ANGIN sore melambaikan ujung kerudung Eri. Dia baru saja beranjak dari gazebo di belakang rumah istana Naru. Gazebo itu terasa sejuk dengan adanya pohon pinus yang tumbuh mengelilinginya. Di setiap sudut gazebo juga terdapat bunga dan rumput kecil yang tumbuh subur. Dari kejauhan terlihat beberapa bodyguard dan pelayan berdiri memperhatikan. Walaupun banyak orang mengelilingi gazebo itu. Suasana ramai justru hanya terlihat dari para anggota Perfect Gank yang terlihat sibuk dengan peregangan tubuh mereka.
“Aku tak tahu jika mengaji itu terasa melelahkan.” Seru Dion meregangkan otot-otot di lengannya yang bergemelutuk memekan telinga. Leon dan Tara pun melakukan hal yang sama. Johni terlihat mengusap kacamatanya yang berembun. Sedangkan Naru terlihat masih sibuk dengan buku yang ada di hadapannya. Memandangnya penuh keseriusan.
“Lihat... Ketua kita justru terlihat menikmatinya. Sepertinya dia terlihat memang menantikan momen ini.” Johni menyikut Dion yang tak hentinya mengoceh tak jelas. Mendengar hal itu Naru langsung tertarik menanggapi ucapannya. Dia berhenti memperhatikan buku di tangannya.
“Maaf teman-teman. Apakah aku terlalu berlebihan? Katakan jika itu membuat kalian tak nyaman.” Seru Naru memandang satu per satu anggota Perfect Gank. Tara langsung menjitak kepala Dion yang menyengir kesakitan.
“Tidak ada yang berlebihan dari segelas minuman segar dan makanan mewah ini. Sepertinya aku tidak akan makan lagi malam ini.” Balas Leon seraya mengambil minuman dan beberapa makanan di hadapannya. Semuanya terlihat berkilau di matanya hingga dia merasa tak tega untuk menghabiskannya.
“Ini hanya camilan saja. Kalian bisa makan malam juga di sini. Aku sudah menyuruh Pak Yus menyiapkannya.” Balas Naru membuat Leon tersedak tiba-tiba. Tara, Dion dan Johni menelan ludah tak percaya.
“Hari ini kita sudahi sampai disini. Kita akan melanjutkannya besok. Insha Allah.” Kata Eri tiba-tiba mengalihkan perhatian. Dia terlihat merapikan barang-barangya.
“Tidak!” Seru Naru cepat. Semua orang memandangnya terkejut. Tak terkecuali Eri yang sempat terlonjak hampir terjatuh.
“Eh! Maksudku. Apakah secepat ini kau mengajar? Tidak bisakah kau menambah waktu lagi? Aku akan membayarmu lebih. Sungguh!” Lanjut Naru penuh harap. Eri menggeleng kuat.
“Pertama. Ini sudah sore. Sudah saatnya kita membersihkan diri setelah seharian melakukan aktivitas. Kedua. Belajar itu harus ada jeda. Belajar secara terus menerus tanpa istirahat itu tidak baik. Menjaga tubuh agar tetap dalam keadaan baik adalah salah satu adab dalam menuntut ilmu.
Ketiga. Setelah aku memberi materi pada kalian hari ini. Aku harap kalian bisa mengamalkan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perlahan... Hingga kalian benar-benar memahaminya. Terutama kau Naru. Aku tak tahu jika diantara teman-temanmu kaulah yang paling harus mempelajari tentang Islam lebih banyak dan dari dasar.
Tapi itu tidak masalah. Karena jika kau sudah memiliki niat baik. Itu sudah cukup setelah berdoa dan bersungguh-sungguh. Lagipula lihatlah teman-temanmu. Mereka sepertinya juga sudah lelah.” Terang Eri panjang lebar.
Semua orang seperti tersihir oleh ucapannya. Apalagi saat itu tiba-tiba angin sore melambaikan kerudungnya lagi. Menerbangkan bunga-bunga mungil berwarna kuning dari atas pohon angsana yang tumbuh besar didepan gazebo. Daunnya yang lebat berlomba dengan bunga kuning menyalanya yang terlihat rapat satu sama lain. Membuat suasana sore itu terasa adem.
“Ah! Eh! Begitu rupanya. Baiklah. Aku akan menyuruh penjaga untuk menyiapkan mobil.” Balas Naru setelah terdiam cukup lama.
