Sebuah botol beling telah berada di meja, di antara orang-orang yang ada di meja itu. "Kalau bagian depan botol mengarah ke arah orang itu, orang itu harus menjawab pertanyaan yang diberikan, kalau gak mau menjawab dia harus makan dua potong lemon," jelas Mama Leo yang terlihat senang dengan idenya.
Willy bergidik saat melihat piring dengan potongan lemon yang terlihat asam itu. Mama Leo mulai memutar botol yang terus berputar hingga berhenti ke arah... Kinanti! Kinanti pun langsung memasang wajah tak percaya bahwa ia akan jadi yang pertama.
"Siapa yang mau bertanya?" tanya Mama Leo sembari melihat ke arah anak-anak yang ada di meja itu. Sedangkan di meja lain, sibuk makan dan mengobrol.
Willy mengangkat salah satu tangan. "Punya mantan berapa?" tanya Willy sembari menatap Kinanti yang ada di samping Bianca berkat Willy yang sudah lebih dahulu berada di samping Mireya.
"Gak punya," jawab santai Kinanti.
"Seriusan?" tanya lagi Willy dengan wajah tidak percaya.
"Kenapa kamu gak percaya, Willy?" tanya Mama Leo.
"Masalahnya dia itu cantik, masa gak ada yang mau?" Sembari menatap Mama Leo yang tersenyum.
Kinanti tahu bahwa ia cantik karena sebelum Willy sudah ada beberapa laki-laki yang mengatakannya, namun dipuji Willy, entah kenapa rasanya berbeda. Kinanti merasa sedikit malu.
"Gak semua yang cantik atau tampan itu pernah pacaran," ucap Leo dengan wajah datar dan dinginnya.
Willy pun berakhir diam, sepertinya bingung harus berkata apa lagi. Mama Leo meminta Willy memutar botol, dan botol kali ini berhenti ke arah Andrea.
Willy dengan senyum lebarnya, seolah sudah ada pertanyaan yang ia siap layangkan pada sahabatnya itu. "Apa perempuan yang lo suka inisial nya dari A?" tanya Willy dengan menaruh perhatian penuh.
Alih-alih menjawab, Andrea mengambil dua buah lemon yang langsung ia makan. Willy yang melihat itu memasang wajah kecewa. Padahal ia sudah menunggu-menunggu.
"Gak seru lo, An," ucap Willy.
"Harap hormati keputusan yang ada," ucap Mama Leo. Lalu, tersenyum lembut.
Willy memberikan botol pada Andrea yang memutarnya, Mireya mulai gelisah. Bagaimana jika ia diberikan pertanyaan yang sulit? Bukan masalah harus makan lemon, namun nanti ketahuan Mireya mencoba merahasiakannya.
Botol mengarah ke Leo! Mireya bernafas lega. "Apa ada perempuan di meja ini yang kamu suka?" tanya Mama Leo dengan senyum penuh arti.
Bianca tersenyum lebar, seolah ia tahu isi hati Leo. Lebih tepatnya seolah Leo menyukainya. Leo menatap Mireya yang sesekali menatap ke arah lain, karena malu.
"Iya," jawab Leo dengan nada tegas dan terlihat santai.
"Siapa orangnya?" tanya Mama Leo lagi yang sengaja sekali ingin mengungkapkan sesuatu yang mungkin sudah diketahui orang-orang yang ada di meja itu.
"Bukannya hanya satu pertanyaan?"
"Okay, Mama bisa tanyakan saat botol itu mengarah ke kamu lagi." Mama-nya tersenyum licik.
Leo memutar botol itu dan mengarah ke... Mireya! Seketika jantung Mireya seperti berhenti berdetak. Seharusnya yang bertanya Leo, namun dengan semangat Willy mengangkat salah satu tangannya itu.
"Biar gue yang tanya, Le! Biar gue saja," ucap Willy dengan wajah memohon.
Mireya yang melihat reaksi itu semakin gelisah. Pertanyaan apa yang akan Willy tanyakan? Bukan hal aneh, kan? Mireya belum siap.
"Kamu suka Leo, gak?" tanya Willy yang blak-blakan sekali.
Nafas Mireya tercekat, tak sanggup mengataknnya apa lagi di depan orang banyak seperti itu. Mireya pun mengambil 2 potong lemon yang ia makan dengan raut wajah menahan asam. Melihat hal itu, Mama Leo tersenyum, sementara Willy kecewa, Kinanti yang merasa kasihan pada Mireya, Andrea yang tak tertarik, Bianca dengan pemikirannya sendiri.
