Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pulang Selalu Punya Cerita
MENU
About Us  

Aluna duduk di ruang tamu rumah yang terasa asing, meskipun ia sudah lama meninggalkannya. Semua perabotan di sini seperti tak berubah, tapi ada sesuatu yang terasa berbeda. Ada kesan kosong di antara benda-benda yang tak bergerak, seolah waktu telah mengabaikan rumah ini, meninggalkannya begitu saja.

Di depan meja kayu yang sudah agak usang, Aluna melihat sebuah album foto tua tergeletak. Ia merasa ada sesuatu yang menarik hatinya untuk membuka album itu, meski sudah lama sekali ia tidak membuka halaman-halaman kenangan itu. Tangan Aluna ragu-ragu, namun kemudian dengan perlahan ia membuka album yang sudah lama terlupakan itu. Halaman pertama menunjukkan foto keluarga mereka saat masih lengkap. Wajah-wajah muda yang penuh tawa, tangan yang saling menggenggam erat, dan senyuman yang begitu alami. Ibu dan Ayah duduk di tengah, dengan Aluna dan adiknya, Dimas, berdiri di kedua sisi. Di belakang mereka, langit biru yang cerah dan pohon-pohon yang tumbuh subur menjadi latar belakang yang sempurna. Semua terlihat bahagia, seolah dunia ini tak punya masalah.

Aluna mengusap foto itu dengan jari, perasaan nostalgia begitu kuat. "Kenapa rasanya aku lupa dengan semua kebahagiaan itu?" gumamnya pelan. Di balik senyum-senyum itu, ia merasa ada rasa kehilangan yang begitu dalam. Ia beralih ke halaman berikutnya. Foto saat ia masih kecil, mengenakan gaun putih dengan pita besar di kepala, diambil pada hari ulang tahunnya yang ke-sembilan. Dimas, yang kala itu berusia lima tahun, memegang balon berwarna merah yang lebih besar dari tubuhnya. Ibu dan Ayah berdiri di samping mereka, senyum mereka menyebar lebar.

Dari balik foto itu, Aluna bisa merasakan suara tawa Ibu yang riang, suara Dimas yang merengek ingin balonnya dibawa terbang, dan suara Ayah yang menenangkan semuanya. Semua kenangan itu kini terasa seperti mimpi. Sebuah mimpi yang begitu indah, namun kini tak bisa diraih lagi. Tangan Aluna gemetar saat membuka halaman-halaman berikutnya. Foto-foto itu bukan hanya mengingatkan pada kebahagiaan, tetapi juga pada perpisahan. Ada foto ketika ia dan Dimas mengenakan seragam sekolah, tersenyum lebar di depan gerbang sekolah yang dulu mereka datangi setiap hari. Foto-foto itu seolah menceritakan cerita tentang hari-hari penuh harapan yang kini terasa jauh, seolah sudah terhapus oleh waktu.

"Kenapa kita bisa berubah begitu cepat?" tanya Aluna dalam hati. Ia merasa seperti seorang pengunjung di dalam hidupnya sendiri, melihat masa lalunya yang sudah begitu jauh. Satu foto menarik perhatian Aluna lebih dari yang lainnya. Itu adalah foto keluarga mereka yang diambil beberapa tahun lalu, sebelum semuanya berubah. Ia ingat betul hari itu. Cuacanya cerah, dengan angin sepoi-sepoi yang menyapa kulit. Ayah baru saja datang dari luar kota, membawa oleh-oleh yang selalu membuat Dimas dan Aluna terkesan. Mereka berkumpul di ruang tamu, tertawa bersama sambil menikmati makanan yang Ayah bawa pulang. Tak ada yang tahu bahwa itu adalah salah satu hari terakhir mereka semua bersama-sama di rumah ini.

"Kenapa kita nggak bisa tetap seperti dulu?" pikir Aluna. Kenapa kebahagiaan itu selalu terasa begitu singkat?

