Loading...
Logo TinLit
Read Story - Catatan Takdirku
MENU
About Us  

"YUDHIS!! BANGUN. KAMU ITU BELUM LIBURAN!" Suara Mamak memecah kesunyian pagi.

"Lima menit lagi, Mak. Tadi malam aku tidur jam 1," ucapku setengah sadar. Eh... ITU KAN SUARA MAMAK?

"BENTAR LAGI KAMU TERLAMBAT, YA ALLAH, YA ROBBI!" Aku langsung melompat dari kasur, melihat Mamak sedang membersihkan kamar. Nggak ada waktu buat mikir apa yang sebenarnya terjadi. Saat kulihat HP-ku... HAH, SUDAH JAM SETENGAH 8 LEWAT! Aku langsung lari ke kamar mandi. Baru aja mau berdamai sama hidupku sebagai pengamen, sekarang aku kembali? Ini mimpi? Tapi kok nyata banget?

Tiba-tiba, Mamak berteriak lagi. "Yudhis, jangan lupa bawa bekal! Nanti kamu kelaparan di sekolah!" Aku berhenti sebentar, lalu tersenyum kecil. "Iya, Mak."

30 menit kemudian aku sudah di sekolah. Masih di luar kelas, menuju ke dalam, dan sekarang sudah pukul 8. Artinya aku TELAT satu jam. Kuintip dari jendela, berharap kelas kosong... Tapi tidak. ASTAGFIRULLAH, itu Pak Byan! Guru tergalak sejagat raya. Saking galaknya, Thanos pun kalau diomelin dia langsung berubah warna jadi pink. Aku lupa hari ini pelajaran pertama adalah matematika.

Setelah mikir panjang, akhirnya aku memberanikan diri masuk.

"Assalamualaikum, Pak. Permisi." Aku mengetuk pintu. Baru dua detik Pak Byan menatapku, keringat dingin langsung membanjiri tubuh dan selangkanganku. Sekilas aku menatap matanya, rasanya seperti kena 'amaterasu'. Sepertinya aku sedang berhadapan dengan Uchiha Byan. Anak-anak lain pasti sudah kena 'genjutsu', makanya diam semua.

"Jam berapa ini?" tanyanya lembut, tapi tajam.

Aku menelan ludah. "Jam 8, Pak."

"Ya sudah, duduk sana. Nanti saat istirahat temui saya di kantor."

"Baik, Pak. Terima kasih."

ALHAMDULILLAH. Mungkin mood Uchiha Byan lagi bagus. Atau dia nggak mau motong penjelasan di papan. Setidaknya, aman sampai istirahat.

"Baik anak-anak, hari ini tidak ada PR. Fokus mengulang materi, dua minggu lagi kalian ujian. Dan Yudhis! Jangan lupa nanti temui saya di kantor," ucapnya sebelum pergi.

"Gila kamu, Yud. Berani banget datang telat ke kelas Pak Byan. Keren, keren," ucap Agung, temanku dari kelas 1 SMA. Dia juga bassist di band kami.

"Eh, Gung. Kayaknya aku mau kuliah aja deh."

"Oi! Tiba-tiba banget. Baru kemarin kamu bilang orang tuamu udah ngizinin buat nggak kuliah," jawabnya kaget.

Entahlah, kurasa aku harus bicarakan ini. Entah yang terjadi kemarin itu mimpi atau bukan, tapi aku tahu... Kalau aku memutuskan nggak kuliah dan tetap setengah-setengah di band ini, apa yang kumimpikan tadi malam bisa benar-benar terjadi.

"Maaf ya, aku berubah pikiran, Gung."

"Aku sih nggak masalah, Yud. Tapi yang lain mungkin bakal marah."

Obrolan kami terpotong karena Bu Yani masuk ke kelas. Dari gayanya, fix ini bakal banyak tugas.

"Assalamualaikum, anak-anak. Buka halaman 228, judulnya Analisis Teks Berita. Ini materi terakhir. Kerjakan tabel-tabel di halaman berikutnya. Ibu tinggal sebentar, nanti ibu kembali untuk membahasnya."

NAH KAN. Sat-set banget Bu Yani. Langsung keluar setelah ngasih tugas. Saking 'bahagianya', aku pengen bolos. Tapi sebagai warga negara Indonesia yang malas baca—eh, becanda ya. Hari ini, entah kenapa, aku niat banget ngerjainnya.

Kubuka halaman yang diminta... PANJANG BANGEETTT. Tapi tetap kugarap.

