Loading...
Logo TinLit
Read Story - SONGS OF YESTERDAY
MENU
About Us  

Molly menoleh ke sekitarnya, mendapati seluruh tanaman dan tanah mengering. Hatinya berdenyut perih.

"Bagaimana ini?" tangisnya pada Hugo.

Hugo mendesah berat. Ia kemudian merengkuh tubuh sepupunya, menggendongnya dalam pelukan. "Sudah kukatakan padamu agar tidak pergi dari rumah. Bukan hanya kasus semalam, tapi juga karena ini."

Molly mencengkeram kemeja Hugo, menenggelamkan wajahnya pada dada sepupunya sambil terus menangis. Laki-laki bermata biru itu menarik tudung sepupunya, lalu memeluknya semakin erat dalam gendongan.

"Ayo pulang," kata Hugo lembut. Ia melangkah meninggalkan pemakaman bersama. "Kau menjadi destruktif saat sedang marah begini."

Hingga beberapa saat kemudian, Molly tiba-tiba menghela napas panjang. Kelopak matanya masih berat, tapi hatinya mulai sedikit lebih ringan. Kini mereka berjalan melintasi gang kecil yang berkelok dengan Hugo yang masih menggendongnya.

"Sejak kapan kau bertindak seperti pria sejati begini?" gumam Molly, masih serak. "Seperti bukan dirimu saja."

Hugo terkekeh, tapi tawanya terdengar kaku. "Aku sudah berumur dua puluh satu, ya, sudah dihitung pria dewasa sekarang."

"Kau masih terlalu kecil buatku." Molly melirik sekilas, lalu mengusap wajahnya yang basah.

"Pft, kita cuma beda tiga bulan. Jangan berlagak menjadi seorang kakak. Aku ini anak tunggal."

"Secara teknis, aku juga anak tunggal." Molly mengangkat bahu, sedikit tersenyum.

Hugo menaikkan satu alisnya. "Maksudmu yatim piatu? Kalau itu sih, iya."

"Kau terlalu blak-blakan. Apakah semua orang ber-essentia api selalu bicara tanpa difilter begitu?" Molly memprotes sambil memutar matanya kesal.

Kali ini, laki-laki bermata biru itu benar-benar tertawa. Ia mempererat pelukannya, memastikan agar Molly tidak terjatuh. "Iya. Aku tahu, Molly. Maafkan aku."

Sekarang, keduanya melintasi jembatan penghubung yang tidak jauh dari rumah mereka. Selama itu pula, Molly menempel pada sepupunya, seakan Hugo adalah satu-satunya pegangan yang dapat menyelamatkannya dari kehancuran mental dan emosinya sendiri. Ketika kenangan akan Rolan dan saudarinya muncul, Molly akan semakin menguatkan genggamannya pada baju sepupunya.

Hugo melirik sepupunya. "Kita hampir sampai."

"Mm," Molly menggumam, menatap kakinya yang masih diayun-ayun Hugo. "Boleh kau menurunkanku sekarang?"

"Tidak," jawab Hugo santai. "Kau masih terlalu lemah untuk berjalan sendiri."

Molly mendesah panjang. "Terserah."

Selama perjalanan itu, Molly merasakan bagaimana Hugo semakin mengeratkan pegangan padanya. Bukan karena tubuhnya yang ringan atau semacamnya---dia tahu betul itu bukan alasan yang sebenarnya. Sejak hari itu, sejak segalanya berubah, Hugo juga ikut berubah.

Laki-laki bermata biru itu kerap kali menghabiskan waktu bersama Molly, seakan tak ingin membiarkannya sendirian terlalu lama. Entah karena tanggung jawab atau hal lain yang tak pernah terucap, Hugo selalu ada. Bahkan kini, dia menjadi mentornya dalam mengendalikan essentia.

