KEESOKAN harinya, Naru dan Perfect Gank telah bersiap untuk belajar mengaji. Sesuai dengan perintah Eri jika mengaji dimulai setelah pulang sekolah. Eri pun telah datang ketika dengan paksa sebuah mobil sudah ada di depan rumah untuk menjemputnya. Seorang lelaki tua dengan pakaian khasya seorang buttler terlah berdiri di depan pintu mobil, menyambutnya dengan senyuman, Pak Yus.
Namun, sesuatu terlihat menganggu Naru sejak mereka telah berkumpul di gazebo mewah di belakang rumahnya. Membuat semua orang menunggu.
“Hei Aru! Apakah kita sudah bisa mulai?” Tanya Dion melihat Naru yang sedang sibuk dengan sebuah alat kecil yang terlihat canggih di tangannya. Sekilas Naru melihat ke arah Dion dengan tajam.
“Aku memaafkanmu yang memanggil namaku dengan itu HANYA ketika di rumah ini saja, Dion! Ingat itu!” Pekik Naru terlihat kesal. Dion hanya menyengir tak bersalah. Semua orang memandang ke arahnya dengan tatapan meh.
“Ada apa? Bukankah benar nama aslinya adalah Aru, bukan Naru kan?” Balas Dion meminta penjelasan. Johni menghela napas panjang. Dia mendekati Dion seraya berbisik di telinganya.
“Ya. Dan kita sebagai sahabatnya seharusnya bisa menjaga rahasia ini dengan hati-hati. Apa kau lupa apa yang Pak Yus katakan kemarin? Kita tak tahu apa yang akan terjadi jika identitas sang pangeran terungkap di sekolah?” Dion menganggukkan kepalanya berusaha mengerti.
“Tapi, apakah kediaman kita ini bisa berlangsung lama?” Tanyanya lagi. Johni hanya diam. Tak bisa mengelak kenyataan itu.
“Apa!? Apa yang baru saja kau katakan Bejo!?” Teriak Naru membuat semua orang terkejut. Semua orang memandang tanya melihat Naru yang terlihat gelisah.
“Ck! Apakah kau bisa mencegahnya untuk tidak masuk?! Bukankah aku sudah bilang untuk tidak ada yang boleh mengangguku saat ini?!” Teriak Naru lagi terlihat bicara dengan seseorang di alat canggih yang hanya seperti telepon genggam di mata semua orang.
“Baiklah! Kau tahan selama mungkin agar dia tidak sampai masuk ke belakang rumah. Aku akan segera pergi lewat pintu belakang. Ingat ucapanku baik-baik!” Teriak Naru kesal mematikan alat itu. Meremas rambutnya dengan emosi. Wajahnya terlihat merah padam.
“Teman-teman. Sepertinya kita harus pergi sekarang juga!” Seru Naru meminta Pak Yus, beberapa bodyguard dan pelayan untuk bergerak. Naru terlihat gelisah dan merapikan barang-barang di gazebo.
“Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa kita pergi?” Tanya Eri tak mengerti. Perfect Gank mengangguk kompak.
“Seseorang yang sangat aku hindari datang tanpa di undang. Aku tak menyangka jika dia berani datang ke rumah ini sendiri tanpa sepengetahuan Ayah dan Ibu. Pokoknya aku tak mau bertemu dengannya.” Balas Naru masih tanpa melihat.
“Hei! Bisakah kau ceritakan detailnya? Mungkin saja kita bisa membantu?” Tanya Johni mendekat. Naru berhenti bergerak. Menengadah.
“Tidak ada waktu! Ayo pergi!” Seru Naru mendorong Perfect Gank segera menjauh dari tempat itu. Eri pun hanya bisa diam mengikuti dari belakang.
Naru membawa mereka melewati isi dalam rumahnya yang ternyata sangat luas. Bahkan luasnya pun tak bisa mereka pikirkan. Ruangan tamu ketika mereka pertama kali masuk tidak ada bandingannya. Bahkan ketika memasuki ruangan lebih dalam masih terdapat banyak lorong yang memisahkan ruangan satu dengan yang lain.
Di dalamnya juga terdapat banyak pelayan yang hilir mudik membawa sesuatu. Beberapa penjaga juga di tempatkan setiap sudut ruangan. Termasuk dua orang bertubuh besar yang mengikuti mereka hingga ke sebuah ruangan yang isinya hanya terdapat deretan mobil dan motor dengan berbagai merek.