5 menit berlalu. "Gung, nanti aku lihat punyamu ya kalau udah selesai," ucapku santai.

"Hahaha, kamu mau nyontek aku? Oke oke," jawab Agung sambil nyengir.

Satu jam kemudian, Bu Yani kembali. Aku sudah sukses menyalin jawaban Agung. Kami semua mengumpulkan tugas.

5 menit kemudian, Bu Yani mulai komentar.

"Ibu rasa kalian sudah paham. Hanya tinggal diperkuat sedikit lagi. Kecuali Yudhis, bisa jelaskan kenapa kamu menyontek jawaban Agung?"

EHH. Jantungku kayak turun ke paru-paru. Ini pasti kerjaan Agung. Anak setan! Yang dimaki malah nahan tawa. Anak-anak lain juga pada batuk aneh. Ada yang pura-pura baca buku. Dalam hati mereka pasti: Yudhis... bego dan malas.

"Saya nggak nyontek kok, Bu. Hehehe." Ya Allah bantu hamba. Tadi udah kena amaterasu Uchiha Byan, masa sekarang kena Bu Yani?

"Ya sudah. Mungkin kamu belum mengerti materinya."

ALHAMDULILLAH. Hampir saja. Aku bukan Rizal yang suka belajar sejak SD. Aku hanya belajar kalau suka pelajarannya. Seperti matematika atau seni. Kalau nggak suka? Ya begini jadinya.

Jam istirahat akhirnya tiba. Saatnya menghadap Pak Byan. Aku nggak takut. Dia cuma manusia. Toh sama-sama makan nasi.

"Besok-besok datang terlambat lagi ya, Yudhis. Biar sekolah makin bersih. Hari ini kamu bersihkan perpustakaan, koridor, dan WC. Besok-besok siap-siap bersihin genteng, sekalian kusuruh sedot septic tank! Paham?!"

"Iya, Pak. Maaf. Besok-besok saya terlambat lagi."

Pak Byan langsung berhenti menulis. Melotot. "HAH?!"

Aku langsung mundur selangkah. "E-eh... maksud saya, nggak akan terlambat lagi."

Astagfirullah. Hampir saja aku dikirim ke surga.

Akhirnya, aku sendirian di sekolah. Ditemani Pak Satpam dan Pak Erwin, petugas kebersihan. Sudah 20 menit aku menyapu. Masih ada tiga koridor, empat WC, dan perpustakaan. BANYAK BANGET. UCHIHA BYAN KAMPRET. Pengen teriak, tapi masih sayang hidup.

Untungnya, Pak Erwin bantuin. Aku nggak habis pikir gimana beliau bisa sekuat itu.

"Pak, gimana sih bisa betah kerja bersih-bersih terus? Aku baru sehari aja udah mau nyerah."

Pak Erwin tertawa kecil. "Hahaha, anak muda emang gitu. Takut sama kerjaan yang kelihatan berat. Padahal kalau dijalanin ya biasa aja."

Ia berhenti sebentar. "Dulu saya juga ragu. Pengen ini, pengen itu. Tapi akhirnya sadar, yang penting bukan seberapa besar mimpi kita, tapi seberapa besar tanggung jawab kita sama pilihan sendiri."

Aku diam. Mencerna kata-kata itu.

Kulirik Pak Erwin. Masih semangat nyapu. Kalau ada turnamen nyapu dunia, beliau udah Grandmaster.

"Tapi pernah nggak Bapak kepikiran, apa yang bakal Bapak lakuin kalau diri Bapak yang dulu tahu bahwa di masa depan Bapak jadi petugas kebersihan?"

Pak Erwin tersenyum tipis. Sapu di tangannya berhenti. Matanya menerawang jauh.

"Dulu saya labil, Yud. Nggak punya arah. Sering ganti keputusan cuma karena hal kecil. Nggak pernah mikir 'nanti aku jadi apa', cuma ngayal aja, tanpa usaha. Kalau bisa kasih tahu diri saya di masa lalu, saya bakal bilang: belajar untuk yakin dan bertanggung jawab atas keputusan sendiri. Terserah mau gimana belajarnya, karena pelajaran itu nggak bisa diajarin di kelas."

Pak Erwin menyapu lagi. Aku masih mendengarkan... sambil duduk istirahat sebentar. Istirahat bentar kan nggak masalah, hehehe.

Mendengar hal itu, entah kenapa aku merasa sangat dimengerti. Aku yakin, apa yang dirasakan Pak Erwin di masa lalu adalah hal yang kurasakan sekarang—atau bahkan mungkin lebih parah. Sifat bodo amatku terhadap hidup ini terlalu tinggi. Aku nggak pernah mikir sejauh itu. Selama ini aku cuma jalani hidup kayak air mengalir, tanpa tahu bakal berakhir di mana.

