Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari
MENU
About Us  

Pernahkah kamu bangun di pagi hari dan merasa… hampa?

Tidak ada sedih. Tidak juga bahagia. Hanya kosong. Seperti berjalan di lorong panjang yang sunyi, tanpa tahu ke mana kaki melangkah. Mata terbuka, tubuh bergerak, tapi jiwa terasa tertinggal entah di mana. Itulah yang aku rasakan belakangan ini. Hari-hari yang berlalu seperti salinan dari kemarin, dan kemarin hanya salinan dari hari sebelumnya. Tidak ada yang berubah, tapi juga tidak ada yang benar-benar hidup. Aku tetap bekerja, tetap menjawab pesan dari teman, tetap tertawa saat ada yang melontarkan lelucon. Tapi jauh di dalam, aku tahu—ada bagian dari diriku yang sedang kosong. Seperti langit tanpa bintang. Seperti rumah yang lampunya padam.

Orang bilang, itu bisa jadi tanda kelelahan emosional. Tapi bagaimana aku bisa lelah, jika aku bahkan tidak merasa apa-apa?

Ada masa dalam hidup ketika kesedihan bisa menjadi pelarian. Tangisan bisa menjadi pelepas beban. Tapi hampa? Itu seperti duduk dalam ruangan gelap tanpa tahu kapan cahaya akan datang. Dan kadang, bagian tersulitnya bukan menunggu terang, tapi menerima kenyataan bahwa kegelapan itu tidak kunjung pergi. Aku mulai mempertanyakan banyak hal. Kenapa aku merasa seperti ini? Apa yang sebenarnya kurang? Apakah aku terlalu keras pada diriku sendiri? Atau justru terlalu lama memendam segalanya?

Suatu malam, aku duduk di pojok kamar. Lampu sudah dimatikan. Hanya cahaya dari luar jendela yang samar masuk. Aku mencoba mengingat, kapan terakhir kali aku merasa benar-benar hidup. Bukan sekadar bernapas, bukan sekadar bergerak, tapi merasa hidup… utuh.

Ternyata sudah lama.

Aku mengingat masa kecilku, saat hujan turun dan aku berlari di halaman rumah sambil tertawa. Tidak peduli baju basah atau ibu akan memarahi. Yang penting bahagia. Saat itu, hidup begitu sederhana. Begitu penuh warna.

Kini? Aku bahkan tidak tahu apa yang membuatku bahagia. Semua hal terasa datar. Bahkan mimpi-mimpi yang dulu kuletakkan tinggi di langit, kini terasa jauh dan buram. Namun di tengah kehampaan itu, ada satu hal yang pelan-pelan menampar kesadaranku: aku masih di sini. Masih hidup. Masih bisa merasa hampa. Dan itu artinya, masih ada harapan untuk menemukan makna kembali.

Kadang, kita merasa harus selalu tahu arah. Harus selalu punya jawaban. Harus selalu punya semangat. Tapi kenyataannya, tidak semua orang berjalan dengan penuh gairah setiap hari. Dan itu tidak apa-apa. Aku belajar untuk menerima kehampaan ini sebagai bagian dari proses. Seperti musim yang datang dan pergi. Ada masa berbunga, ada masa kering kerontang. Tidak selamanya hidup penuh warna. Tapi bukan berarti warna itu tidak akan kembali. Di tengah rasa hampa, aku mulai membiasakan diri untuk melakukan hal kecil yang sederhana. Bangun, merapikan tempat tidur. Membuka jendela dan membiarkan sinar matahari masuk. Membuat secangkir teh hangat dan menikmatinya tanpa terburu-buru.

Aku mulai menulis jurnal. Bukan untuk mencatat prestasi, tapi sekadar mencatat perasaan. Terkadang hanya satu kalimat: "Hari ini terasa kosong." Tapi dari satu kalimat itu, perlahan aku mulai menemukan pola. Bahwa rasa hampa ini datang bukan karena aku lemah, tapi karena aku terlalu lama menahan banyak hal tanpa jeda. Saat kamu menumpuk beban tanpa pernah benar-benar membaginya, jiwamu perlahan penuh sesak, lalu kosong. Seperti balon yang meletus tanpa suara. Seperti suara yang hilang di tengah keramaian.