“Wow! Kereeen!” Seru Dion yang diamini anggota yang lain. Bahkan Eri sampai mengusap kedua matanya. Memandang deretan motor dan mobil berkilau dengan berbagai merek dan bentuk berjejer memenuhi ruangan luas tak terbatas.
Naru menghampiri salah satu mobil yang di depannya telah berdiri sosok Pak Yus. Semua heran ketika melihatnya selalu hilang dan muncul tiba-tiba.
“Ayo teman-teman. Kita naik mobil ini. Selain luas, tempat duduknya juga berjauhan. Jadi kita tidak akan bersentuhan satu sama lain. Dan Eri, kau bisa duduk di bangku paling belakang sendiri. Apakah tidak apa-apa?” Tanya Naru terlihat khawatir. Eri mengangguk setelah beberapa detik terdiam.
Pak Yus dengan sigap membukakan pintu untuknya. Setelah itu satu per satu anggota Perfect Gank pun masuk.
“Tunggu! Bagaimana dengan mobilku yang terparkir di depan? Kita tidak akan meninggalkannya begitu saja kan? Itu milik Ayahku!” Pekik Tara baru menyadari sesuatu. Naru tersenyum menanggapi.
“Tidak ada waktu memikirkannya. Jika kau mau. Pilih salah satu dari mobil yang ada di sini sebagai ganti mobil Ayahmu. Aku akan menyuruh supir membawanya ke rumahmu nanti.” Seru Naru masuk ke dalam mobil.
Tara yang baru saja mendengar ucapan yang dia dengar pertama kali seumur hidupnya hanya bisa termenung. Kedua matanya perlahan terihat berbinar bercahaya seakan baru saja memenangkan lotere. Dia pun masuk ke dalam mobil dengan senyum yang tak bisa dia lepaskan dari bibirnya.
Mobil panjang dan mewah itu perlahan keluar dari ruangan menuju jalan setapak beraspal. Seorang penjaga dengan sigap membukakan gerbang. Mobil melewati jalan setapak yang membelah halaman luas berumput hijau. Dari kejauhan hanya tumbuhan hijau dan bunga-bunga terlihat memanjakan mata. Perfect Gank dan Eri diam-diam merasa seperti sedang tour di kebun bunga.
Melewati pohon palem dan pinus yang tumbuh lebat. Mobil berhenti di depan gerbang besar hitam bercorak keemasan yang mirip dengan gerbang depan. Seorang penjaga lagi-lagi membukanya dengan sigap. Kemudian mobil pun melaju pergi. Meninggalkan rumah mewah dengan pagar benteng bak istana. Semua orang memandang kepergian mobil mobil itu meninggalkan jalanan beraspal menuju jalan raya.
“Wuaaahhh! Ternyata rumahmu punya banyak pintu keluar. Dari belakang saja sudah terlihat mewah. Apa kau tahu? Aku merasa baru saja sedang bangun dari mimpi!” Seru Tara mengucek kedua mata.
“Lihat teman-teman! Lihat apa yang ada di kanan kiri dan bawah tempat duduk kalian masing-masing. Di sana banyak sekali makanan dan minuman mewah yang baru pertama kali aku lihat. Apakah semua itu boleh aku makan?” Seru Dion antusias. Naru hanya tersenyum dan mengangguk melihat tingkahnya. Dia langsung bersemangat. Tak terkecuali dengan anggota yang lain. Mereka pun melakukan hal yang sama.
“Jadi, kau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu tadi kan, Naru?” Tanya Johni melirik Tara yang sedang sibuk dengan secangkir gelas dan botol anggur berwarna merah di kedua tangannya.
“Ah, iya! Mobilku yang tertinggal di rumahmu dan-”
“Ya. Tentu saja aku serius." Potong Naru cepat. Tara memandangnya sesaat.
“Kau bisa memilihnya sesuka hati. Begitu juga dengan kalian semua jika ingin memilikinya. Aku akan menyuruh supir untuk membawanya ke rumah kalian masing-masing kalau mau.” Lanjut Naru santai. Dia terlihat duduk menekuk kedua tangan di belakang kepala. Menyandarkan tubuhnya di kursi. Memandang satu per satu anggota Perfect Gank yang memandangnya terkejut.
