Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari
MENU
About Us  

Hari ini, aku bangun dengan perasaan yang berat. Matahari bersinar cerah di luar jendela, burung-burung berkicau riang, tapi hatiku terasa mendung. Aku duduk di tepi tempat tidur, menatap lantai yang dingin, mencoba mengumpulkan semangat untuk memulai hari. Aku tahu, aku harus bangkit. Ada pekerjaan yang menunggu, ada orang-orang yang mengandalkanku. Tapi tubuhku enggan bergerak, pikiranku penuh dengan keraguan. Aku mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Aku akan baik-baik saja," bisikku pada diri sendiri. Tapi kemudian aku menambahkan, "Tapi tidak hari ini."

Dan itu tidak apa-apa.

Aku belajar bahwa tidak setiap hari harus produktif. Tidak setiap hari harus penuh semangat. Ada hari-hari di mana aku hanya ingin diam, merenung, dan merasakan segala emosi yang datang. Aku membuat secangkir teh hangat, duduk di balkon, dan membiarkan diriku merasakan kesedihan yang datang. Aku tidak mencoba mengusirnya, tidak mencoba menutupi dengan senyuman palsu. Aku hanya membiarkannya ada. Karena aku tahu, dengan menerima perasaan ini, aku memberi ruang bagi diriku untuk sembuh. Aku menulis di jurnal, menuangkan segala pikiran dan perasaan yang mengganggu. Menulis membantuku memahami diriku sendiri, membantuku melihat bahwa perasaan ini adalah bagian dari proses.

Aku juga menghubungi sahabatku, menceritakan apa yang aku rasakan. Kami berbicara lama, tertawa bersama, dan aku merasa sedikit lebih ringan. Hari ini, aku memilih untuk tidak memaksakan diri. Aku memilih untuk memberi diriku waktu dan ruang untuk merasakan, untuk beristirahat, untuk menyembuhkan.

Dan aku tahu, besok mungkin akan lebih baik.

Karena aku percaya, aku akan baik-baik saja.

Tapi tidak hari ini.

Aku menatap cangkir teh di tangan, membiarkan kehangatan meresap ke dalam tubuhku. Ada sesuatu yang menenangkan dalam rutinitas sederhana ini, seperti tubuhku dan hatiku mulai beradaptasi dengan kenyataan bahwa tidak setiap hari perlu sempurna. Terkadang, membiarkan diri untuk tidak merasa baik-baik saja adalah langkah pertama menuju pemulihan yang lebih tulus. Aku sadar bahwa di luar sana banyak orang yang berharap aku bisa segera "baik-baik saja". Mereka yang berharap aku kembali ceria, penuh semangat, dan terus melangkah. Tetapi aku tahu, mereka tidak tahu betapa besar beban yang aku pikul dalam diam. Aku tidak ingin membuat mereka merasa bersalah, tetapi juga tidak ingin berpura-pura.

Terlalu sering aku merasakan tekanan untuk selalu kuat. Padahal, manusia—aku juga manusia—tidak selalu kuat. Tidak setiap hari bisa menjadi hari yang produktif dan penuh semangat. Hari ini adalah hari untuk berhenti sejenak, untuk tidak memaksakan senyum, untuk tidak merasa bersalah karena merasa lelah dengan semua yang ada. Aku ingat, seseorang pernah bilang padaku, "Terkadang, kita butuh berhenti sejenak untuk memahami apa yang kita rasakan, agar bisa lebih kuat saat melangkah lagi." Kata-kata itu mengingatkanku bahwa tidak ada yang salah dengan berhenti. Bahkan, terkadang itu adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk diri kita sendiri. Aku mengambil handphone dari meja, membuka beberapa pesan yang masuk. Beberapa dari teman-temanku, beberapa yang hanya sekadar menanyakan kabar, yang lainnya mengingatkan untuk menjaga diri. Semua pesan itu, meskipun singkat, memberiku rasa dihargai. Aku merasa tidak sendirian, meski di hari seperti ini, aku hanya ingin berdiam diri. Aku membalas salah satu pesan dari Tia, sahabatku yang paling mengerti. "Aku merasa capek, Tia. Aku tahu aku harus bangkit, tapi hari ini aku hanya ingin berhenti." Tia, dengan bijaknya, membalas, "Aku paham. Gak perlu selalu kuat, kamu berhak merasa lelah. Kamu berhak untuk istirahat."

Itu membuat hatiku terasa lebih ringan. Aku tersenyum, meskipun hanya sedikit. Terkadang, hal terkecil seperti itu bisa menjadi pelipur lara. Di luar, hujan mulai turun. Perlahan, gerimis menambah kedamaian di dalam hatiku. Suara tetesan air di atap terasa menenangkan, hampir seperti lagu pengantar tidur. Aku bangkit, berjalan menuju jendela, dan menatap langit yang mendung. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Hujan, seperti perasaanku, datang tanpa permisi. Namun, hujan ini juga akan berlalu, seperti halnya perasaan yang datang dan pergi.

Aku berpikir sejenak. Mungkin aku terlalu keras pada diriku sendiri. Mungkin aku terlalu sering menuntut lebih, padahal apa yang aku lakukan sudah cukup. Aku mulai memahami bahwa menjadi baik-baik saja tidak selalu berarti berjuang keras. Terkadang, menjadi baik-baik saja adalah tentang memberi izin pada diri sendiri untuk merasa, untuk bersedih, dan untuk tidak menjadi apa-apa selama beberapa saat. Aku memutuskan untuk menonton film, sesuatu yang ringan, tanpa harus memikirkan apa-apa. Hanya menonton, tertawa sedikit, dan membiarkan diriku larut dalam dunia yang jauh dari kenyataan. Kadang, dalam dunia fiksi, kita bisa menemukan kedamaian yang sulit kita temui di dunia nyata.