Aku mulai mencoba bercerita pada teman. Tidak dengan harapan mereka bisa mengerti sepenuhnya, tapi sekadar agar aku tidak merasa sendiri. Ternyata, banyak dari mereka juga pernah merasa hampa. Tapi kami semua terlalu sibuk terlihat baik-baik saja.

Lucu ya, bagaimana manusia bisa bersama-sama merasa kesepian, padahal hanya perlu saling bicara. Aku juga mulai belajar berterima kasih. Pada hal-hal kecil. Pada detik-detik yang dulu kuanggap sepele. Seperti angin sore yang menerpa wajah, suara hujan yang mengetuk jendela, atau senyum orang asing di jalan. Ternyata, dunia tidak sepenuhnya hampa. Kadang, aku yang terlalu tenggelam dalam pikiran sendiri hingga lupa merasakan keindahannya.

Ada malam-malam ketika kehampaan itu kembali hadir. Tapi kali ini, aku tidak lagi melawannya. Aku biarkan dia duduk di sebelahku. Aku peluk perasaan itu seperti teman lama. Karena aku tahu, dia datang bukan untuk menghancurkan, tapi untuk mengingatkan bahwa ada sesuatu dalam diriku yang butuh perhatian. Dan pelan-pelan, aku mulai menemukan makna baru dari hampa: bahwa dalam kehampaan, kita diberi ruang untuk mengisi ulang. Untuk bertanya pada diri sendiri: apa yang sungguh penting? Apa yang benar-benar kita butuhkan?

Bukan pujian. Bukan pencapaian. Tapi kedamaian.

Saat semua terasa hampa, bukan berarti kamu gagal. Bukan berarti hidupmu berhenti. Tapi mungkin, itulah jeda yang kamu butuhkan untuk kembali mendengar suara hatimu sendiri. Dan jika hari ini kamu bangun dengan rasa kosong, aku ingin kamu tahu: kamu tidak sendiri. Dan kamu tidak harus segera menemukan jawabannya. Kadang, hidup bukan tentang menemukan. Tapi tentang menerima. Dan menunggu. Sambil perlahan mengisi ruang-ruang kosong itu dengan hal-hal yang kecil tapi bermakna. Seperti pelukan. Seperti tawa yang tulus. Seperti kehadiran orang yang tidak menuntutmu untuk selalu bahagia, tapi cukup duduk menemanimu saat kamu hampa.

Itulah kekuatan yang sebenarnya.

Bukan melawan kehampaan dengan pura-pura ceria. Tapi menerima kehampaan itu sebagai bagian dari dirimu. Bagian yang suatu hari nanti akan menjadi cerita, bahwa kamu pernah merasa kosong… dan tetap bertahan. Dan dari situlah, kehidupan perlahan mulai kembali tumbuh.

Bukan karena kamu memaksakan. Tapi karena kamu memberi ruang.

 

Untuk merasa.

Untuk diam.

Untuk bernapas.

Dan untuk menjadi manusia… sepenuhnya.

Terima kasih, karena telah bertahan sampai di sini.

Kamu hebat. Bahkan jika hari ini terasa hampa.

Karena keheningan itu pun adalah bagian dari lagu hidupmu. Dan suatu hari nanti, iramanya akan kembali mengalun. Dengan lembut. Dengan jujur. Dengan utuh.

---

Dan ketika kamu mulai mengisi ulang ruang kosong itu, kamu akan sadar bahwa kamu tidak butuh semua jawaban sekarang juga. Kamu tidak harus memperbaiki segalanya sekaligus. Kamu hanya perlu berjalan. Satu langkah kecil, satu tarikan napas, satu kebaikan kecil setiap harinya. Hampa itu seperti kabut. Ia membungkus, mengaburkan pandangan. Tapi bukan berarti jalan di depanmu hilang. Hanya tertutup untuk sementara. Dan perlahan, saat kamu terus berjalan, kabut itu mulai menipis. Aku belajar bahwa tidak semua kehampaan berasal dari kekurangan. Kadang justru datang dari terlalu banyak. Terlalu banyak berpikir. Terlalu banyak memikul ekspektasi. Terlalu banyak membandingkan diri. Dan akhirnya lupa: menjadi cukup bukan soal memiliki segalanya, tapi mensyukuri yang ada.

Ada keindahan dalam kesederhanaan. Dalam menatap langit sore. Dalam duduk diam dan mendengarkan detak jantungmu sendiri. Dalam mengakui bahwa hari ini berat… tapi kamu tetap di sini.

