Setiap hujan jatuh ke bumi, Neyra merasa rileks, setelahnya ia menghirup udara yang begitu dingin dan sedang mendengar musik Love Me Again karya V BTS di earphone bluetooth miliknya.
Neyra duduk di dekat jendela kamar, sambil melihat rintik-rintik hujan yang jatuh dan turun cukup deras malam ini, dan ia sedang sendirian di kamarnya, hanya diam melamun sambil mengingat-ingat semua kenangan semasa SMAnya dulu.
Ingatan ini merupakan salah satu kenangan buruk dan menyenangkan yang Neyra alami sendiri, kenangan yang masih ia ingat sampai mungkin saja sudah bersarang di kepalanya yaitu perdebatan antara dirinya dan keluarganya disaat Neyra baru saja lulus dari SMA persada jakarta.
Namaku Neyra Amelia Dirgantara, aku sedang mengisi nama pada bagian fomulir pendaftaran beasiswa Universitas Of Tokyo, melalui website resmi University Of Tokyo, atau nama singkatannya UTokyo merupakan universitas negeri pertama yang cukup bergengsi di Tokyo, jepang.
Jika kalian mengira aku masuk universitas itu hanya karena ingin memenuhi gengsi orang tua ku, itu salah besar, karena ini adalah keinginan ku sendiri sedari dulu.
Waktu ibu masih ada, ibu pernah menceritakan tentang universitas itu, jadi aku mulai tertarik dan bermpi ingin juga merasakan kuliah jauh ke jepang, dan sekarang ibuku sudah meninggal dunia disaat usiaku baru genap 14 tahun.
Ibuku asli jepang bermarga sato. Ibu adalah lulusan terbaik di Universitas Of Tokyo, dan setelah ibu lulus S2 sarjana psikologi klinis, ibu akhirnya bisa menjadi salah satu dokter psikologi terbaik, dan dia pun membuka sebuah klinik psikolog di Tokyo. Lalu akhirnya menikah dengan ayahku yang adalah pria berkebangsaan Indonesia.
Ayah ku bernama Dimas Arya Dirgantara, dia menikahi ibuku, lalu membawanya tinggal dan menetap di Jakarta.
Setelah penantian cukup lama lahirlah aku yang diberi nama Neyra Amelia Dirgantara yang membuat kebahagiaan rumah tangga orang tuaku menjadi lengkap.
Semenjak ibu sudah tiada, ayah super sibuk di kantor dan yang mengurus semua kebutuhan ku adalah bibi Tuti, lalu disaat aku mulai memasuki jenjang SMA. ada banyak hal yang terjadi di hidupku, seperti aku yang mempunyai ibu tiri yang bernama Mirna Atmojo karena ayah sudah menikah dengan janda keluarga Atmojo wanita itu memiliki anak cowok yang bernama Rayyanza Dirgantara. yap dia mendapatkan nama belakang ayah karena sudah dianggap sebagai putranya sendiri, dan menjadi abang tiriku, usia kami berselisih 2 tahun.
Neyra begitu membenci mereka berdua, semenjak mereka hadir di kehidupannya, ayahnya jadi suka mengatur-atur hidupnya dan sering marah-marah kepadanya. lebih parahnya lagi, merekalah orang-orang yang menguasai rumah yang sudah Neyra huni lama bersama ayahnya.
Pertengkaran Neyra dengan ibu tirinya sekarang, karena dia ingin mengusirnya dari rumah ini, dengan berdahlil bahwa dirinya mau dijodohkan dengan anak lelaki dari keluarga kaya. sedangkan Neyra tidak pernah ingin menikah begitu cepat, karena Neyra memiliki mimpi berkuliah di jepang.
Ini semua salah abang tiri ku Rayyan, dia tidak becus mengurus anak perusahaan furniture milik ayah hingga membuat kerugian yang cukup besar, sehingga untuk menutupinya, ayah harus melakukan pinjaman dana ke bank swasta yang cukup besar nominalnya.
Neyra tidak masalah jika harus hidup diatur-atur oleh ayahnya sendiri, tapi tidak dengan nenek sihir itu. seenaknya dia memberi saran kepada ayah untuk menjodohkan ku dengan anak-anak dari keluarga kaya, agar uang dari hasil menjual diri ku, bisa ayah pakai untuk menutupi Bunga dan sebagian pinjaman bank.
Disaat kami sekeluarga sedang makan malam bersama, tiba-tiba pembahasan tentang perjodohan membawa petaka pada diriku.
“Neyra setelah selesai makan, kamu tetap disini, ayah ingin bicara denganmu!” perintah ayahku sambil menyuruhku untuk duduk kembali.
“Kenapa yah…aku sudah selesai makan, mau bawa piringnya ke belakang dulu.” jawabku sambil menatap wajah ayah.
“tidak perlu, biarkan bibi Tuti yang mengurus piring.” Setelahnya piring pak Dimas sudah bersih, dia berdiam diri dulu sebentar, wajahnya menyiratkan sebuah kegelisahan seperti sedang berpikir keras di dalam sana.
“Cepat ayah, bicara ke intinya saja, Neyra sibuk!” ucapku melihat gelagat aneh di wajah kedua orang tuaku.
“Begini kamu kan sudah lulus SMA, jadi ayah ingin menjodohkanmu dengan anak pak hakim tinggi. Anaknya sekarang sudah menjadi jaksa, dia adalah calon tunangan yang bagus untuk masa depan kamu, setelahnya kamu bisa ayah biayai untuk kuliah kedokteran di kampus swasta yang ada di dalam negeri saja ya nak?” Rayuan ayahku untuk merayuku, agar menuruti perintahnya.