Karena, sejak saat itu pula, emosi Molly menjadi tidak stabil. Kadang-kadang, tanaman liar menjalar begitu saja di rumah mereka, seakan tumbuh dari kegelisahan si Pembisik Daun. Di lain waktu, kebun belakang rumah justru mengering begitu saja, seakan ikut merasakan kekosongan pada hati Molly.

"Kau ingat monyet capuchin kecil yang kita lihat kemarin malam?" Molly bertanya, tepat saat Hugo menggendongnya naik melintasi tangga menuju kamarnya.

"Hm, aku tidak tahu. Apa warnanya?" Hugo balik bertanya sambil mendorong pintu kamar Molly.

"Putih."

Hugo mengernyitkan dahi. "Aku ingat, dia ada di dalam kandang sirkus, kan?"

"Sirkus?" Molly membeo seraya turun dari gendongan Hugo.

"Yah. Dari lambang penutup kandangnya, aku pikir itu dari kelompok sirkus yang datang dari Tanah Utama." Hugo duduk di sebelah Molly di tepi ranjang.

Molly terdiam sejenak. Dia pernah mendengar tentang sirkus terkenal di Tanah Utama yang sering melakukan tur. Kedatangannya tidak bisa diprediksi. Tidak ada yang tahu kapan sirkus itu akan buka lagi. Kesempatan bagus!

"Memangnya ada acara apa sampai ada sirkus di Nevervale?" pancing Molly.

Hugo menaikkan bahunya acuh tak acuh. "Apalagi kalau bukannya menghibur saat festival?"

"Festival?" Molly menaikkan satu alis kiri.

Hugo tertegun, seakan menyadari suatu hal.

Bingo! Dia keceplosan.

"Ah, ya. Putra Mahkota dikabarkan akan tiba di Nevervale besok malam. Yah, kau tahu sendiri, jarak desa kita jauh dari ibu kota, dan mereka pasti ingin memastikan kita ... tetap setia pada mereka." Hugo melirik Molly sekilas sebelum melanjutkan, suaranya lebih lembut. "Tapi jangan terlalu dipikirkan. Aku akan memastikan kau tetap aman."

Ah, Molly hampir lupa. Semenjak hari itu, Hugo diangkat menjadi anggota Unit Elite Desa Nevervale untuk menggantikan posisi Agatha. Sudah pasti laki-laki berambut gelap ini tahu berita-berita tentang Kerajaan Ethadel, terutama agenda Putra Mahkota.

"Jika Putra Mahkota datang, lalu kenapa sampai ada festival?" tanya Molly penuh selidik.

"Untuk menyambut Putra Mahkota." Hugo lantas menurunkan senyumannya, seakan tahu apa yang dipikirkan sepupunya. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Molly, tapi jari-jarinya menggenggam, tidak pernah benar-benar menyentuhnya. "Tapi, aku tidak bisa mengizinkan kau pergi, Molly. Para prajurit pasti sedang mencarimu. Tolong tetaplah di sini untuk sementara waktu."

"Aku baik-baik saja." Molly memalingkan wajahnya.

"Jangan bertindak bodoh, Molly." Hugo menarik napas, suaranya merendah. "Pandia ... Agatha ... kau tahu keluarga Edagon sudah kehilangan banyak anak perempuannya." Dia menggeleng pelan. "Aku tidak bisa kehilanganmu juga, sepupu."

Molly menghela napas panjang, bahunya merosot. "Sangat tidak adil kau dan Paman pergi ke festival untuk menyambut Putra Mahkota, sedangkan aku di sini bersama Ibumu."

"Aku di sana karena sudah tugasku menjadi prajurit. Ayah di sana karena berjualan." Hugo mencubit hidung Molly pelan. "Tolong, tetaplah di sini sampai aku pulang besok pagi. Oke?"

Perempuan berambut emas itu mendesah, "Baik, baik. Aku akan tetap di sini bersama Bibi."

Tapi, Hugo menatap penuh curiga. "Janji?"

"Janji!" Molly mengangguk cepat.