Film selesai, dan aku duduk di sofa dengan pikiran yang lebih tenang. Meski tubuhku tidak bergerak banyak hari ini, pikiranku lebih jernih. Aku tidak perlu merasa bersalah karena hari ini aku tidak produktif. Aku tidak perlu merasa buruk hanya karena tidak bisa selalu menjadi yang terbaik. Aku adalah aku, dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Tidak ada yang harus aku buktikan hari ini, selain memberi diri ruang untuk bernapas. Malam pun tiba. Aku memutuskan untuk tidur lebih awal. Aku berbaring di tempat tidur, merasakan kenyamanan selimut yang menutupi tubuhku. Meskipun hati ini tidak sepenuhnya ringan, setidaknya aku tahu bahwa aku akan baik-baik saja suatu hari nanti. Tidak sekarang, tetapi suatu saat nanti, semuanya akan lebih jelas.

Dan itu tidak apa-apa.

Aku memejamkan mata, dengan satu pikiran yang menenangkan: besok adalah hari baru. Besok, aku bisa mencoba lagi. Tetapi untuk malam ini, aku memberi izin pada diriku untuk hanya tidur dan melepaskan semua beban yang ada. Aku akan bangun di pagi hari dengan kekuatan baru, siap untuk menghadapi dunia. Tetapi untuk saat ini, aku biarkan diriku menjadi manusia biasa, yang juga butuh beristirahat.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Final Promise
170      2     0     
Romance
The Final Promise menceritakan kisah Ardan dan Raya, pasangan yang berjuang menghadapi kenyataan hidup yang pahit. Raya, yang tengah berjuang dengan penyakit terminal, harus menerima kenyataan bahwa waktunya bersama Ardan sangat terbatas. Meski begitu, mereka berdua berusaha menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan, berjuang bersama di tengah keterbatasan waktu. Namun, takdir membawa Ardan ...
PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
732      519     0     
Fan Fiction
Dazzle Lee Ghayari Rozh lahir dari keluarga Lee Han yang tuntun untuk menjadi fotokopi sang Kakak Danzel Lee Ghayari yang sempurna di segala sisi. Kehidupannya yang gemerlap ternyata membuatnya terjebak dalam lorong yang paling gelap. Pencarian jati diri nya di mulai setelah ia di nyatakan mengidap gangguan mental. Ingin sembuh dan menyembuhkan mereka yang sama. Demi melanjutkan misinya mencari k...
Heaven's Song
329      218     0     
Short Story
Kisah ini dideikasikan untuk : Orang-orang yang tanpa pamrih mendoakan dan mengharapkan yang terbaik. Memberi dukungan dengan ikhlas dan tulus. Terimakasih. Terimakasih karena kalian bersedia menunjukkan bahwa kasih tidak mengenal rentang waktu dan dimensi, Terimakasih juga karena kalian menunjukkan doa yang penuh kerendahan hati dan keikhlasan adalah hal yang terindah bagiNya.
Kertas Remuk
206      163     0     
Non Fiction
Tata bukan perempuan istimewa. Tata nya manusia biasa yang banyak salah dalam langkah dan tindakannya. Tata hanya perempuan berjiwa rapuh yang seringkali digoda oleh bencana. Dia bernama Tata, yang tidak ingin diperjelas siapa nama lengkapnya. Dia hanya ingin kehidupan yang seimbang dan selaras sebagaimana mestinya. Tata bukan tak mampu untuk melangkah lebih maju, namun alur cerita itulah yang me...
The Call(er)
2618      1463     11     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
My Private Driver Is My Ex
637      430     10     
Romance
Neyra Amelia Dirgantara adalah seorang gadis cantik dengan mata Belo dan rambut pendek sebahu, serta paras cantiknya bak boneka jepang. Neyra adalah siswi pintar di kelas 12 IPA 1 dengan julukan si wanita bermulut pedas. Wanita yang seperti singa betina itu dulunya adalah mantan Bagas yaitu ketua geng motor God riders, berandal-berandal yang paling sadis pada geng lawannya. Setelahnya neyra di...
Sebelah Hati
1586      876     0     
Romance
Sudah bertahun-tahun Kanaya memendam perasaan pada Praja. Sejak masih berseragam biru-putih, hingga kini, yah sudah terlalu lama berkubang dengan penantian yang tak tentu. Kini saat Praja tiba-tiba muncul, membutuhkan bantuan Kanaya, akankah Kanaya kembali membuka hatinya yang sudah babak belur oleh perasaan bertepuk sebelah tangannya pada Praja?
The Boy Between the Pages
2270      1155     0     
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
Metafora Dunia Djemima
158      130     2     
Inspirational
Kata orang, menjadi Djemima adalah sebuah anugerah karena terlahir dari keluarga cemara yang terpandang, berkecukupan, berpendidikan, dan penuh kasih sayang. Namun, bagaimana jadinya jika cerita orang lain tersebut hanyalah sebuah sampul kehidupan yang sudah habis dimakan usia?
TANPA KATA
31      27     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.