Kamu bernapas. Kamu hidup. Dan itu luar biasa.

Jangan buru-buru sembuh. Jangan paksa dirimu untuk bahagia. Biarkan semuanya mengalir. Rasakan. Hadapi. Tapi jangan lupa beri pelukan untuk dirimu sendiri. Kamu sudah berjuang sejauh ini. Kamu layak dihargai. Oleh dirimu sendiri, terutama. Mungkin, hampa akan datang lagi. Tapi kali ini kamu sudah tahu: kamu tidak sendirian. Dan kamu tahu caranya untuk tetap bertahan. Karena dari setiap kehampaan, kamu belajar memahami dirimu lebih dalam. Kamu belajar mengenal suara hatimu. Kamu belajar mencintai dirimu—meski dalam keadaan paling rapuh.

Dan itu, adalah bentuk kekuatan yang paling lembut tapi paling nyata.

Teruslah berjalan. Sekalipun perlahan. Sekalipun dengan perasaan yang belum selesai. Karena setiap langkahmu, adalah bukti bahwa kamu tidak menyerah. Kamu tidak harus kuat setiap hari. Tapi kamu bisa menjadi dirimu… apa adanya.

Dan itu sudah cukup.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Main Character
1131      678     0     
Romance
Mireya, siswi kelas 2 SMA yang dikenal sebagai ketua OSIS teladanramah, penurut, dan selalu mengutamakan orang lain. Di mata banyak orang, hidupnya tampak sempurna. Tapi di balik senyum tenangnya, ada luka yang tak terlihat. Tinggal bersama ibu tiri dan kakak tiri yang manis di luar tapi menekan di dalam, Mireya terbiasa disalahkan, diminta mengalah, dan menjalani hari-hari dengan suara hati y...
40 Hari Terakhir
578      446     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
UNTAIAN ANGAN-ANGAN
277      238     0     
Romance
“Mimpi ya lo, mau jadian sama cowok ganteng yang dipuja-puja seluruh sekolah gitu?!” Alvi memandangi lantai lapangan. Tangannya gemetaran. Dalam diamnya dia berpikir… “Iya ya… coba aja badan gue kurus kayak dia…” “Coba aja senyum gue manis kayak dia… pasti…” “Kalo muka gue cantik gue mungkin bisa…” Suara pantulan bola basket berbunyi keras di belakangnya. ...
I Found Myself
43      39     0     
Romance
Kate Diana Elizabeth memiliki seorang kekasih bernama George Hanry Phoenix. Kate harus terus mengerti apapun kondisi Hanry, harus memahami setiap kekurangan milik Hanry, dengan segala sikap Egois Hanry. Bahkan, Kate merasa Hanry tidak benar-benar mencintai Kate. Apa Kate akan terus mempertahankan Hanry?
Can You Love Me? Please!!
3945      1196     4     
Romance
KIsah seorang Gadis bernama Mysha yang berusaha menaklukkan hati guru prifatnya yang super tampan ditambah masih muda. Namun dengan sifat dingin, cuek dan lagi tak pernah meperdulikan Mysha yang selalu melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan cintanya. Membuat Mysha harus berusaha lebih keras.
Lovesick
447      327     3     
Short Story
By Khancerous Why would you love someone else when you can’t even love yourself?
Rumah?
54      52     1     
Inspirational
Oliv, anak perempuan yang tumbuh dengan banyak tuntutan dari orangtuanya. Selain itu, ia juga mempunyai masalah besar yang belum selesai. Hingga saat ini, ia masih mencari arti dari kata rumah.
RUANGKASA
42      38     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
FAMILY? Apakah ini yang dimaksud keluarga, eyang?
179      157     2     
Inspirational
Kehidupan bahagia Fira di kota runtuh akibat kebangkrutan, membawanya ke rumah kuno Eyang di desa. Berpisah dari orang tua yang merantau dan menghadapi lingkungan baru yang asing, Fira mencari jawaban tentang arti "family" yang dulu terasa pasti. Dalam kehangatan Eyang dan persahabatan tulus dari Anas, Fira menemukan secercah harapan. Namun, kerinduan dan ketidakpastian terus menghantuinya, mendo...
When Flowers Learn to Smile Again
842      624     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...