Tiba-tiba, ia merasa sebuah dorongan untuk melanjutkan membuka halaman album itu, meski berat rasanya. Ia tak ingin mengingat terlalu banyak, namun di sisi lain, ia merasa kehilangan yang begitu dalam jika tak melanjutkan. Halaman demi halaman terbuka. Ada foto liburan keluarga mereka di pantai. Ada foto di kebun belakang rumah yang dulu menjadi tempat bermain mereka. Ada foto-foto perjalanan ke luar kota yang menyenangkan, yang kini terasa hanya sebagai kenangan yang terabaikan.

Di halaman terakhir, Aluna menemukan foto yang paling menyentuh hatinya. Foto itu diambil saat malam tahun baru, tepat sebelum ia memutuskan untuk pergi jauh. Malam itu penuh tawa, suara kembang api yang memecah keheningan malam, dan wajah-wajah yang bersinar karena kebahagiaan. Dimas, yang saat itu baru berusia 10 tahun, tampak menggenggam tangan Aluna dengan erat, meminta agar ia tetap tinggal, agar mereka tetap bersama. Ayah dan Ibu, meskipun tak mengucapkan kata-kata itu, menunjukkan lewat tatapan mata mereka yang penuh harapan dan cinta. Aluna menutup album foto itu, perasaan di dalam dadanya begitu berat. Ia merasa seperti kembali ke rumah setelah sekian lama, namun kenyataannya, rumah itu kini terasa kosong. Bukan karena tak ada orang di dalamnya, tetapi karena sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang telah hilang, entah karena waktu atau keputusan yang harus ia ambil.

"Kenapa aku harus pergi begitu lama?" tanya Aluna pada dirinya sendiri. Ada sebuah kekosongan yang tak bisa dijelaskan, meskipun ia kini berada di tempat yang dulu ia sebut rumah.

Ia mendongak ke langit yang semakin gelap, melihat bintang-bintang yang perlahan muncul. Mungkin, jawabannya bukan pada apa yang hilang, tapi pada apa yang bisa ia temukan dari semua kenangan ini. Rumah, dalam setiap bentuknya, akan selalu memanggil pulang—meskipun terkadang kita tak tahu lagi apakah kita masih bisa kembali ke sana seperti dulu.

Dengan album foto itu di tangannya, Aluna tahu bahwa ia harus belajar untuk menerima. Menerima bahwa hidup tak selalu sesuai dengan harapan, bahwa waktu tak bisa diputar kembali. Namun, setiap kenangan itu tetap ada, tetap hidup di dalam dirinya.

Dimas datang menghampirinya, duduk di sampingnya, dan memandang album foto yang terbuka di atas meja. Mereka berdua terdiam, merenungi masa lalu yang tak pernah bisa mereka ulang. "Kadang, aku merasa kita sudah terlalu lama hidup di dunia yang berbeda," kata Dimas dengan suara pelan. "Tapi aku juga tahu, kita punya cerita yang selalu menghubungkan kita."

Aluna mengangguk, merasa ada kehangatan dalam kata-kata Dimas. Mungkin, cerita-cerita itu, meskipun tersembunyi dalam album foto yang terabaikan, tetap hidup dalam hati mereka berdua. Kenangan itu tak akan pernah hilang, meski mereka sudah berjalan jauh dari rumah.

"Ya, kita punya cerita yang tak akan terlupakan," jawab Aluna, dengan suara yang lebih tenang. Di luar, langit semakin gelap, dan malam pun mulai menyelimuti rumah mereka. Namun, di dalam hati Aluna, bintang-bintang yang bersinar di langit malam itu memberikan harapan baru. Harapan bahwa meskipun segala sesuatu berubah, kenangan yang tercipta bersama orang-orang yang kita cintai akan selalu mengingatkan kita untuk pulang.

