Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu
MENU
About Us  

Aku pernah jadi orang yang sok serius.
Percaya, itu adalah masa-masa paling membosankan dalam hidupku.

Bayangin aja, aku berusaha keliatan cool di tongkrongan. Duduk nyandar, tangan di saku, jawab pertanyaan cuma pakai anggukan, dan ekspresi wajah yang kayak baru abis ditolak KPR.

Tapi apa hasilnya?

Aku malah dikira lagi sakit perut atau baru abis dimarahin emak.

Akhirnya aku sadar: jadi lucu itu bukan cuma kepribadian. Itu cara bertahan.

Dari kecil, aku nggak pernah jadi yang paling pinter.
Nggak juga jadi yang paling cantik, paling sporty, apalagi paling populer.
Tapi aku punya satu senjata: aku bisa bikin orang ketawa.

Kalau guru lagi marah dan kelas tegang, aku lempar satu jokes receh soal penghapus yang hilang kayak mantan.
Kalau temen nangis karena diputusin, aku datang bawa es krim dan ngebanyol soal cowoknya yang mirip kipas angin, bisa muter ke mana-mana tapi nggak punya arah.

Aku nggak tahu kenapa, tapi bikin orang ketawa itu bikin aku juga ngerasa… hidup.

Waktu remaja, hidupku bukan drama Korea, tapi lebih kayak sinetron stripping yang dialognya suka diulang-ulang.
Aku sering ngerasa sendirian, sering ngerasa aneh sendiri.

Tapi satu hal yang bikin aku tetap kuat adalah: humor.

Bukan karena hidupku lucu.
Tapi karena kalau aku nggak ketawa, aku bisa meledak.

Pernah suatu malam aku ngerasa sedih banget.
Tugas numpuk.
Masalah keluarga bikin sesak.
Dan seseorang yang aku suka tiba-tiba jadian sama orang lain (yang, jujur aja, rambutnya kayak sapu ijuk tapi dia tetap menang).

Di momen itu, aku ngaca dan bilang:

“Oke, kamu nggak punya siapa-siapa sekarang. Tapi kamu punya satu hal… kamu bisa ngejek dirimu sendiri dan ketawa.”

Dan aku beneran ketawa. Di antara air mata, aku ketawa karena nyadar: hidupku kayak sitkom, tapi penontonnya aku sendiri.

Aku tahu orang suka bilang,
“Kenapa sih kamu bercanda terus? Nggak bisa serius gitu?”

Well, bukan aku nggak bisa serius.
Tapi kalau aku serius terus, bisa-bisa aku tenggelam dalam segala beban yang aku pikul.

Karena apa?
Kadang jadi lucu itu bukan soal hiburan, tapi mekanisme pertahanan.

Itu cara aku bilang,
“Aku tahu hidup ini berat. Tapi selama aku bisa ketawa, aku masih bertahan.”

Humor itu aneh.
Kadang jadi jembatan.
Kadang jadi tameng.

Aku pernah pakai humor buat nutupin rasa tidak aman.
Pernah pakai buat ngeledek diri biar orang lain nggak keburu ngejek duluan.
Pernah juga pakai buat ngelem mood ruangan yang hancur kayak kerupuk jatuh ke rendaman teh.

Tapi di balik itu semua, ada satu kebenaran yang aku pegang:
ketawa itu menyelamatkanku.

Pernah aku ikut seminar pengembangan diri (yang tiketnya hasil patungan sama teman karena mahal banget).
Di situ, motivator bilang dengan semangat:

“Kita harus jadi versi terbaik diri kita. Bukan yang paling lucu!”

Dan aku sempat mikir:

Jadi... lucu bukan versi terbaik?

Tapi pulang dari sana, aku sadar.
Versi terbaik diriku adalah yang bisa bertahan tanpa kehilangan tawa.

Karena versi itu bukan yang selalu serius, tapi yang tetap bisa melihat cahaya walau hari-hari gelap.

Aku nggak bilang semua orang harus lucu.
Tapi buatku, kelucuan itu penyelamat.
Bukan cuma di tongkrongan, tapi juga di hati sendiri.

Saat dunia sibuk nunjuk-nunjuk kamu dan bilang kamu harus sukses, harus cantik, harus keren,
aku jawab dengan bercanda:

“Maaf, aku lagi sibuk jadi manusia. Itu aja udah cukup ribet.”

Kadang, lucu itu bentuk protes halus.
Bentuk kasih sayang ke diri sendiri.
Bentuk pelukan dalam bentuk lelucon.

Dan lucu itu nggak selalu receh.
Kadang menyimpan air mata yang belum tumpah.

Aku pernah duduk di kamar, scroll medsos sambil ketawa lihat meme, tapi di dalam hati ada yang ngilu.
Tapi, ketawa itu bikin aku nggak tenggelam.
Bikin aku bisa bilang ke diri sendiri:

“Yuk, satu hari lagi. Nanti juga lucu lagi.”

Kamu tahu nggak, yang paling menyentuh bukan orang yang bisa serius, tapi orang yang bisa tetap lucu meski lagi rapuh.
Dan itu bukan berarti munafik.
Itu artinya… kita sedang belajar bertahan dengan cara kita sendiri.

Aku tahu, nggak semua orang ngerti.
Ada yang bilang, “Ah kamu mah kayak nggak pernah punya masalah!”

Tapi mereka nggak tahu, bikin orang lain ketawa itu kadang cara kita nyembuhin diri sendiri.

Humor bukan pelarian.
Buatku, itu adalah perahu.

Kalau hidup ini laut yang penuh badai, maka lelucon adalah dayung yang aku pakai buat terus bergerak.