“nggak mau yah. Neyra tetap kekeh pada mimpi Ney untuk pergi ke jepang dan kuliah disana!” ucapku tegas menolak pertunangan yang direncanakan dengan sangat mendadak ini.
“Kamukan wanita, jadi tak perlu kuliah yang terlalu tinggi, sampai-sampai mau pergi ke jepang, itu terlalu jauh nak. setelah menikah pun kamu bakal cuman jadi ibu rumah tangga seperti saya, bahkan dulu saya hanya lulusan SMA saja dan langsung berkeluarga.” Ujar Bu mirna nimbrung percakapan kami.
“apa yang dikatakan ibu ku bener Ney, kamu seharusnya menikah terlebih dahulu saja, banyak kok teman kantor Abang masih kuliah walau sudah berkeluarga!” ucap bang Rayyan komplotan ibunya.
Neyra menekuk semua jari di tangannya, ia merasa geram hingga bisa terlihat di rawut wajahnya yang cukup marah dan sekilas melototi abangnya, hingga abangnya menoleh ke arah piring di bawahnya.
“Kalau gak paham, gak usah bicara seperti itu bu, ini mimpi Neyra sejak lama bahkan sebelum ibu ada dan ngerebut semuanya termasuk bapak!” Sungut ku gak terima dengan omongannya.
“Bener kata mereka berdua, kuliah bisa setelah kalian bertunangan, dan kamu jangan ngelawan kata ibumu, kualat nanti kamu Ney!” Bentak ayahku mulai menaikan satu oktaf tangga nada disuaranya sambil jari telunjuknya menunjuk ke arah wajahku, ayah merasa tidak senang dengan sikap penolakan ku.
“Aku gak peduli, mau kualat atau dosa terserah, Ney tetap pada pendirian dan mimpi Neyra pak!” Ucapku lantang hingga aku mulai berdiri dan ingin langsung cabut ke kamar.
Ayah ku tiba-tiba saja ikut berdiri dari kursi makan, dan tangannya dengan cepat mencengkram tangan kiri ku, sehingga aku menoleh ke arah mukanya yang begitu tampak marah besar, di sana bisa terlihat alis tebalnya yg mengerucut dan matanya melotot ke wajahku.
Tanpa basa-basi ayah mengangkat tangan kirinya, lalu dia menampar pipi ku dengan begitu kencang, sehingga membuat bekas telapak yang memerah dan panas menyebar ke dalam kulit, disertai suara petir di luar sana, seketika hujan deras menetes ke bumi dan secara bersamaan air mataku menetes begitu saja tanpa perintah.
"Kamu jadi anak, cuman bisa ngelawan terus. Sudah gede malah makin membangkang!" Hinaan bapak berhasil membuat suasana hatiku semakin hancur saja.
Neyra tidak menyahuti perkataan ayahnya, hanya menatap wajah ayahnya yang memerah dengan alis yang bertaut dan hidung mancung yang kembang-kempis dan di sampingnya ada nenek sihir sedang merangkul tangan kanan ayahku.
Lalu Neyra menutup pipinya yang memerah dengan tangannya dan langsung berlari secepatnya masuk ke dalam kamar, meninggalkan orang tua nya yang masih dalam keadaan marah.
Neyra mengunci pintu dan mulai menyelimuti diri dengan selimut berkarakter Doraemon yang sangat ia sukai.
Neyra mencurahkan semua air mata dan kesedihan yang ia pendam cukup lama, dirinya sudah tidak peduli dengan suara hina-hinaan yang mungkin masih keluar dari mulut orang tuanya.
Andai ibu masih hidup pasti aku akan langsung minta dipeluk atau andai saja aku punya Doraemon, mungkin detik ini, aku akan minggat dari rumah dan menuju ke jepang dengan pintu ajaib yang merupakan portal ajaib yang bisa menjelajahi seluruh dunia.
***
Keesokannya Neyra bangun pagi-pagi sekali, ia melihat dari celah jendelanya, ia menatap ke arah langit yang masih gelap, kurasa matahari pun belum siap untuk terbit. Ini memudahkannya kabur dari rumah untuk menemui Wina sahabat karibnya.
Neyra berencana untuk tinggal di rumah Wina, sampai ada info lanjut mengenai beasiswa universitas impiannya.
Neyra sudah tak kuat untuk sekedar bertahan di rumah besar yang bukan rumah yang nyaman, hanya sebuah sangkar yang mengekang keinginannya bebas selama ini.
Setelah selesai mandi, Neyra bersiap-siap dan menaruh tas besar miliknya di atas ranjang tidur, dengan sigap ia masukan sebagian pakaiannya, buku-buku, alat make up, alat mandi, handuk, sprei dan selimut Doraemon, serta keperluan yang lain ke dalam tas besar itu.
Setelahnya aku melangkah pelan-pelan menuruni tangga, aku masuk ke dapur, aku sama sekali tidak melihat Bu Tuti atau siapa pun di sana, kurasa dia masih berada di rumahnya.
Setelahnya aku keluar dari pintu belakang, lalu mengikat tas besar di belakang jok motor BMW ku, terus aku memanasi motor terlebih dahulu. 20 menit setelah memanasi motor, langsung saja aku kendarai motor ku dengan pelan hingga menuju jalan besar, baru aku mengebut di jalanan yang masih sepi dan sudah mulai terlihat terbitnya matahari sebelah timur.
Aku berhenti di dekat lampu merah, sejenak aku menghirup udara pagi yang menenangkan ini. terasa hidupku bebas mulai sekarang, seperti layaknya burung yang melarikan diri dari sangkarnya.
Wanita harunya di sayang, bukan buat taruhan, jadi ikut sedih mba neyra😢
Comment on chapter Chapter 1: mimpi konyol yang terus berulang