Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari
MENU
About Us  

Aku pernah marah banget sama diriku sendiri.

Bukan karena aku pernah gagal dalam sesuatu yang besar. Tapi karena aku merasa jadi orang yang terlalu mudah percaya, terlalu gampang jatuh hati, dan terlalu keras kepala mempertahankan sesuatu yang sudah jelas-jelas menyakitiku. Kalau diriku ini orang lain, mungkin udah kutampar bolak-balik sambil bilang, “Sadar, woy! Kamu tuh berharga!”

Tapi sayangnya, diriku ya... aku sendiri.

Dan semakin aku marah, semakin dalam aku terjebak di dalam labirin rasa bersalah. Rasa bersalah karena membiarkan diri ini disakiti. Rasa bersalah karena tidak cukup kuat untuk meninggalkan. Dan yang paling menyakitkan: rasa bersalah karena merasa gagal jadi versi terbaik dari diri sendiri. Waktu itu aku kira, memaafkan diri sendiri itu kayak drama Korea. Tinggal duduk di bangku taman, mata berkaca-kaca, lalu monolog, “Aku memaafkan diriku sendiri...” lalu angin bertiup pelan, dan hidup jadi indah lagi.

Ternyata tidak, bestie.

Memaafkan diri sendiri itu seperti membersihkan kamar yang sudah bertahun-tahun tidak dibersihkan. Banyak debu kenangan, tumpukan kekecewaan, dan sarang laba-laba rasa malu. Kadang, baru buka pintunya aja udah pengen nangis dan kabur.

Tapi aku tahu, kamar itu harus dibersihkan.

Suatu hari, aku duduk di warung kopi langganan, ngopi sambil bawa buku harian yang sudah lama nganggur. Niat awal mau nulis quotes-quotes healing biar terlihat produktif di story Instagram, tapi tiba-tiba tanganku malah nulis sesuatu yang bikin jantung berdebar:

"Aku maafin kamu, ya."

"Maaf karena selama ini aku terlalu keras sama kamu."

"Maaf karena aku selalu bilang kamu lemah, padahal kamu cuma lelah."

"Maaf karena aku selalu menyuruhmu tegar, padahal kamu cuma ingin dimengerti."

 

Dan setelah aku tulis itu, aku diem. Lama. Aku lihat tulisan itu sambil mengerutkan dahi. “Apaan sih ini, mellow banget,” pikirku.

Tapi ada bagian dari diriku yang merasa lega. Seolah-olah seseorang dari masa lalu mendengar kata-kata itu dan akhirnya bisa istirahat. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku nggak merasa hancur. Aku merasa... utuh, meskipun masih berantakan. Lucunya, di saat-saat seperti itu, datang hal-hal kecil yang terasa seperti pelukan dari semesta. Seorang teman tiba-tiba ngajak ngopi dan bilang, “Eh, gue salut loh, lu masih bisa ketawa padahal kemarin sempet drop banget.” Atau tiba-tiba nemu foto lama waktu aku senyum tanpa beban, dan aku pikir, “Ternyata aku pernah sebahagia itu, ya.”

Dari situ aku mulai percaya bahwa memaafkan diri itu bukan soal melupakan masa lalu, tapi belajar hidup berdampingan dengannya. Kayak temenan sama mantan yang udah move on. Kita tahu dulu pernah nangis-nangisan, tapi sekarang bisa ketawa bareng sambil bilang, “Yah, namanya juga hidup.” Aku juga mulai bikin rutinitas kecil yang kelihatannya sepele, tapi ternyata sangat membantu. Seperti mulai menyapa diri sendiri di cermin pagi-pagi. Awalnya canggung, “Selamat pagi... eh... semangat, ya...” Tapi lama-lama jadi kebiasaan. Kayak punya sahabat yang selalu ada setiap pagi—walaupun kadang rambutnya acak-acakan dan mata masih bengkak.

Memaafkan diri sendiri juga berarti tidak memaksakan senyum kalau memang ingin menangis. Ada hari-hari di mana aku cuma ingin tidur dan tidak ingin ngobrol dengan siapa pun. Dulu aku merasa bersalah saat itu terjadi, tapi sekarang aku tahu: istirahat bukan berarti menyerah.

Aku mulai bisa berkata “tidak apa-apa” ke diriku sendiri.

Tidak apa-apa kalau kamu masih belum sepenuhnya sembuh.

Tidak apa-apa kalau kamu masih takut.

Tidak apa-apa kalau sesekali kamu merasa kecil, selama kamu tidak lupa bahwa kamu tetap berarti.

Suatu malam, aku iseng nulis surat buat diriku lima tahun lalu.