Dan terkadang, pulang itu bukan soal tempat, tetapi soal menemukan kembali bagian dari diri yang hilang, yang terlupakan. Karena rumah, seperti album foto yang terabaikan, selalu memiliki cerita yang pantas untuk diceritakan lagi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ibu
555      332     5     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...
Abnormal Metamorfosa
2484      905     2     
Romance
Rosaline tidak pernah menyangka, setelah sembilan tahun lamanya berpisah, dia bertemu kembali dengan Grey sahabat masa kecilnya. Tapi Rosaline akhirnya menyadari kalau Grey yang sekarang ternyata bukan lagi Grey yang dulu, Grey sudah berubah...Selang sembilan tahun ternyata banyak cerita kelam yang dilalui Grey sehingga pemuda itu jatuh ke jurang Bipolar Disorder.... Rosaline jatuh simpati...
Sampai Kau Jadi Miliku
1882      893     0     
Romance
Ini cerita tentang para penghuni SMA Citra Buana dalam mengejar apa yang mereka inginkan. Tidak hanya tentang asmara tentunya, namun juga cita-cita, kebanggaan, persahabatan, dan keluarga. Rena terjebak di antara dua pangeran sekolah, Al terjebak dalam kesakitan masa lalu nya, Rama terjebak dalam dirinya yang sekarang, Beny terjebak dalam cinta sepihak, Melly terjebak dalam prinsipnya, Karina ...
ARRA
1401      655     6     
Romance
Argana Darmawangsa. Pemuda dingin dengan sebentuk rahasia di balik mata gelapnya. Baginya, hidup hanyalah pelarian. Pelarian dari rasa sakit dan terbuang yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, sikap itu perlahan runtuh ketika ia bertemu Serra Anastasya. Gadis unik yang selalu memiliki cara untuk menikmati hidup sesuai keinginan. Pada gadis itu pula, akhirnya ia menemukan kembali sebuah 'rumah'...
Aku Biru dan Kamu Abu
885      523     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
sulit melupakanmu
144      109     0     
True Story
ini cerita tentang saya yang menyesal karena telah menyia nyiakan orang yang sangat cinta dan sayang kepada saya,dia adalah mantan saya
Ruang Suara
379      276     1     
Inspirational
Mereka yang merasa diciptakan sempurna, dengan semua kebahagiaan yang menyelimutinya, mengatakan bahwa ‘bahagia itu sederhana’. Se-sederhana apa bahagia itu? Kenapa kalau sederhana aku merasa sulit untuk memilikinya? Apa tak sedikitpun aku pantas menyandang gelar sederhana itu? Suara-suara itu terdengar berisik. Lambat laun memenuhi ruang pikirku seolah tak menyisakan sedikitpun ruang untukk...
Gue Mau Hidup Lagi
458      302     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
7517      2347     13     
Romance
Hidup Yoga berubah total setelah membeli sepatu butut dari seorang pengemis. Sepatu yang tak bisa dibuang dan selalu membawa sial. Bersama Hendi, teman sekosnya, Yoga terjebak dalam kekacauan: jadi intel, menyusup ke jaringan narkoba, hingga menghadapi gembong kelas kakap. Di tengah dunia gelap dan penuh tipu daya, sepatu misterius itu justru jadi kunci penyelamatan. Tapi apakah semua ini nyata,...
Simfoni Rindu Zindy
2323      1398     0     
Inspirational
Zindy, siswi SMA yang ceria dan gigih, terpaksa tumbuh lebih cepat sejak ayahnya pergi dari rumah tanpa kabar. Di tengah kesulitan ekonomi dan luka keluarga yang belum sembuh, Zindy berjualan di sekolah demi membantu ibunya membayar SPP. Bermodal keranjang jinjing dan tekad baja, ia menjadi pusat perhatian terkadang diejek, tapi perlahan disukai. Dukungan sahabatnya, Rara, menjadi pondasi awal...