Loading...
Logo TinLit
Read Story - YANG PERNAH HILANG
MENU
About Us  

RUANGAN bernuansa putih keemasan dengan corak gradasi bunga mewah itu terasa hening. Naru memandang satu per satu orang yang ada di hadapannya dengan menelan ludah beberapa kali. Dia siap dengan risiko yang akan dia hadapi setelah ini. 

Setelah Naru menghirup udara dan mengeluarkannya pelan. Kini Naru bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Dia berusaha terlihat sesantai mungkin. 

“Ya. Ini adalah rumahku. Jadi jangan heran kalau kalian melihatku berada disini. Sudah selesai kan?” Seru Naru membuat semua orang menghela napas bersamaan. Bukan karena lega telah mengetahui kebenaran itu. Melainkan karena sikapnya yang terlihat tak bersalah itulah yang membuat mereka semua merasa kesal dibuatnya. 

“Menurutmu ini akan selesai begitu saja setelah kau berbohong pada kami? Berbohong mengenai identitasmu?!” Tara maju mendekat. 

“Apakah pertemanan kita selama hampir tiga tahun bersama dengan Perfect Gank membuatmu tega menyembunyikan kebenaran ini? Kau tahu? Jika sejak awal kami tahu bahwa kau memiliki rumah mewah bak istana seperti ini. Kami pasti tidak akan bosan hanya bermain ke Rumah Singgah saja.” Balas Dion tak mau kalah. Semua orang memandang meh ke arahnya. Dion hanya menaikkan bahu.

Dia justru terlihat senang dengan melihat ke seluruh ruangan itu dengan mata berbinar. Leon langsung menyikut lengannya pertanda untuk bersikap seperti rencana mereka. Pura-pura marah. 

“Ya. Setidaknya kau tak harus berbohong dengan menyembunyikan nama aslimu kan, Aru.” Kata Leon membuat semua orang kini beralih memandang ke arahnya. Terutama Eri yang terlihat lebih syok dari pada anggota Perfect Gank. 

“Ya. Ya. Ya. Jadi, sekarang kalian sudah tahu kan? Maka semua masalahnya sudah selesai.” Seru Naru. Semua anggota Perfect Gank menyerbunya dengan jitakan, cubitan, hingga sikutan dari mereka. Membuat Naru tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berusaha menghindar dengan menahan rasa sakit. 

“Kenapa mulutmu mudah sekali mengeluarkan kata-kata menyebalkan sih!” Keluh Tara yang paling kuat menekan kepala Naru dan menjitaknya tanpa ampun. 

“Aku benar-benar kecewa! Kenapa tidak sejak dulu kau mengajak kami ke rumahmu ini! Pasti masih banyak fasilitas mewah lainnya yang kau sembunyikan agar tidak bisa kita gunakan kan!? Ayo katakan!?” Dion tak mau kalah dengan merangkul lengan Naru dan merengek manja. 

“Cukup. Hentikan tingkah kekanakan kalian. Kalian bisa melanjutkannya nanti setelah Naru memberitahu secara jelas rencananya. Bukan begitu, Aru?” Johni membuat semua orang beralih memandang ke arahnya. Tak terkecuali Naru. Dia memandang penuh kekesalan pada Johni. Semua ini berawal dari kemarin malam.

Pukul dua dini hari di Rumah Singgah…

“Uwaaah! Segar sekali mandi di tengah malam begini. Rasanya tubuhku kembali hidup.” Pekik Naru yang baru saja keluar dari kamar mandi. Berjalan dan bersandar di balkon tangga lantai dua. Memandang ke arah Johni yang masih setia dengan buku di tangannya. 

“Kata-katamu seolah kau baru saja pulang dari pertempuran. Apa kau tahu jika mandi di tengah malam begini itu tidak baik?” Seru Johni. Naru menaikkan bahu. Menghiraukan. Berjalan menuruni tangga. Duduk di sofa seraya mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk.

“Pertanyaanmu tentang apakah perempuan dan laki-laki yang berduaan itu tidak boleh menurut Islam itu disebut dengan khalwat. Maknanya memiliki arti menyepi, menyendiri, mengasingkan diri bersama dengan seseorang tanpa adanya orang lain di antara mereka. 

Singkatnya adalah interaksi antara sesama manusia yang dibatasi oleh status, laki-laki dan perempuan yang saling berhubungan. Islam melarangnya karena itu bisa menimbulkan fitnah.” Kata Johni tiba-tiba. Dia terlihat menutup tablet di tangannya. 