Mireya memutar botol yang berakhir ke arah Mama Leo yang tersenyum lembut pada Mireya. "Seberapa cintanya Mama sama Papa?"
"100 persen? Pokoknya Mama selalu bahagia kalau sama Papa," jawab Mama Leo yang terlihat sebahagia itu.
Mama Leo menatap sesaat Leo sebelum memutar botol, berharap botol itu ke arah Leo, dan botol pun berhenti ke arah... Leo! Mama-nya langsung tersenyum menang.
"Siapa orangnya? Perempuan yang kamu suka."
Tatapan mata Leo yang tertuju pada Mireya membuat Mireya salah tingkah, dan bertanya-tanya jawaban seperti apa yang akan Leo berikan, atau Leo memilih tidak menjawab?
"Mireya putri," ucap Leo yang mampu membuat orang-orang yang ada di meja itu, bahkan meja yang lain, terdiam.
Mireya sungguh tidak menyangka bahwa Leo akan menyebutkan namanya. Lebih tepatnya Mireya tidak menyangka bahwa Leo akan menjawabnya karena Mireya sempat ada pemikiran bahwa sepertinya Leo menyukainya.
Tiba-tiba Mireya izin ke Toilet, lalu setelah itu Bianca yang diikuti Kinanti yang khawatir bahwa Bianca akan melakukan sesuatu pada Mireya.
Berdiri di depan wastafel, Mireya menatap dirinya. Entah kenapa Leo bisa menyukainya, padahal tak ada yang istimewa dari dirinya, begitulah menurut Mireya.
"Jangan bahagia dulu," kata Bianca sembari berjalan ke arah Mireya. Berdiri di samping Mireya, menatap Mireya melewat cermin.
"Apa yang mau kamu katakan?" tanya Mireya yang tahu perasaan macam apa yang sedang dirasakan Bianca.
"Perasaan Kak Leo mungkin hanya sementara," ujar Bianca dengan wajah yakin.
"Dari mana datangnya keyakinan itu?!" tanya Kinanti dengan nada tegas yang baru saja tiba. Kinanti berdiri di sisi lain Bianca.
"Bukankah sudah jelas? Keluarga yang terlihat sempurna itu nyatanya hanya terdapat luka! Seorang Papa yang gak peduli dengan anak kandungnya, Ibu dan Kakak tiri yang hanya mencoba terlihat perhatian, padahal gak benar-benar peduli. Semua orang sudah tahu kisah ketua osis kita ini! Dan perasaan suka Kak Leo itu simpati, bukan perasaan suka beneran." Sembari menatap Kinanti yang mencoba nahan emosi.
"Mungkin yang dibilang Bianca benar," ucap Mireya.
"Jangan percaya, Mi!" ucap Kinanti tegas.
"Awalnya mungkin Kak Leo simpati sama aku, setiap perhatian yang dia berikan, tapi setelahnya siapa yang tahu kalau rasa simpati itu berubah suka?" Mireya tetap yakin pada apa yang ia pikirkan, bukan menurut orang lain.
"Jangan terlalu percaya diri, Mireya!" Dengan wajah semakin tidak suka pada Mireya.
"Kamu yang seharusnya nyerah, Bianca!" tegas Kinanti yang muak dengan sikap Bianca yang terus seperti itu.
"Aku gak akan menyerah!" Bianca melangkah pergi dari sana dengan wajah memerah, menahan emosi.
Mireya dan Kinanti pun keluar dari dalam Toilet. Saat kembali ke meja tak dilihatnya Bianca. "Ada yang tahu Bianca ke mana?" tanya Kinanti.
"Katanya merasa sedikit pusing, jadi pulang lebih dulu," ucap Mama Leo.
Manik mata Mireya dan Leo bertemu untuk kesekian kalinya. "Mama lupa! Kalau harus ketemu sama teman." Mama Leo berdiri dengan tas yang sudah dipegang pada salah satu tangan.
"Jangan lupa membayarnya," ucap Leo dengan wajah datar.
"Leo jangan lupa antar Mireya pulang!" Lalu, Mama Leo melangkah pergi dari sana setelah mendapat beberapa ucapan terima kasih.
"Kak Leo juga perlu antar aku pulang," lawak Kinanti. Masa iya Leo bonceng Kinanti juga...