“Tidak usah! Kami datang kesini menggunakan mobil Tara. Jadi-” Jawab Dion, namun Naru langsung memotongnya cepat.
“Ini untuk Eri. Bukan untuk kalian.” Potong Naru membuat Dion diam seketika. Dia terlihat tergesa masuk ke dalam rumah. Meninggalkan anggota Perfect Gank dan Eri sendiri bersama dengan Pak Yus yang setia berada di dekat mereka selama dua jam yang lalu.
“Padahal ada Pak Yus. Kenapa dia sendiri yang pergi menyiapkannya.” Lirih Tara yang diaminkan semua orang.
“Begitu juga dengan Saya yang telah menjadi pelayan setia di rumah ini selama 17 tahun. Heran melihat tingkah Tuan Naru yang berbeda 180 derajat dari biasanya.” Seru Pak Yus menimpali. Semua orang kompak memandangnya.
“Memang seperti apa Naru yang sebelum 180 derajat itu Pak? Aku jadi penasaran setelah mengetahui kenyataan bahwa dia adalah seorang sultan.” Seru Dion terlihat antusias. Padahal pertanyaannya itu justru menarik perhatian anggota Perfect Gank lain. Termasuk Eri yang perlahan mendekat ke arah laki-laki tua paruh baya yang tersenyum memandang wajah ingin tahu mereka.
“Tuan Naru adalah seorang pangeran. Itu julukan yang sejak sebelum lahir ke dunia dia terima. Sebelum masuk SMA, Tuan Naru adalah seorang anak yang selalu di sediakan apapun keinginan dan kebutuhannya. Semua les, latihan, pelajaran, hingga aktivitas bermain adalah kegiatan yang terjadwal yang selalu di kelilingi bodyguard.
Sempurna adalah hasilnya. Tidak ada yang tidak bisa Tuan Naru lakukan dan miliki kecuali satu. Teman. Tuan Naru yang selalu disibukkan dengan aktivitas yang padat membuatnya tak memiliki teman. Apalagi selama dia hidup, home schooling adalah tempat dia belajar satu-satunya.
Maka, tidak heran jika dia bersikap semena-mena dan seenaknya sendiri. Semua pelayan hampir selalu berganti setiap minggu karena tidak kuat menghadapi sikapnya.
Hingga masa SMA tiba. Tuan Naru mengajukan perjanjian dengan orang tuanya yang terkenal disiplin dan keras kepala dengan surat perjanjian.
Tuan Naru ingin bersekolah di tempat formal. Menyembunyikan identitas aslinya. Termasuk nama asli. Tuan tidak ingin ada yang tahu jika dia adalah pewaris tunggal seorang pengusaha kaya raya di negara ini. Semua dilakukannya hanya untuk bebas. Tapi sebenarnya Tuan Naru hanya ingin memiliki teman.
Jadi, walaupun sikap buruknya yang dulu perlahan hilang karena dia lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Namun ketika Saya tahu jika Tuan Naru diam-diam mengajak teman-temannya masuk ke rumah dan belajar mengaji. Bukankah 180 derajat itu tidak pantas menggantikan sikapnya selama ini?” Cerita Pak Yus membuat hanyut semua orang yang mendengarnya.
“Ini adalah anugerah dan juga petaka. Saya bersyukur jika Tuan Naru berubah menjadi lebih baik. Maaf jika selama ini kalian berteman dengannya yang terkadang menyusahkan karena sikapnya.
Seperti belajar tentang Islam yang baru pertama kali dia lakukan. Benar. Tuan Naru tidak pernah sekalipun diajari tentang agama apapun oleh orang tuanya.” Seolah mengerti dengan tatapan penuh tanya orang-orang yang memandangnya. Pak Yus memberitahu sebelum mereka bertanya.
“Lalu, apa maksud petaka yang Pak Yus katakan tadi? Bukankah benar jika ini adalah sesuatu yang baik untuknya? Saya sendiri yang sudah sejak lahir beragama Islam saja merasa iri dengannya yang pertama kali belajar Islam terlihat sangat antusias.
Entah apa motifnya. Aku rasa ada sesuatu yang membuatnya menggebu untuk melakukan semua ini.” Kata Johni mencuri pandang ke arah Eri.
“Petaka itu adalah orang tua Tuan Naru sendiri. Semua orang yang ada di rumah saat ini memang setia. Kita akan diam seolah tak terjadi apa-apa dengan keadaan saat ini. Menjaga rahasia seolah nyawa kami taruhannya setelah ancaman Tuan Naru yang membuat kami tak bisa berkutik.