“Wow! Aku baru tahu jika perbuatan itu tidak boleh dalam agama Islam. Jadi, selama ini aku telah ber-khalwat di sekolah?” Seru Naru terlihat panik. 

“Apakah itu berdosa? Eh, tunggu dulu. Apa itu dosa? Aku rasa memiliki makna yang tidak baik.” Lanjut Naru memandang Johni dengan tatapan penuh harap. Johni terlihat menghela napas seraya membuka tabletnya lagi. 

“Dilarang berarti tidak boleh dilakukan. Dilarang berarti jika dilakukan itu berdosa. Berdosa berarti kau masuk neraka. Jika kau masuk neraka maka kau tak bisa masuk surga.” Balas Johni santai. Dia tersenyum smirk sok tahu. 

“Apa itu neraka dan surga?” Tanya Naru lagi. Kini dia memandang Johni dengan mata berbinar. Johni menyentuh kepalanya yang tak pusing. 

“Apakah sejak kecil kau tak bersekolah? Bahkan di TK pelajaran tentang neraka dan surga sudah di ajarkan.” Mendengar hal itu Naru kembali duduk dan sibuk dengan rambutnya yang mulai mengering.

“Aku tak tahu.” Balas Naru pelan. Raut wajanya memperlihatkan bahwa dia benar-benar tidak tahu. Johni merasa bersalah. Apakah ucapannya ada yang salah?

“Apakah kau sama sekali tak tahu tentang agama Islam? Maksudku, maaf jika aku menanyakan ini. Bahkan seorang Dion yang terkenal karena suka sekali berkelahi saja dia tahu jika dia beragama Islam. Yah, walaupun kurasa hanya Islam KTP. Tunggu. Jangan bilang kau juga tak tahu apa itu Islam KTP?” Johni memandang Naru gelisah. Naru menganggukkan kepala setelahnya. 

“Haaahhh… Sepertinya tidak heran jika kau merasa ada sesuatu yang aneh di dalam dirimu ketika mendengar suara mengaji gadis itu setiap pagi. Seperti ada yang kosong dan kurang dari dirimu yang sempurna.” Keluh Johni melepas kacamatanya. 

“Untuk itulah aku selalu meminta bantuanmu mencari tahu tentang gadis itu. Aku punya rencana. Aku ingin belajar mengaji padanya.” Mendengar hal itu, Johni yang hendak memakai kacamatanya lagi tak sengaja menjatuhkannya. Memandang Naru dengan tatapan tak percaya.

“Apakah kau sungguh-sungguh mengatakannya? Apakah benar aku sedang bicara dengan Naru seorang murid sempurna sekaligus ketua Perfect Gank kan?” Naru mengangguk kuat. Johni melihat kedua matanya yang terlihat masih berbinar seperti beberapa detik yang lalu. Seperti mata seorang anak kecil yang sama sekali tak tahu apa itu hidup di dunia yang penuh dengan kejutan ini. 

“Sebenarnya kau siapa Naru? Apakah ada yang kau sembunyikan dariku, dari kami Perfect Gank selama ini?” Tanya Johni tiba-tiba setelah memungut kacamatanya. Memandang Naru yang tiba-tiba terlihat gelisah. Beberapa kali dia mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Bahkan kini terlihat berdiri dari sofa.

“Aku ya aku. Tidak ada yang aku sembunyikan. Aku haus. Aku mau minum dulu.” Jawab Naru hendak berjalan. Namun, Johni lebih cepat. Tanpa Naru sadari, dia sudah ada di hadapannya, mencegahnya pergi.

“Kau tidak bisa menyembunyikannya lagi Naru. Apakah kami, tidak, maksudku, aku sudah curiga denganmu yang selalu menolak mengajak ke rumahmu bahkan ketika kita sudah bertahun-tahun saling mengenal. Lalu sebagai gantinya kau membawa kami pada Rumah Singgah ini. Sebuah rumah yang aku yakin sekali tidak murah. Apalagi kau selalu terlihat memakai pakaian dengan branded terkenal.

