Hari pameran, hari yang ditunggu-tunggu anggota inti klub biologi untuk memamerkan hasil kerja keras mereka satu semester ini akhirnya tiba.
Seluruh siswa mengenakan seragam putih yang biasa dikenakan pada hari senin dengan topi-topi panjang berwarna merah yang dibuat untuk parade. Lapangan terlihat meriah. Ada panggung besar yang dipersiapkan untuk memeriahkan acara dengan tampilan hiburan dari para siswa maupun guest star yang diundang. Di tengah panggung tersedia layar proyektor besar untuk menampilkan video perjalanan sekolah hingga hari ini setelah tiga puluh tahun berdiri.
Hari ini adalah hari besar, banyak siswa sekolah lain yang diundang untuk datang memeriahkan acara. Katanya, hari ini Pak Menteri juga datang.
Pukul tujuh, semua siswa yang membangun stan terlihat sibuk, hilir mudik mempersiapkan apa saja yang kurang. Pameran akan dimulai pukul delapan. Tak terkecuali pula stan klub biologi. Stan mereka belum selesai karena permasalahan kemarin. Sehingga, kesibukan terlihat lebih pekat di stan itu. Mereka menyelesaikan dekorasi stan dengan bantuan anggota klub biasa, semua anggota bekerja gesit dan gerakan tangan mereka secepat kilat.
Dekorasi harus diselesaikan sebelum membawa keluar penelitian dan laporan mereka.
Penelitian akhir mereka berbentuk tiga jenis produk. Kapsul, teh, dan salep. Dengan waktu yang sempit kemarin, Jibar berhasil mencetak baliho yang mereka desain jauh-jauh hari. Penelitian dipajang bagian tengah meja dengan lampu-lampu sorot yang dibawa Kanali dan Naila dari rumah. Arin, Ryan, dan Bulan akan standby di depan stan untuk menawarkan produk yang mereka jual dan mempresentasikan apa manfaatnya. Barangkali Pak Menteri betul-betul datang, mereka bertiga akan menunjukkan betapa baiknya klub mereka dalam membuat penelitian dan inovasi ini. Melakukan sesuai rencana awal.
Anggota inti yang lain membagi tugas. Membagikan selebaran, mengatur lampu-lampu, dan bersiap di belakang panggung untuk pertunjukan.
Pertunjukan apa?
Pertunjukan yang mereka persiapkan satu hari sebelum parade.
Stan klub biologi menghadap langsung ke panggung, apabila sudah selesai kunjungan Pak Menteri dan rencana awal mereka, para anggota yang berdiri di stan akan menyaksikan pertunjukan dari rencana baru dan tujuan baru. Mendapat keadilan.
Yang berada di belakang panggung adalah Han, Kanali, dan Jibar. Naila mendapat tugas mengatur lampu dan Davine yang membagikan selebaran produk, menarik minat siswa-siswi undangan sebanyak mungkin.
***
Sampai pukul dua belas, pameran hari ini berjalan sesuai rencana. Ada banyak siswa dan siswi yang tertarik mengunjungi stan mereka, juga para guru yang baru mengetahui penelitian tersebut, memotret, membagikan di sosial media. Tapi yang paling penting sekarang adalah Pak Menteri yang belum juga sampai.
Arin menunggu dengan gugup ketika akhirnya dia melihat ada segerombolan siswa yang berbaris di sisi gerbang masuk. Mereka memainkan alat musik tradisional di sisi-sisi saat melintas sebuah mobil alphard berwarna hitam metalik. Menyambut kedatangan seseorang.
Akhirnya datang. Itu Pak Menteri!
Arin tanpa sadar menahan napas, membetulkan dasi dan seragamnya dengan tegang. Matanya mengawasi mobil Pak Menteri, menanti-nanti kapan penghuni mobil itu keluar dari sana. Ryan dan Bulan saling lirik, mereka juga tegang, namun rasanya lucu melihat Arin menunjukkan ekspresi takut seperti ini.
Bulan menepuk bahu Arin, mengangguk mantap.
