"Beneran ma?" Maya memastikan.
"Iya, nanti coba aja. Oke?" mamanya menganggukkan kepala.
"Oke siap mama," Maya mengacungkan kedua ibu jarinya.
Setelah berbincang, mereka berkeliling dan tidak lupa berfoto agar bisa menjadi kenangan dan juga upload ke sosial media terutama Instagram.
"Bang, minta tolong fotoin dong. Yang bagus," Maya mengulurkan handphonenya. Dia ingin berfoto dia area yang diperbolehkan untuk memegang kucing.
"Satu foto 5000," jawab Permana dengan datar.
"Abang.. tolongg.." Maya memasang muka melas dan juga imut.
"Hemm, yaudah iya mana. Dasar bawel," Permana menggerutu namun tetap mengambil handphone Maya dan memotretnya.
Permana mengambil foto berulang kali, supaya Maya hanya tinggal memilih mana hasil foto yang bagus. Lagipula jika terlalu lama akan kesal karena banyak sekali wisatawan yang lain.
"Udah tuh, banyak banget. Lo tinggal pilih aja ya," ujar Permana mengulurkan handphone Maya.
Maya menerima handphonenya lalu melihat hasil-hasil foto dari kakanya itu.
"Wihhh.. bagus bagus banget, keren. Makasih banyak ya abang," Maya berterimakasih. Dia senang karena bisa dia upload ke Instagram.
"Iya sama-sama, yaudah yok keluar. Udah ditungguin mama papa katanya dipintu keluar," ujar Permana langsung merangkul Maya.
"Yaudah iya oke Abang, " Maya mengangguk.
********
Mereka sudah menikmati berbagai wahana ketika berada disana, benar-benar menyenangkan dan juga melelahkan. Tetapi mamanya lega, akhirnya mereka berempat bisa menghabiskan waktu bersama. Kali ini mereka sudah sampai di rumah, dan mengistirahatkan badannya di kamar masing-masing.
Sekarang Maya sudah berada di kamarnya, merebahkan badan ke kasur dan seperti biasa memandang langit-langit kamarnya. Dia ingin mengumpulkan niat untuk mandi, namun sambil mengumpulkan niat dia mengedit foto-foto liburannya tadi terlebih dahulu setelah itu mempostingnya ke Instagram dan tidak lupa membuat status di WhatsApp.
" Aaaa.. lucu-lucu banget fotonya," gumam Maya. Dia senang jika mengedit foto.
Menghabiskan waktu beberapa menit mengedit fotonya itu, agar feeds Instagramnya rapi. Dia pun mempostingnya.
Hanya beberapa detik setelah diposting, tiba-tiba terdapat notifikasi terdapat followers baru dan juga 1 like baru. Maya penasaran dan melihat notifikasi tersebut, dan ternyata adalah Bram . Bram, Bram, dan Bram. Tiba-tiba hari Maya terisi dengan nama Bram, benar - benar aneh.
"Bram ngefollow sama ngelike gue? Ini kenapa tiba-tiba banget sih dideketin cowok satu kelas lagi? Bingung banget," ujar Maya. Namun sebagai teman, tentu saja dia langsung follback akun dari Bram.
Mustahil jika tidak ada rasa kepo, Maya tidak hanya sekedar follback saja. Dia langsung melihat halaman akun instagram Bram, dan ya ternyata dia baru menyadari omongan dari anak-anak yang ada di sekolah. Kalau memang Bram sangat tampan, tidak dapat dipungkiri. Setiap postingannya selain wajahnya yang tampan, dia sangat memperhatikan ke estetikan disetiap foto. Maya sangat kagum, apakah tembok pertahanannya untuk tidak memikirkan soal cinta runtuh karena ada kehadiran Bram?
"Gila ya? Ternyata emang ganteng banget lagi. Kok gue baru nyadar ya?" Maya salah tingkah sendiri melihat foto-foto postingan Bram. Tiba-tiba saja dia ingin dekat dengan Bram, entah dengan status apa. Intinya dia ingin akrab saja sudah cukup bagi Maya.