Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari
MENU
About Us  

Sore itu langit tidak sedang cerah. Tapi juga tidak mendung. Seperti perasaan yang menggantung di dalam dada: tidak sedih, tapi juga belum bisa dibilang lega. Aku duduk di bangku taman dengan secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Tidak jauh dari sana, anak-anak kecil berlarian sambil tertawa, tak peduli dunia sedang dalam kekacauan apa. Lucu ya, pikirku. Dunia orang dewasa penuh dengan rumus-rumus tak terlihat tentang bagaimana harus bersikap. Sedangkan dunia anak-anak cuma tentang berani tertawa dan jatuh tanpa takut. Mungkin kita semua pernah jadi bahagia… sebelum kita tahu apa itu kehilangan. Dan sore itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku memutuskan untuk benar-benar melepas seseorang. Bukan karena aku sudah tidak sayang, tapi karena aku akhirnya sadar: mempertahankannya justru menyakitiku lebih dalam.

---

Namanya Ayra. Nama yang dulu terasa manis saat kusebut, kini mulai terasa getir di ujung lidah. Kami pernah mengisi hidup satu sama lain. Tertawa bersama, menangis bersama, dan saling menggenggam ketika dunia terlalu dingin. Tapi nyatanya, tak semua yang saling menggenggam akan terus berjalan berdampingan. Banyak hal tak bisa kami selesaikan, meski kami sudah mencoba. Pertengkaran demi pertengkaran, luka demi luka, dan akhirnya jarak yang makin melebar. Sampai suatu hari, aku tidak bisa lagi menulis cerita kami dengan kalimat “kita”.

Ayra memilih pergi. Tapi kali ini, aku memilih tidak mengejarnya.

---

Banyak yang bilang, “kalau kamu sayang, kejar dia.” Tapi tidak banyak yang berani bilang, “kalau kamu sayang, biarkan dia bahagia meski bukan denganmu.” Dan di situlah pelajaran paling sulit dari cinta: menerima bahwa seseorang yang pernah jadi seluruh hidupmu… tidak harus menetap di hidupmu selamanya. Tentu saja aku pernah marah. Aku pernah merasa dikhianati. Pernah mengutuk takdir karena tak adil. Tapi setelah semua air mata habis, setelah semua pesan tak dibalas, aku hanya bisa duduk di sudut kamar, memeluk diriku sendiri dan berkata: “Cukup. Ini bukan tentang siapa yang salah. Ini tentang belajar melepaskan tanpa membenci.” Karena membenci itu melelahkan. Dan aku sudah terlalu lelah. Pernah ada malam ketika aku ingin menulis surat kebencian. Tapi akhirnya aku hanya menulis surat ke diriku sendiri:

"Hai kamu, terima kasih ya sudah bertahan sejauh ini. Meskipun kamu pernah merasa tidak cukup, kamu sudah mencoba dengan sepenuh hati. Dan itu sudah lebih dari cukup. Kamu boleh berhenti mengejar seseorang yang tidak lagi ingin dikejar. Kamu tidak gagal. Kamu hanya sedang belajar ikhlas."

Orang-orang bilang, waktu akan menyembuhkan. Tapi aku tahu, waktu tidak bekerja sendiri. Butuh keberanian untuk mengobati luka, bukan hanya menunggunya hilang. Butuh niat untuk benar-benar pulih. Dan dalam perjalananku memulihkan diri, aku belajar: melepaskan bukan akhir segalanya. Melepaskan justru adalah awal dari mencintai diri sendiri. Aku mulai menulis lagi. Tentang hari-hari tanpa Ayra. Tentang bagaimana rasanya tidur dengan bantal yang basah. Tentang rasa lapar yang hilang begitu saja. Tapi juga tentang langkah-langkah kecil yang aku ambil untuk kembali berdiri. Dan di sela-sela tulisan itu, aku menemukan diriku lagi. Bukan diriku yang bersamanya. Tapi diriku yang utuh meski sendiri.

---

Ayra mungkin tidak akan pernah membaca tulisan ini. Tapi kalau suatu hari dia menemukannya, aku ingin dia tahu: aku sudah memaafkan semuanya. Aku memaafkan kepergian yang tanpa pamit. Aku memaafkan janji-janji yang tak ditepati. Aku memaafkan malam-malam penuh tangis yang tak dia tahu. Dan yang paling penting: aku juga memaafkan diriku sendiri… karena sempat berharap terlalu lama.

---

Pagi ini, aku bangun dengan lebih ringan. Bukan karena aku sudah lupa, tapi karena aku sudah selesai berdamai. Aku tidak lagi menunggu notifikasi dari nomor yang sudah tak aktif. Aku tidak lagi berharap dia kembali. Aku sudah cukup dengan semua yang pernah kami punya. Lucunya, rasa sakit itu sekarang terasa seperti bekas luka yang bisa diceritakan sambil tersenyum. Seperti saat seseorang bertanya, “kamu pernah patah hati?” dan aku menjawab, “pernah… dan itu mengubahku.” Melepas seseorang bukan berarti menghapus kenangan. Tapi memilih menyimpannya dengan tenang. Tidak lagi meronta saat mengingat, tidak lagi menangis saat mengulang. Melepaskan bukan membuang, tapi menaruhnya di rak kenangan, lalu menutupnya pelan-pelan. Dan hari ini, di bangku taman yang sama, dengan kopi yang dingin, aku tersenyum sambil menatap langit. Aku tidak lagi menyesali apa yang hilang. Aku bersyukur pernah memilikinya. Dan aku lebih bersyukur karena akhirnya bisa benar-benar merelakannya.

