Setelah kontrak sekitar satu tahun di rumah petak akhirnya aku dan suami mencari - cari kontrakan yang harganya dibawah kontrakan pertama. Setiap bulan semakin berat rasanya hampir satu juta pengeluaran untuk biaya kontraknya. Kita cari kontrakan yang tidak jauh dari sekolah PAUD, karena berencana anak pertama mau masuk PAUD agar bisa beradaptasi terlebih dahulu soal sekolah.
Tidak lama kamipun dapat kontrakan di desa yang strategis, dari sekolah PAUDnya juga tidak begitu jauh sekitar 1Km. Rumah minimalis yang punya di Jakarta ada saudaranya yang rumahnya sebelah. Ternyata sebelah persis kontrakan itu teman SD ku yang juga kontrak, dia anak orang kaya rumahnya orangtuanya tidak jauh dari situ seperti dicerita sebelumya yang sempat aku spill. Lebih jauh jarak ke PAUD daripada ke rumah orangtuanya temanku itu. Tetapi dia memilih kontrak. Ketika ku tanya ya alasannya belajar mandiri, belajar masak - masak.
Mulai kontrak di tempat yang baru ini tepat pada saat ajaran baru sekolah di mulai, jadi waktu itu aku langsung daftarin anak pertama untuk PAUD biayanya sekitar empat ratus tujuh puluh lima dengan spp perbulan dua puluh lima ribu rupiah sekolahnya sampai kamis saja dari jam delapan sampai jam sepuluh. Awal - awal sekolah rajin berangkatnya. Bahkan sempat anak- anak aku dorong pakai sepeda roda tiga, sepeda punya kakaknya dia bonceng adiknya aku dorong saat motornya suami rusak. Suami kerja dengan motorku. Kenangan yang tak terlupa sih, kadang sedih lihat anak - anak diajak menderita sejak kecil. Kurang lebih 5 bulanan kontrak tiba - tiba di tawarin untuk jualan bubur bayi lagi di tempat yang sama, kali ini jaraknya lumayan agak jauh dari kontrakan ke lokasi jual bubur bayi. Kalau dulu kanberangkatnya dekat dari rumah mertua.
Berangkat sehabis subuh dari rumah sekitar jam lima. Ini juga awal jualan bubur bayi lagi motor suami rusak, jadi pagi diantar dulu sama suami, pulangnya aku naik angkot dengan gendong anak kedua, gandeng anak pertama. Pernah pas pagi hari hujan gede motor suami udah jadi. Aku naik motor berangkat habis subuh anak pertama duduk depan anak kedua aku gendong dan aku tutupi mantol, walau sampai lokasi tetep pada kebasahan. Belum lagi anak pertama sekolah itu dia aku mandiin pagi subuh jadi habis jualan kan selesai jam delapan itu langsung lanjut sekolah PAUD.
Merasa kasian tidak tega sebenarnya sama anak - anak tetapi mau gimana lagi memang kondisinya lagi seperti itu.