Hugo menepuk pahanya, kemudian bangkit dari duduk. Ia membalikkan badan, menatap Molly lembut. "Baiklah, aku akan pergi ke pangkalan. Jauhi masalah selama aku pergi, tolong jaga Ibuku juga."

Molly tersenyum dan memberikan sikap hormat. "Siap, Kadet Edagon!"

"Jika kau tahu pangkatku, berarti kau juga tahu aku bisa menangkapmu kalau-kalau kau melanggar aturan lagi, bukan?" Hugo melipat tangannya di dada.

"Iya, iya, aku tahu." Molly memutar matanya.

Hugo tertawa kecil. Tangannya terulur untuk mengacak rambut sepupunya. "Iyamu terdengar tidak tulus. Aku bisa tahu nadamu, Molly."

Molly mengerang jengkel, mendorong tangan Hugo menjauh dari rambutnya. Pria itu hanya terkekeh sebelum melambaikan tangan dan beranjak pergi.

Begitu pintu tertutup sepenuhnya, Molly mengembuskan napas panjang. Perlahan, senyum penuh arti terukir di wajahnya. Raut patuhnya menghilang, berganti dengan kilatan licik di matanya—dia sudah memiliki rencana yang sama sekali tidak sesuai dengan janji manisnya barusan.

"Sirkus, ya?"[]


Note: Aku akan melanjutkan buku ini di bulan Desember 2025. Terima kasih telah membaca hingga bab 4! Jangan ragu untuk bercengkrama denganku di instagram:@theeliyen.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Savior
4485      1622     10     
Fantasy
Kisah seorang yang bangkit dari kematiannya dan seorang yang berbagi kehidupan dengan roh yang ditampungnya. Kemudian terlibat kisah percintaan yang rumit dengan para roh. Roh mana yang akan memenangkan cerita roman ini?
Finding Home
2002      951     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Kebaikan Hati Naura
647      366     9     
Romance
Naura benar-benar tidak bisa terima ini. Ini benar-benar keterlaluan, pikirnya. Tapi, walaupun mengeluh, mengadu panjang lebar. Paman dan Bibi Jhon tidak akan mempercayai perkataan Naura. Hampir delapan belas tahun ia tinggal di rumah yang membuat ia tidak betah. Lantaran memang sudah sejak dilahirikan tinggal di situ.
Mengejarmu lewat mimpi
2204      881     2     
Fantasy
Saat aku jatuh cinta padamu di mimpiku. Ya,hanya di mimpiku.
Harsa untuk Amerta
298      238     0     
Fantasy
Sepenggal kisah tak biasa berlatar waktu tahun 2056 dari pemuda bernama Harsa sang kebahagiaan dan gadis bernama Amerta sang keabadian. Kisah yang membawamu untuk menyelam lebih dalam saat dunia telah dikuasai oleh robot manusia, keserakahan manusia, dan peristiwa lain yang perlahan melenyapkan manusia dari muka bumi. Sang keabadian yang menginginkan kebahagiaan, yang memeluk kesedihan, yan...
Ignis Fatuus
2105      798     1     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...
Bee And Friends
3271      1239     1     
Fantasy
Bee, seorang cewek pendiam, cupu, dan kuper. Di kehidupannya, ia kerap diejek oleh saudara-saudaranya. Walau kerap diejek, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Di dunianya, ia suka sekali menulis. Nyatanya, dikala ia sendiri, ia mempunyai seseorang yang dianggap sebagai "Teman Khayalan". Sesosok karakter ciptaannya yang ditulisnya. Teman Khayalannya itulah ia kerap curhat dan mereka kerap meneman...
Anderpati Tresna
2693      1049     3     
Fantasy
Aku dan kamu apakah benar sudah ditakdirkan sedari dulu?
Gloomy
615      403     0     
Short Story
Ketika itu, ada cerita tentang prajurit surga. Kisah soal penghianatan dari sosok ksatria Tuhan.
CHANGE
489      349     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...