"Kita pasti bisa melakukannya." Ujarnya dari sisi kanan Arin dengan wajah yakin.
Dari sebelah kiri Arin, Ryan juga memberikan senyum tulus. "Kita pasti bisa melakukannya dengan baik."
Arin balas menatap keduanya, mengangguk yakin. Kegugupannya pudar perlahan-lahan, dia mengikuti ucapan Bulan dan Ryan.
"Kita pasti bisa melakukannya."
Arin, Bulan, dan Ryan yang berada di stan melakukannya dengan baik. Ketika Pak Menteri akhirnya mampir ke stan mereka ditemani kepala yayasan, Arin menjelaskan produknya dengan lancar dan alasan mengapa mereka merancang penelitian tersebut. Tak hanya menunjukkan kelebihan produk, Arin juga menunjukan dengan jelas kenapa orang-orang di timnya perlu dukungan lebih untuk memajukan ilmu hayat di negara mereka.
Setelah Pak Menteri meminta nomor ponsel Arin dan berlalu, panggung yang awalnya menampilkan video mengharukan kesan dan pesan para alumni berubah menjadi video kosong. Han naik ke atas panggung, dia mengambil alih mikrofon si pembawa acara yang tengah beristirahat sambil menikmati kudapan di sisi panggung.
"Selamat siang para hadirin yang terhormat. Saya Han Adzirin. Izinkan saya menyela sedikit acara kita hari ini, karena saya punya sesuatu untuk ditunjukan untuk teman-teman dan Bapak Menteri, juga kepala yayasan, yang masih berdiri di dekat stan klub biologi saat ini."
Pak Menteri yang sedang melihat stan selanjutnya berhenti, dia menoleh dan mengalihkan fokusnya ke panggung saat mendengar panggilan itu tertuju untuknya.
"Bapak baru saja melihat penelitian kami, kan? Apa bapak tahu, bahwa ketua klub kami yang tadi menjelaskan tentang penelitian yang kami kerjakan bersama-sama satu tahun ini, baru saja diancam oleh kepala sekolah kami sendiri?"
Kepala sekolah yang duduk di kursi terdepan terkesiap. Dia segera meneriaki Han untuk turun. Namun Han tidak gentar demi melihat perhatian Bapak Menteri yang saat ini tertuju padanya.
"Itu karena minggu lalu, penelitian kami dicuri oleh putri tunggal kepala sekolah kami. Kemudian, dia mengancam Arin Tarim untuk menghapus bukti bahwa putrinya sudah mencuri hak kami dan mencabut rekomendasinya demi keuntungan pribadinya."
Wajah kepala sekolah merah padam, di sebelahnya ada wakil kepala yayasan. Dia hendak berdiri dan menarik Han turun, tetapi wakil kepala yayasan yang juga ikut tertarik meneriaki dia untuk duduk kembali.
"Apakah perkataan saya ini bisa dipercaya oleh bapak kepala yayasan dan bapak menteri? Tentu saja bisa kalau saya memiliki bukti." Han tersenyum, dia membungkuk, minggir ke sisi panggung. Dari balik layar, Jibar sudah mengambil alih kontrol proyektor panggung dengan Kanali yang tengah menyebarkan seluruh bukti di grup wali murid dari ponsel Ibu Arin yang dipinjamkan pagi ini. Bukti itu diputar.
Dari empat speaker besar di panggung, terdengar suara kepala sekolah dan obrolannya dengan Arin kemarin.
“Penawarannya hanya dua. Hapus seluruh hasil penyelidikan ilegal itu dan kamu bisa lulus dengan aman, saya takkan mengusut kasusnya. Atau, kamu dikeluarkan dengan tidak terhormat bersama teman-temanmu karena melakukan aksi pencurian data siswa lain di ruangan kepala sekolah. Pilihan pertama adalah pilihan terbaik, karena kamu sekalian menyelamatkan teman-temanmu.”
“Tapi, bagaimana dengan surat rekomendasi saya? Tanpa itu, saya tidak bisa masuk perguruan tinggi yang bagus.”
“Saya tidak bisa mengeluarkan itu karena kamu telah melakukan pelanggaran fatal.”