“Hahaha! Anak sultan memang beda ya! Lihat! Apa yang tidak bisa dia lakukan? Bahkan memberi mobil mewah dengan cuma-cuma seperti memberi uang receh pada tukang parkir. Eh tunggu, apakah kau membayar pada tukang parkir?” Seru Leon yang langsung membuat seisi mobil tertawa.
Pandangan Naru beralih pada sosok Eri yang sejak kepergian mereka hanya diam di bagian belakang. Tempat duduknya terlihat lebih luas untuk seorang diri. Dia terlihat tak tertarik dengan kemewahan yang ada di dalam mobil. Sibuk memandang langit oranye yang menembus kaca mobil di sisi kirinya.
“Maaf jika aku hanya bisa membawa Pak Yus bersama kita. Aku akan datangkan seseorang untuk menemani kita belajar nanti jika kau keberatan.” Seru Naru berharap wajah tanpa ekspresi Eri hilang.
“Tidak. Maksudku. Terserah. Aku hanya sedang menikmati kejutan-kejutan yang selalu kau lakukan tanpa pernah kami sangka sama sekali.” Jawab Eri membuat anggota Perfect Gank terdiam sesaat. Naru hanya berkedip bingung menjawabnya.
“Ah. Iya. Lalu, apakah kau akan memberitahu kami mengenai kenapa kita semua harus pergi meninggalkan rumahmu tiba-tiba seperti ini, Naru?” Tanya Johni mengalihkan pembicaraan. Naru tak bisa mengelak. Dia menghela napas panjang sebelum akhirnya…
“Hei! Kau cowok berambut jabrik. Tumpahkan dan berhenti minum itu atau kau akan mabuk karenanya.” Seru Eri tiba-tiba. Membuat semua orang memandang ke arah Tara. Ya. Tentu saja hanya dialah yang berambut jabrik.
“Ya. Kau benar. Bukankah kemarin kita baru saja mengaji tentang makanan dan minuman apa saja yang tidak boleh di konsumsi dalam Islam? Lihat di halaman ini!” Seru Johni membuka lembaran buku dari dalam tasnya.
“Minuman keras atau khamar adalah termasuk ke dalam makanan dan minuman yang haram. Minuman keras itu adalah minuman yang mengandung alkohol. Segala minuman yang memabukkan diharamkan untuk di konsumsi. Seperti yang disebutkan dalam hadits-”
“Cukup! Ya aku sudah tahu. Aku tak akan meminumnya lagi.” Potong Tara cepat meletakkan gelas dan botol anggur dengan hati-hati ke bawah kursi. Johni menaikkan kacamatanya tersenyum.
“Wah! Johni, kau cepat tanggap sekali. Sampai-sampai mau menyebutkan hadits segala. Dasar!” Pekik Leon menyiku lengan Johni. Naru yang melihat hal itu langsung beralih memandang Eri. Dia terlihat tersenyum. Naru mengerutkan kening.
“Lalu, bagaimana dengan ceritanya? Siapa tamu tak di undang yang kau katakan tadi?” Tanya Tara mengalihkan pembicaraan. Memandang Naru yang terlihat bermuka masam. Penasaran.
“Oh! Jadi kalian ingin tahu! Tapi aku tak mau memberitahu!” Kata Naru terdengar kesal. Dia menyilangkan kedua tangan di depan dada. Memandang ke arah lain.
“Ternyata anak sultan bisa bersikap kekanakan juga ya.” Seru Dion sibuk dengan cokelat dan makanan ringan yang memenuhi mulut dan kedua tangannya.
“Walaupun kau berkata seperti itu. Aku tetap tak mau bercerita. Aku sedang tak tertarik. Tanya saja pada Pak Yus jika kalian masih ingin tahu. Aku ingin tidur!” Seru Naru terlihat semakin kesal. Dia memalingkan badannya membelakangi Perfect Gank. Menutupinya dengan selimut dan bantal yang telah tersedia.
“Wah. Dia betul-betul ngambek.” Lirih Leon menyiku Dion yang hanya menaikkan bahu. Johni mencuri pandang ke arah Eri yang memandang Naru dengan tatapan yang tidak bisa dia artikan maknanya.