Loading...
Logo TinLit
Read Story - Main Character
MENU
About Us  

"Lho, Papa kok sudah pulang?" tanya istri-nya dengan wajah heran.

"Kata Mama-nya kekasih Mireya ada hal yang ingin dibicarakan, dan lebih baik bicarakannya di Rumah, jadi saya pulang," kata suami-nya dengan wajah datar.

Baru saja pria paruh baya itu mendudukkan diri di sofa panjang sembari menggulung lengan kemeja panjangnya hingga sedikit di bawah siku, bel berbunyi. Ibu tiri Mireya melangkah, melihat siapa yang datang.

"Selamat siang," ucap Mama Leo dengan tatapan mata tajam. Namun, berusaha tersenyum. Senyum yang mematikan!

"Ada apa perlu apa ya?" tanya Ibu tiri Mireya dengan tatapan bingung karena sebelumnya belum pernah melihat Mama Leo.

"Papa-nya Mireya ada?" tanya Mama Leo dengan nada berusaha sopan, walau sebenarnya ingin memaki.

Mengingat suami-nya itu sedang menunggu seseorang, sang istri pun berpikiran bahwa Mama Leo adalah orang yang ditunggu itu. "Mama kekasihnya Mireya?" tebak Ibu tiri Mireya.

"Benar sekali." Seraya tersenyum.

"Silakan masuk," Ibu tiri Mireya akhirnya tersenyum. Senyum ramah.

Mama Leo memasuki Rumah yang sudah membuat kekasih anak-nya itu terus bersedih. Memperhatikan baik-baik isi dalam Rumah, sampai langkahnya terhenti saat melihat kehadiran Papa Mireya. Mama Leo tersenyum ramah pada Papa Mireya yang menatapnya datar dengan terus duduk.

"Silakan duduk," kata Papa Mireya.

Mama Leo duduk di sofa single, Ibu tiri Mireya pergi ke Dapur. "Jadi apa yang perlu kita bicarakan?" tanya Papa Mireya yang terlihat tidak ingin bertele tele.

"Maaf, kalau saya seperti ikut campur dalam masalah keluarga ini! Tapi, bagaimana bisa seorang Ayah membenci putri-nya sendiri?!" ucap Mama Leo yang berusaha santai.

"Memangnya ada aturan saya gak boleh membenci seseorang termasuk anak sendiri? Saya juga manusia!"

Mama Leo dibuat tak percaya dengan jawaban Papa Mireya. Seperti figur Ayah yang tidak menginginkan anaknya sendiri. Atau jangan-jangan Mireya bukan anaknya?

"Seorang Ayah seharusnya memberikan perhatian penuh apalagi di saat anak itu kehilangan figur Ibu, bukankah seperti itu?"

"Mireya bisa tumbuh tanpa figur Ibu, jadi dia juga bisa tumbuh tanpa figur Ayah." Sungguh tidak terlihat bersama sekali. Wajah yang selalu datar itu rasanya ingin Mama Leo mencaci makinya, atau melayangkan sebuah tinjuan.

Di tengah amarah yang sedikit lagi mencapai puncaknya, Mama Leo masih bisa berusaha tersenyum. Ibu tiri Mireya datang dengan dua gelas orange juice yang ia letakkan di hadapan Mama Leo dan Papa Mireya. Meletakkan nampan di bawah meja, lalu mendudukkan diri samping suaminya itu.

"Silakan diminum," kata Papa Leo yang masih memiliki sopan santun.

"Bapak tahu seberapa sering Mireya nangis saat dia tahu Papa-nya membencinya? Dia terus menangis sampai ketiduran, dan paginya dia menangis lagi! Bahkan Bapak gak tahu kan kalau Mireya sempat pingsan dan demam setelah lama kehujanan."

"Walau seperti itu saya yakin Mireya bisa menjaga dirinya."