“Tapi… tapi kami mencurinya karena bapak tidak mau memberikannya. Itu karena bapak berusaha menutupi kejahatan putri bapak. Lantas kenapa bapak harus menghukum saya?”
“Saya harus menghukum kamu, begitulah peraturannya. Ini sudah keputusan hukuman paling ringan. Kamu ketahuan mencuri.”
“Putri bapak juga ketahuan mencuri! Dia merugikan saya, merugikan seluruh klub biologi dan merugikan bapak!”
“Kalian merugikan seluruh siswa di sekolah ini dengan mencuri data mereka.”
“Kami hanya melihat data ukuran sepatu karena itulah satu-satunya yang kami punya untuk melanjutkan penyelidikan, untuk mendapatkan keadilan. Mengapa bapak perlu mencatat itu sebagai pelanggaran sementara bapak berusaha menutupi kejahatan putri bapak dengan tidak memberikan data tersebut pada kami?”
Siswa-siswa lain yang mendengarkan rekaman itu terkesiap, tidak sangka dengan apa yang mereka dengar. Bisik-bisik mulai memenuhi setiap stan. Siswa dari sekolah lain turut merekam panggung, merasa bahwa kejadian ini patut diviralkan.
Layar proyektor yang awalnya kosong kini memutar sebuah video dari dasbor mobil Naila. Video yang menyorot seorang perempuan dengan rambut ikal yang khas. Semua siswa di sekolah tahu siapa pemilik rambut tersebut yang di dalam kamera terekam tengah memegang sebuah kotak di depan gerbang saat hujan deras. Kemudian dalam video itu tampak Naila yang keluar dari mobil kemudian meneriaki nama Bona.
Pak Menteri tampak mendengarkan dengan saksama dari tempatnya, begitupula Arin dan anggota lain yang tampak menikmati pertunjukan. Sementara itu, Han melampirkan bukti lain, memanggil Naila untuk bersaksi ke atas panggung, menunjukkan hasil penyelidikan, sehingga kepala sekolah memerah seperti terbakar di kursinya karena tak bisa mengelak lagi. Inilah akibat dari tingkah putri yang selama ini dia tekan untuk menjadi yang terbaik.
Hari itu, pada hari pameran, saat ulang tahun sekolah yang ke tiga puluh, kepala sekolah baru yang menjabat selama satu setengah tahun itu disidang oleh kepala Yayasan, dikeluarkan dengan tidak terhormat. Wali-wali murid yang mendapat informasi dari grup mengajukan banyak protes untuk membawa permasalahan ini ke sidang hukum, menuntut agar hal seperti ini tidak terjadi lagi sebab akan mengancam masa depan anak mereka jika bertemu murid macam Bona yang menggunakan kekuasaan ayahnya.
Kejadian itu merupakan kejadian fenomenal yang tidak pernah ada sebelumnya.
Arin dan tim detektif yang menyelinap malam itu mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf. Beruntung, kepala yayasan memaklumi tindakan mereka dan berjanji akan memajukan klub biologi, memberikan anggaran sebagaimana yang seharusnya dilakukan pada klub yang berhasil membuktikan bahwa anggotanya mampu menciptakan sesuatu. Arin berjanji, sampai kelulusannya, dia akan tetap membuat klub aktif dan merekrut lebih banyak anggota yang memiliki semangat untuk belajar.
Hari itu menjadi hari yang panjang parade tidak berlangsung sampai akhir namun seluruh anggota inti diinterogasi oleh kepala yayasan. Kasus ini perlu diselesaikan. Kekacauan hari ini membuat keputusan terbaik untuk masa depan para siswa.
Hari ini, mimpi mereka berhasil terwujud. Produk mereka dilihat Pak Menteri, kepala yayasan berjanji akan memajukan klub, kemudian penghambat mereka telah diusir pergi.
Arin tidak ingin kejadian ini menimpanya lagi di kemudian hari, namun, kejadian ini telah membuatnya belajar banyak. Tentang arti para anggota inti untuknya, tentang perjuangan, identitas baru, dan petualangan baru.