Namun, kekuasaan tertinggi adalah milik orang tuanya. Jika mereka tahu apa yang pewaris mereka lakukan seperti saat ini. Saya tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pun tidak bisa membayangkannya dalam otak tuaku ini.” Ucapan terakhir Pak Yus membuat semua orang menelan ludah bersamaan. Sepertinya memang terdengar mengerikan.
“Hahaha! Ternyata Pak Yus bisa bercanda juga ya.” Seru Dion yang langsung di serbu pandangan meh dari anggota Perfect Gank. Tak terkecuali Eri.
Cerita pangeran yang mereka dengar dari Pak Yus itu begitu mengejutkan di telinga. Bersamaan dengan kehadiran pangeran sesungguhnya yang datang dengan peluh menghiasi dahinya. Naru, dia datang setelah 10 menit meninggalkan Perfect Gank dan Eri bersama dengan Pak Yus dan ceritanya.
“Maaf membuat kalian menunggu. Eh, apakah terjadi sesuatu ketika aku pergi?” Tanya Naru yang merasa jengah di lihat oleh mereka secara bersamaan dengan lekat.
“Apakah Saya perlu memanggil supir untuk mengantarkan, Tuan?” Tanya Pak Yus membuka suasana.
“Spesial untuk hari ini. Aku yang akan mengantarkannya pulang.” Jawab Naru terlihat sumringah. Anggota Perfect Gank terlihat jeolus.
“Sungguh. Aku tidak keberatan jika pulang sendiri.” Balas Eri cepat.
“Tolong jangan menolak penawaran ini. Bukankah Islam mengajarkan untuk tidak boleh menolak kebaikan?” Jawab Naru membuat semua orang terheran mendengarnya. Ucapan yang tidak biasa baru saja mereka dengar dari seorang Naru, pangeran dengan kemewahannya. Eri tak bisa menolak. Dia hanya mengangguk.
“Kami akan ikut bersamamu. Bukankah begitu Perfect Gank?” Seru Johni tiba-tiba.
“Eh, tapi mobilku-” Kata Tara tertahan.
“Kita akan pulang bersama dengan mereka bukan?” Seru Eri menyakinkan. Naru terlihat mendesah pelan. Memandang Johni dengan tatapan kesal. Dia pasti sengaja melakukannya.
“Ya. Tentu saja!” Jawab Naru akhirnya. Terpaksa.
“Ganti rencana. Pak Yus, tolong panggilkan supir untuk membawa mobil Tara. Siapkan mobil ukuran besar juga. Aku akan mengantarkan mereka semua dengan satu mobil.” Seru Naru yang langsung diiyakan Pak Yus. Anggota Perfect Gank terlihat ber-wow ria mendengarnya.
“Jadi, terima kasih untuk hari ini.” Kata Naru memberikan tangannya pada Eri. Berharap bisa bersalaman tanda berterima kasih.
“Eh, maaf. Kita bukan mahram. Jadi tidak boleh bersentuhan.” Balas Eri mengatupkan kedua tangan di depan dada. Perfect Gank memandang tak mengerti.
“Eh benarkah? Apakah akan berdosa dan masuk neraka?” Tanya Naru langsung menarik tangannya. Eri menghela napas panjang seraya mengambil buku dari tas selempangnya. Mencari sebentar halaman yang dia inginkan dan membacakannya.
“Aku pernah mendengar salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani dari sahabat Ma’qal bin Yasar. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Menusuk kepala dengan jarum dari besi, itu jauh lebih baik bagi seorang Muslim di antara kalian dibandingkan dengan jika dia bersentuhan dengan wanita yang bukan halal baginya.’”
Bersamaan dengan Eri yang selesai membaca sekaligus membuat Perfect Gank terlihat berkeringat dingin. Pak Yus datang tiba-tiba di antara mereka.
“Huaaa!” Teriak Perfect Gank dengan wajah pucat pasi.
“Ah maaf. Supir dan mobil sudah siap. Eh, ada apa? Apakah telah terjadi sesuatu? Ada apa dengan wajah Tuan dan-”
“Tidak ada apa-apa Pak. Mereka hanya antusias menunggu pelajaran hari esok datang.” Potong Eri cepat seraya menutup buku. Memandang Perfect Gank dengan senyuman.