"Mireya memang bisa menjaga dirinya, tapi dia gak bahagia! Karena kebahagiaannya sudah Bapak hancurkan!" Mama Leo mulai menunjukkan kemarahannya dengan nada bicara yang mulai tidak santai.

"Gak bahagia gimana ya? Kalau Mireya sampai punya pacar, bukankah seharusnya dia bahagia?" tanya Ibu tiri Mireya yang asal bertanya tanpa benar-benar peduli.

"Bahagia, tapi gak benar-benar bahagia. Hanya rasa senang sesaat, tahu? Seseorang gak akan pernah bahagia kalau terus menyalahkan dirinya sendiri. Kalau seluruh waktu yang dia gunakan untuk membenci dirinya sendiri."

Padahal perkataan Mama Leo sudah semenusuk itu namun Papa Leo masih terlihat tidak peduli. Mama Leo merasa pria itu tidak pantas menjadi Ayah Mireya, tidak, lebih tepatnya Ayah dari siapa pun.

"Bapak tahu kenapa seorang istri ingin memiliki anak? Karena dia berharap saat dia gak ada anaknya itu bisa menggantikan posisinya memperhatikan dan menghibur suami-nya. Tapi, apa yang terjadi? Bapak gak mencintai darah daging Bapak sendiri. Mireya itu anak dari wanita yang Bapak cinta. Di mana Bapak seharusnya mencintai Mireya juga."

"Mungkin bisa cinta dan peduli kalau Mireya bukan yang menyebabkan wanita yang dicinta meninggal!" ucap tegas Ibu tiri Mireya.

"Ini masalahnya! Memangnya Mireya mau? Mireya sengaja melakukannya? Dia hanya seorang anak yang sedang bertumbuh tanpa berpikir panjang dan memiliki kemungkinan-kemungkinan. Lagi pula siapa yang akan berpikir bahwa saat itu, istri Bapak akan menjadi korban kecelakaan?! Mireya gak pernah membayangkan bahwa hal itu akan terjadi pada Mama-nya. Ini semua sudah garis takdir yang harus kita terima tanpa harus menyalahkan siapa pun!"

"Tapi, andai Mireya gak merajuk, Mama-nya gak akan pergi pagi itu bahkan gak peduli cuaca buruk," ucap Ibu tiri Mireya yang nampak tidak ingin kalah dalam berdebat.

Mama Leo menghela nafas panjang, berusaha untuk tidak memaki. "Itu sudah pilihan Nadia! Nadia hanya berpikir membuat putrinya gak sedih lagi. Itulah yang seorang Ibu lakukan pada anak tercintanya. Andai? Mau sampai kapan berandai-andai? Semua sudah terjadi dan tugas kita itu menerima dan merelakan."

"Anda pikir menerima dan merelakan semudah itu?! Jangan sok tahu!"

Mama Leo tersenyum getir. "Memangnya Papa Mireya saja yang kehilangan orang yang dicinta? Di luar sana banyak yang merasakannya, bahkan mungkin ada beberapa orang dengan cerita yang sama dengan Papa Mireya, karena harus terus berjalan, mereka gak waktu untuk membenci orang lain, justru mereka berusaha untuk merelakan saja." Sembari menatap Ibu tiri Mireya dengan tatapan tak habis pikir. Padahal wanita itu juga seorang Ibu.

Papa Mireya berdiri dari duduk. "Saya rasa sudah cukup pembicaraan ini! Saya harus kembali ke Kantor." Sembari menatap Mama Leo, lalu melangkah pergi dari sana, tanpa menatap istri-nya sama sekali.

Mama Leo berdiri dari duduk. "Bagaimana mungkin Anda bersikap seperti itu! Anda juga seorang Ibu! Walau Mireya anak tiri, seharusnya Anda punya hati karena Anda juga memiliki anak perempuan." Seperti itulah kalimat terakhir Mama Leo sebelum melangkah pergi dari sana. Meninggalkan Ibu tiri Mireya yang kesal dengan Mama Leo yang selalu bisa menjawab setiap perkataannya.