Apa kau pikir kami, aku, tidak memperhatikannya? Kau yang selalu memberi uang dengan cuma-cuma, memberikan apapun yang kami inginkan yang bahkan kami tidak memintanya. Menurutmu kami diam-diam tidak mencurigaimu, begitu?” Kata Johni panjang lebar, membuat Naru mundur perlahan hingga terjatuh kembali ke sofa. Wajahnya kini terlihat semakin khawatir. Bulir keringat dingin terlihat di dahinya yang bahkan dia baru saja selesai mandi.

“Apakah kau masih mau mengelaknya? Apa perlu aku memberitahu Perfect Gank bahwa kau diam-diam mencari tahu tentang gadis itu. Atau sepertinya kau menyukainya?” Tanya Johni kini membuat wajah Naru memerah.

“Tidak. Untuk apa aku-” Johni mendorong tubuh Naru yang hendak kembali berdiri.

“Wajahmu tidak berbohong Naru.” Johni memandang Naru lekat. Sedangkan keringat dingin Naru semakin deras muncul. Bahkan detik jarum jam kini terdengar jelas di heningnya malam.

“Baiklah. Sepertinya Perfect Gank memang harus tahu.” Johni akhirnya berjalan menjauh, hendak mengambil tablet canggihnya yang tergeletak di atas meja.

“Oke! Aku akan memberitahumu!” Teriak Naru akhirnya, terpaksa. Dia terlihat terengah-engah. Johni tersenyum. Dia menang.

Dan sepanjang malam hingga matahari pagi terbit. Naru menceritakan kehidupannya yang sebenarnya pada Johni. Semuanya tanpa Naru sembunyikan lagi, bahkan tentang Reza mantan ketua geng motor jalanan yang tak luput dia ceritakan juga.

 

*

 

“Jadi, apakah kau mau menerima pekerjaan ini? Menjadi guru mengajiku? Maksudku bukan hanya aku saja. Tapi kami semua anggota Perfect Gank juga. Walaupun sebenarnya keberadaan mereka itu adalah tiba-tiba dan aku tidak menginginkannya. Bagaimana? Kau mau kan?” Seru Naru membuat semua orang langsung memandang ke arahnya. Dion, Leon dan Tara saling melempar pandang. Termasuk ke arah Johni yang justru terlihat biasa saja. Sepertinya hanya dia yang tahu rencana mengejutkan Naru. 

“Hei. Hei. Tunggu du-” Dion berhenti bicara setelah melihat Naru yang memberikan kode untuk diam. Menunggu jawaban gadis berjilbab di hadapan mereka yang sejak tadi hanya terdiam mendengarkan kenyataan luar biasa itu. 

“Aku mau pulang!” Jawab Eri membuat Naru terkejut. 

“Tidak. Tunggu! Apa maksudmu? Aku sudah memberitahu semuanya. Jadi, kenapa kau masih menolaknya?” Sergah Naru cepat. Dia menghalangi Eri yang hendak berjalan menuju pintu. 

“Carilah guru mengaji yang lain. Aku tak bisa menerima pekerjaan ini-”

Khalwat. Karena itu kan kau menolaknya?” Potong Naru cepat. Eri menengadahkan kepalanya. Begitu juga dengan anggota Perfect Gank. Semua orang memandangnya heran mendengar Naru mengeluarkan kata-kata di luar jangkauan mereka semua. 

“Tenang saja. Aku akan membuat suasana mengaji nanti bebas dari itu. Aku sudah menyiapkan tempatnya. Aku juga sudah meminta bantuan Pak Yus dan para bodyguard untuk menjaga di sekitar kita. Ada pelayan perempuan juga yang nanti ikut memperhatikan kita. 

Jadi, tenang saja. Kau, kita, tidak perlu takut akan berdosa. Bukankah begitu, Johni?” Kata Naru antusias. Dia memandang Johni yang justru terlihat mundur dan menutupi tubuhnya diantara anggota Perfect Gank. Seolah tak mau berurusan dengan ucapan yang baru saja Naru keluarkan. 

Tanpa di duga. Eri tersenyum. Bahkan dia terlihat terkekeh menahan tawa. Melihat hal itu. Semua orang tertegun heran. Apakah ada yang lucu? 

“Baiklah. Aku akan menerima pekerjaan ini.” Kata Eri akhirnya. Naru terlihat lega. Begitu pula dengan anggota Perfect Gank yang sebenarnya masih belum mengerti. 