Kadang dayungnya patah.
Kadang perahunya bocor.
Tapi selama aku bisa nemu satu hal aja yang bisa bikin senyum… aku tahu, aku masih jalan.

Aku tahu, ada hari-hari di mana aku ngerasa gagal.
Nggak jadi apa-apa.
Nggak sesuai ekspektasi siapa pun.

Tapi ketika aku bikin satu orang tertawa, bahkan cuma satu, aku ngerasa jadi berguna.

Karena dunia ini terlalu banyak tangisan.
Terlalu banyak tekanan.
Kalau aku bisa jadi satu titik kecil yang bikin ringan, kenapa nggak?

Aku inget waktu salah satu temanku cerita kalau dia pernah depresi, dan katanya,

“Salah satu hal yang bikin aku bertahan adalah chat lucumu yang nyebelin itu. Yang kamu kirim tiap pagi kayak motivasi dari warung kopi.”

Aku kaget.

Karena buatku itu cuma guyonan ringan.
Tapi buat dia, itu cahaya kecil.

Dan saat itu aku tahu,

“Oh, mungkin jadi lucu bukan cuma buatku. Tapi buat orang lain juga.”

Jadi lucu itu bukan kelemahan.
Bukan tanda kamu nggak serius soal hidup.
Justru itu bukti kamu sayang sama hidup ini, cukup sayang sampai kamu bisa bercanda tentangnya.

Dan kamu tahu?
Kadang hidup butuh dipeluk… tapi kadang juga cukup diketawain bareng-bareng.

Hari ini, mungkin aku masih belum jadi siapa-siapa.
Masih bingung arah.
Masih suka takut.
Masih suka ngerasa sendiri.

Tapi selama aku masih bisa ketawa, bahkan meski itu cuma tawa kecil di tengah malam—aku tahu aku belum kalah.

Karena di dunia yang serius banget ini,
jadi orang lucu itu bentuk keberanian.

Dan aku bangga dengan itu.

Jadi kalau kamu tanya, “Kenapa sih kamu selalu berusaha lucu?”

Jawabanku sederhana:

Karena itu cara terbaikku bertahan hidup.
Karena di balik ketawa itu, aku ngajak diriku sendiri buat nggak nyerah.
Dan kalau bisa, ngajak kamu juga.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kertas Remuk
139      112     0     
Non Fiction
Tata bukan perempuan istimewa. Tata nya manusia biasa yang banyak salah dalam langkah dan tindakannya. Tata hanya perempuan berjiwa rapuh yang seringkali digoda oleh bencana. Dia bernama Tata, yang tidak ingin diperjelas siapa nama lengkapnya. Dia hanya ingin kehidupan yang seimbang dan selaras sebagaimana mestinya. Tata bukan tak mampu untuk melangkah lebih maju, namun alur cerita itulah yang me...
40 Hari Terakhir
815      548     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Switch Career, Switch Life
406      342     4     
Inspirational
Kadang kamu harus nyasar dulu, baru bisa menemukan diri sendiri. Therra capek banget berusaha bertahan di tahun ketiganya kerja di dunia Teknik yang bukan pilihannya. Dia pun nekat banting setir ke Digital Marketing, walaupun belum direstui orangtuanya. Perjalanan Therra menemukan dirinya sendiri ternyata penuh lika-liku dan hambatan. Tapi, apakah saat impiannya sudah terwujud ia akan baha...
Dear Future Me: To The Me I'm Yet To Be
415      294     2     
Inspirational
Bagaimana rasanya jika satu-satunya tempat pulang adalah dirimu sendiri—yang belum lahir? Inara, mahasiswi Psikologi berusia 19 tahun, hidup di antara luka yang diwariskan dan harapan yang nyaris padam. Ayahnya meninggal, ibunya diam terhadap kekerasan, dan dunia serasa sunyi meski riuh. Dalam keputusasaan, ia menemukan satu cara untuk tetap bernapas—menulis email ke dirinya di masa dep...
Langit Tak Selalu Biru
83      70     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
Si Mungil I Love You
627      379     2     
Humor
Decha gadis mungil yang terlahir sebagai anak tunggal. Ia selalu bermain dengan kakak beradik, tetangganya-Kak Chaka dan Choki-yang memiliki dua perbedaan, pertama, usia Kak Chaka terpaut tujuh tahun dengan Decha, sementara Choki sebayanya; kedua, dari cara memperlakukan Decha, Kak Chaka sangat baik, sementara Choki, entah kenapa lelaki itu selalu menyebalkan. "Impianku sangat sederhana, ...
Imperfect Rotation
182      160     0     
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Berkali-ka...
Will Gates
1250      745     7     
Short Story
Persamaan Danang dan Will Gates: Sama-sama didrop-out dari sekolah. Apa itu artinya, Danang bisa masuk ke dalam daftar salah satu dari 100 orang terkaya di dunia versi majalah Corbes?
Bajak Darat
744      498     0     
Humor
Setelah mengalami kecelakaan laut hingga kehilangan sebelah tangan dan kakinya, seorang bajak laut pulang kampung demi mendengar kampung halamannya akan dibuat menjadi kota mandiri dengan konsep terakota. Ia mencuri peta kuno, satu-satunya yang dapat menyelesaikan perdebatan batas wilayah antara Pemda Jakarata dengan Pemda Jataraka, dan bernilai fantastis yang cukup untuk membeli sawah dan trakto...
Glitch Mind
47      44     0     
Inspirational
Apa reaksi kamu ketika tahu bahwa orang-orang disekitar mu memiliki penyakit mental? Memakinya? Mengatakan bahwa dia gila? Atau berempati kepadanya? Itulah yang dialami oleh Askala Chandhi, seorang chef muda pemilik restoran rumahan Aroma Chandhi yang menderita Anxiety Disorder......