Di kediaman orang tua Leo, Mireya terlihat sedang duduk di tepi kolam renang dengan kaki yang menyila bersama Kinanti yang kakinya dibiarkan berada dalam air.

"Aku gak pantas bahagia kan, Kin?" tanya Mireya sembari menatap air kolam renang.

"Jangan jadikan rasa bersalah itu membuat kamu gak bahagia, Mi. Justru seharusnya rasa bersalah itu kamu jadikan untuk membuat hidup kamu lebih baik. Kalau kamu akan hidup dengan baik dan bahagia. Rasa bersalah gak melulu kita gak boleh bahagia atau membenci diri ini. Hidup dengan baik itu juga salah satu bentuk dari menyiratkan rasa bersalah." Lalu, menoleh ke arah Mireya.

"Apa gakpapa?" Sembari menoleh ke arah Kinanti yang tersenyum hangat padanya.

"Gakpapa. Hidup dengan baik tanda kamu gak menyia-nyiakan dan melupakan rasa sakit yang harus dilalui Mama kamu." Mireya memeluk Kinanti.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Broken Home
32      30     0     
True Story
Semuanya kacau sesudah perceraian orang tua. Tak ada cinta, kepedulian dan kasih sayang. Mampukah Fiona, Agnes dan Yohan mejalan hidup tanpa sesosok orang tua?
That's Why He My Man
1065      672     9     
Romance
Jika ada penghargaan untuk perempuan paling sukar didekati, mungkin Arabella bisa saja masuk jajan orang yang patut dinominasikan. Perempuan berumur 27 tahun itu tidak pernah terlihat sedang menjalin asmara dengan laki-laki manapun. Rutinitasnya hanya bangun-bekerja-pulang-tidur. Tidak ada hal istimewa yang bisa ia lakukan di akhir pekan, kecuali rebahan seharian dan terbebas dari beban kerja. ...
Metanoia
53      45     0     
Fantasy
Aidan Aryasatya, seorang mahasiswa psikologi yang penuh keraguan dan merasa terjebak dalam hidupnya, secara tak sengaja terlempar ke dalam dimensi paralel yang mempertemukannya dengan berbagai versi dari dirinya sendiri—dari seorang seniman hingga seorang yang menyerah pada hidup. Bersama Elara, seorang gadis yang sudah lebih lama terjebak di dunia ini, Aidan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan...
Segitiga Sama Kaki
805      479     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...
Me vs Skripsi
2167      927     154     
Inspirational
Satu-satunya yang berdiri antara Kirana dan mimpinya adalah kenyataan. Penelitian yang susah payah ia susun, harus diulang dari nol? Kirana Prameswari, mahasiswi Farmasi tingkat akhir, seharusnya sudah hampir lulus. Namun, hidup tidak semulus yang dibayangkan, banyak sekali faktor penghalang seperti benang kusut yang sulit diurai. Kirana memutuskan menghilang dari kampus, baru kembali setel...
Glitch Mind
47      44     0     
Inspirational
Apa reaksi kamu ketika tahu bahwa orang-orang disekitar mu memiliki penyakit mental? Memakinya? Mengatakan bahwa dia gila? Atau berempati kepadanya? Itulah yang dialami oleh Askala Chandhi, seorang chef muda pemilik restoran rumahan Aroma Chandhi yang menderita Anxiety Disorder......
DocDetec
449      283     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
131      108     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.
Jalan Menuju Braga
469      360     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Survive in another city
149      124     0     
True Story
Dini adalah seorang gadis lugu nan pemalu, yang tiba-tiba saja harus tinggal di kota lain yang jauh dari kota tempat tinggalnya. Dia adalah gadis yang sulit berbaur dengan orang baru, tapi di kota itu, dia di paksa berani menghadapi tantangan berat dirinya, kota yang tidak pernah dia dengar dari telinganya, kota asing yang tidak tau asal-usulnya. Dia tinggal tanpa mengenal siapapun, dia takut, t...