“Tapi sebelum itu. Apakah kau sudah meminta ijin pada kedua orang tuamu?” Tanya Eri membuat Naru terlihat murung. Namun, setelah itu seulas senyum terlihat di bibirnya. Dengan raut bahagia dia menjawab. 

“Tentu saja!” Jawab Naru lantang. 

 “Kau tahu apa yang baru saja ketua kita lakukan ini Johni?” Bisik Tara di telinganya. Johni membenarkan letak kacamatanya yang tak miring. 

“Yang perlu kau tahu hanyalah, sekarang Perfect Gank berganti nama menjadi Geng Insyaf.” Jawab Johni membuat Tara menepuk jidat. Johni tersenyum geli mendengar ucapannya sendiri. 

Siang itu panas. Namun entah kenapa rasanya sejuk. Tentu saja karena ada AC besar yang menyala di setiap sudut ruangan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
1043      694     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
Unexpectedly Survived
104      93     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
My First love Is Dad Dead
53      50     0     
True Story
My First love Is Dad Dead Ketika anak perempuan memasuki usia remaja sekitar usia 13-15 tahun, biasanya orang tua mulai mengkhawatirkan anak-anak mereka yang mulai beranjak dewasa. Terutama anak perempuan, biasanya ayahnya akan lebih khawatir kepada anak perempuan. Dari mulai pergaulan, pertemanan, dan mulai mengenal cinta-cintaan di masa sekolah. Seorang ayah akan lebih protektif menjaga putr...
Lost & Found Club
363      302     2     
Mystery
Walaupun tidak berniat sama sekali, Windi Permata mau tidak mau harus mengumpulkan formulir pendaftaran ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua murid SMA Mentari. Di antara banyaknya pilihan, Windi menuliskan nama Klub Lost & Found, satu-satunya klub yang membuatnya penasaran. Namun, di hari pertamanya mengikuti kegiatan, Windi langsung disuguhi oleh kemisteriusan klub dan para senior ya...
Metafora Dunia Djemima
86      71     2     
Inspirational
Kata orang, menjadi Djemima adalah sebuah anugerah karena terlahir dari keluarga cemara yang terpandang, berkecukupan, berpendidikan, dan penuh kasih sayang. Namun, bagaimana jadinya jika cerita orang lain tersebut hanyalah sebuah sampul kehidupan yang sudah habis dimakan usia?
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu
1854      758     5     
Humor
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu Buku ini adalah pelukan hangat sekaligus lelucon internal untuk semua orang yang pernah duduk di pojok kamar, nanya ke diri sendiri: Aku ini siapa, sih? atau lebih parah: Kenapa aku begini banget ya? Lewat 47 bab pendek yang renyah tapi penuh makna, buku ini mengajak kamu untuk tertawa di tengah overthinking, menghela napas saat hidup rasanya terlalu pad...
Rumah Tanpa Dede
133      83     1     
Inspirational
Kata teteh, Bapak dan Mama bertengkar karena Dede, padahal Dede cuman bilang: "Kata Bapak, kalau Bi Hesti jadi Mama kedua, biaya pengobatan Dede ditanggung Bi Hesti sampai sembuh, Mah." Esya---penyintas penyakit langka Spina Bifida hanya ingin bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi ekonomi yang miskin membuat mimpi itu terasa mustahil. Saat harapan berwujud 'Bi Hesti' datang, justru ban...
Dalam Waktu Yang Lebih Panjang
351      262     22     
True Story
Bagi Maya hidup sebagai wanita normal sudah bukan lagi bagian dari dirinya Didiagnosa PostTraumatic Stress Disorder akibat pelecehan seksual yang ia alami membuatnya kehilangan jati diri sebagai wanita pada umumnya Namun pertemuannya dengan pasangan suami istri pemilik majalah kesenian membuatnya ingin kembali beraktivitas seperti sedia kala Kehidupannya sebagai penulis pun menjadi taruhan hidupn...
Hideaway Space
70      56     0     
Fantasy
Seumur hidup, Evelyn selalu mengikuti kemauan ayah ibunya. Entah soal sekolah, atau kemampuan khusus yang dimilikinya. Dalam hal ini, kedua orang tuanya sangat bertentangan hingga bercerai. evelyn yang ingin kabur, sengaja memesan penginapan lebih lama dari yang dia laporkan. Tanpa mengetahui jika penginapan bernama Hideaway Space benar-benar diluar harapannya. Tempat dimana dia tidak bisa bersan...
Monologue
522      352     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...