Hai kamu,

Aku tahu kamu sedang merasa semuanya kacau. Aku tahu kamu sering merasa bodoh karena terus berharap pada orang yang salah. Tapi aku mau bilang, kamu nggak bodoh. Kamu cuma manusia. Terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Aku bangga sama kamu, meski kamu sendiri mungkin belum bisa merasa bangga. Dan kamu tahu apa? Kita masih di sini. Kita belum jadi orang paling sukses di dunia, tapi kita mulai bisa tertawa lagi. Dan itu cukup.

Malam itu, aku tidur dengan senyum kecil. Bukan senyum karena semuanya sudah baik-baik saja, tapi karena akhirnya aku tidak lagi merasa harus sempurna. Memaafkan diri sendiri itu bukan keputusan yang selesai dalam semalam. Tapi aku percaya, setiap hari kita bisa memilih untuk lebih lembut pada diri sendiri. Lebih sabar. Lebih pemaaf. Dan kalau perlu, kita bisa ngetawain kegagalan kita sambil makan mie instan tengah malam, lalu bilang, “Yah, setidaknya kita masih hidup.” Karena hidup memang nggak selalu indah. Tapi hidup juga nggak harus disesali terus-menerus.

Dan kalau aku bisa memeluk diriku yang dulu—yang pernah hancur, menangis diam-diam di kamar mandi, atau pura-pura kuat di depan banyak orang—aku cuma ingin bilang, “Terima kasih, ya. Karena kamu, aku bisa sampai di titik ini.” Aku belajar, bahwa sebelum dunia menerima kita, kita harus dulu berdamai dengan diri sendiri. Karena satu-satunya pelukan yang selalu bisa kita andalkan adalah pelukan yang datang dari dalam hati kita sendiri.

Dan sekarang, aku sedang belajar memeluk diriku, perlahan-lahan. Kadang dengan tawa, kadang dengan air mata. Tapi selalu dengan cinta yang lebih besar dari kemarin.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kapan Pulang, Dean?
549      410     0     
Short Story
Tanpa sadar, kamu menyakiti orang yang menunggumu. Pulanglah...
Hello, Me (30)
21924      1480     6     
Inspirational
Di usia tiga puluh tahun, Nara berhenti sejenak. Bukan karena lelah berjalan, tapi karena tak lagi tahu ke mana arah pulang. Mimpinya pernah besar, tapi dunia memeluknya dengan sunyi: gagal ini, tertunda itu, diam-diam lupa bagaimana rasanya menjadi diri sendiri, dan kehilangan arah di jalan yang katanya "dewasa". Hingga sebuah jurnal lama membuka kembali pintu kecil dalam dirinya yang pern...
Nobody is perfect
14083      2547     7     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
Mata Manusia
676      376     7     
Inspirational
Mengapa setiap manusia terlihat berbeda? Mengapa pasti ada sebagian kecil manusia yang terlihat unik dan aneh? Mengapa kita selalu menilai seseorang secara cepat? Karena kita melihat melalui mata manusia.  
TITANICNYA CINTA KITA
0      0     0     
Romance
Ketika kapal membawa harapan dan cinta mereka karam di tengah lautan, apakah cinta itu juga akan tenggelam? Arka dan Nara, sepasang kekasih yang telah menjalani tiga tahun penuh warna bersama, akhirnya siap melangkah ke jenjang yang lebih serius. Namun, jarak memisahkan mereka saat Arka harus merantau membawa impian dan uang panai demi masa depan mereka. Perjalanan yang seharusnya menjadi a...
Lepas SKS
213      183     0     
Inspirational
Kadang, yang buat kita lelah bukan hidup tapi standar orang lain. Julie, beauty & fashion influencer yang selalu tampil flawless, tiba-tiba viral karena video mabuk yang bahkan dia sendiri tidak ingat pernah terjadi. Dalam hitungan jam, hidupnya ambruk: kontrak kerja putus, pacar menghilang, dan yang paling menyakitkan Skor Kredit Sosial (SKS) miliknya anjlok. Dari apartemen mewah ke flat ...
Penantian Panjang Gadis Gila
414      293     5     
Romance
Aku kira semua akan baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya hidupku semakin kacau. Andai dulu aku memilih bersama Papa, mungkin hidupku akan lebih baik. Bersama Mama, hidupku penuh tekanan dan aku harus merelakan masa remajaku.
Langit-Langit Patah
38      33     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
Senja di Balik Jendela Berembun
41      39     0     
Inspirational
Senja di Balik Jendela Berembun Mentari merayap perlahan di balik awan kelabu, meninggalkan jejak jingga yang memudar di cakrawala. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membasahi kaca jendela kamar yang berembun. Di baliknya, Arya duduk termangu, secangkir teh chamomile di tangannya yang mulai mendingin. Usianya baru dua puluh lima, namun beban di pundaknya terasa seperti telah ...
Imajinasi si Anak Tengah
3103      1663     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...