Pesan Moral:

Melepaskan bukanlah kekalahan, melainkan kemenangan paling sunyi. Saat kita bisa menerima kenyataan, tanpa membenci. Saat kita mampu memaafkan, bahkan yang tak pernah minta maaf. Karena sejatinya, yang paling layak kita jaga bukanlah mereka yang pergi—tapi diri kita yang tetap bertahan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bunga Hortensia
1612      70     0     
Mystery
Nathaniel adalah laki-laki penyendiri. Ia lebih suka aroma buku di perpustakaan ketimbang teman perempuan di sekolahnya. Tapi suatu waktu, ada gadis aneh masuk ke dalam lingkarannya yang tenang itu. Gadis yang sulit dikendalikan, memaksanya ini dan itu, maniak misteri dan teka-teki, yang menurut Nate itu tidak penting. Namun kemudian, ketika mereka sudah bisa menerima satu sama lain dan mulai m...
Sebab Pria Tidak Berduka
112      93     1     
Inspirational
Semua orang mengatakan jika seorang pria tidak boleh menunjukkan air mata. Sebab itu adalah simbol dari sebuah kelemahan. Kakinya harus tetap menapak ke tanah yang dipijak walau seluruh dunianya runtuh. Bahunya harus tetap kokoh walau badai kehidupan menamparnya dengan keras. Hanya karena dia seorang pria. Mungkin semuanya lupa jika pria juga manusia. Mereka bisa berduka manakala seluruh isi s...
Ruang Suara
189      130     1     
Inspirational
Mereka yang merasa diciptakan sempurna, dengan semua kebahagiaan yang menyelimutinya, mengatakan bahwa ‘bahagia itu sederhana’. Se-sederhana apa bahagia itu? Kenapa kalau sederhana aku merasa sulit untuk memilikinya? Apa tak sedikitpun aku pantas menyandang gelar sederhana itu? Suara-suara itu terdengar berisik. Lambat laun memenuhi ruang pikirku seolah tak menyisakan sedikitpun ruang untukk...
Hello, Me (30)
19287      943     6     
Inspirational
Di usia tiga puluh tahun, Nara berhenti sejenak. Bukan karena lelah berjalan, tapi karena tak lagi tahu ke mana arah pulang. Mimpinya pernah besar, tapi dunia memeluknya dengan sunyi: gagal ini, tertunda itu, diam-diam lupa bagaimana rasanya menjadi diri sendiri, dan kehilangan arah di jalan yang katanya "dewasa". Hingga sebuah jurnal lama membuka kembali pintu kecil dalam dirinya yang pern...
Negaraku Hancur, Hatiku Pecah, Tapi Aku Masih Bisa Memasak Nasi Goreng
426      193     1     
Romance
Ketika Arya menginjakkan kaki di Tokyo, niat awalnya hanya melarikan diri sebentar dari kehidupannya di Indonesia. Ia tak menyangka pelariannya berubah jadi pengasingan permanen. Sendirian, lapar, dan nyaris ilegal. Hidupnya berubah saat ia bertemu Sakura, gadis pendiam di taman bunga yang ternyata menyimpan luka dan mimpi yang tak kalah rumit. Dalam bahasa yang tak sepenuhnya mereka kuasai, k...
Suara yang Tak Pernah Didengar
336      203     9     
Inspirational
Semua berawal dari satu malam yang sunyi—sampai jeritan itu memecahnya. Aku berlari turun, dan menemukan hidupku tak akan pernah sama lagi. Ibu tergeletak bersimbah darah. Ayah mematung, menggenggam palu. Orang-orang menyebutnya tragedi. Tapi bagiku, itu hanya puncak dari luka-luka yang tak pernah kami bicarakan. Tentang kehilangan yang perlahan membunuh jiwa. Tentang rumah yang semakin sunyi. ...
Cinderella And The Bad Prince
1266      838     11     
Romance
Prince merasa hidupnya tidak sebebas dulu sejak kedatangan Sindy ke rumah. Pasalnya, cewek pintar di sekolahnya itu mengemban tugas dari sang mami untuk mengawasi dan memberinya les privat. Dia yang tidak suka belajar pun cari cara agar bisa mengusir Sindy dari rumahnya. Sindy pun sama saja. Dia merasa sial luar biasa karena harus ngemong bocah bertubuh besar yang bangornya nggak ketul...
Monologue
523      353     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
Beyond Expectations
403      269     3     
Short Story
Unexpected things could just happen.
Singkirkan Peluh Samar
481      350     0     
Short Story
Menceritakan tentang seorang gadis yang dengan tabah dan jiwa bersemangat mencapai apa yang ia harapkan diantara kekurangan dan banyak orang yang tidak mendukung kerja kerasnya. Namun, itu tak bertahan lama, jati diri sang gadis pun akhirnya terungkap.