Apa ini artinya aku juga harus mulai mikir arah hidup? Atau bodo amat dulu aja? Ah, aku nggak suka mikir berat. Tapi aku sadar, hukuman dari Uchiha Byan ini terasa seperti takdir—sebuah jawaban yang selama ini aku cari-cari.

Dua jam bekerja tanpa henti, akhirnya kami sampai di destinasi terakhir: WC. Tentu saja, yang bersih-bersih sebenarnya ya Pak Erwin. Kalau ada bagian yang masih kotor, baru aku yang nyapu. Hehehe. Gila aja kalau sampai Pak Erwin yang pengalaman puluhan tahun itu ninggalin debu.

Padahal kalau dipikir-pikir, besok tempat ini bakal kotor lagi. Kalau aku yang jadi Pak Erwin, nggak bakal seniat itu. Dan kalau aku kerja kayak gitu, kepala sekolah pasti udah lama memecatku.

Kami sudah sampai di WC sekolah. Ada 8 totalnya, tapi aku cuma diminta bersihin 4. Akhirnya aku usul, "Pak Erwin nanti bersihin 6 ya, Pak. Soalnya hukumanku cuma bersihin 2."

Ya Allah, ampunilah hamba. Aku udah capek banget, apalagi ini WC laki-laki.

Sebagaimana kita tahu, WC cowok adalah tempat di mana malaikat Atid harus lembur. Terakhir kali aku ke sana, anak-anak calon penghuni surga pada merokok di dalam. Sejak itu, aku nggak pernah lagi buang air di WC sekolah. Aku ke WC cuma buat merokok. Hehehe.

Selama ini aku pikir WC sekolah bersih karena keajaiban. Tapi ternyata, nggak ada keajaiban di dunia ini. Ada satu orang yang bikin tempat ini tetap layak: Pak Erwin. Terima kasih, Pak, sudah menyelamatkan masa SMA kami.

Pak Erwin melirikku dan berkata, "Yudhis, ternyata selain kamu nggak merokok, kamu juga anak yang jujur, ya."

Astagfirullah. Aku yakin itu bukan pujian. Aku sering ngomong gitu juga ke orang kalau lagi nyindir.

"Hehehe, becanda kok Pak. Saya aja yang bersihin semuanya. Bapak santai aja ya," ucapku, masih bercanda. Tapi akhirnya, kami bersihkan semuanya bareng. Nggak ada pembagian. Bersihin satu WC, lanjut ke yang lain.

"ALHAMDULILLAH YA ALLAH, akhirnya selesai juga nih WC!" seruku lega.

Pak Erwin tetap datar. Ya wajar, dia ngelakuin ini tiap hari.

Hari sudah cukup sore. Aku pamit, berterima kasih karena udah dibantu. Tapi sebelum pergi, Pak Erwin menahanku.

"Yud, kayaknya aku harus ngomong ini sekarang. Mungkin kita nggak bakal punya momen berdua kayak gini lagi."

Waduh. Nggak mungkin dia mau nembak aku, kan? NGGAK MUNGKIN.

Aku cuma bisa jawab pelan, "Heemm...?"

"Setiap lihat kamu, Yud, aku merasa kita mirip..."

HAH? Mirip? Ganteng gini?

"Bukan fisik. Tapi kamu yang sekarang, sangat mirip sama aku dulu. Penuh keraguan. Mungkin ini cuma feeling. Tapi aku cuma mau ingetin. Meski kamu nakal dan pendusta, aku percaya kamu anak baik. Kalau bisa, bantu orang-orang yang kamu rasa butuh bantuan. Mungkin dengan begitu kamu bisa nutup kekosongan hati yang selama ini bikin kamu ragu."

Aku terdiam. Biasanya aku lempar jokes buat menghindari suasana kayak gini. Tapi kata-kata Pak Erwin terasa dalam. Seolah dia benar-benar mengenalku. Meski tiap hari kami bercanda, baru hari ini aku merasa kami benar-benar dekat.

Tapi ya sudahlah. Aku simpan renungan itu dulu. Nggak mau mikir berat malam ini.

Aku melirik Pak Erwin, berharap dia bercanda. Tapi nggak. Tatapannya tenang, yakin. Untuk pertama kalinya, ada orang yang melihat sesuatu dalam diriku—sesuatu yang bahkan aku sendiri nggak sadar ada.

Mungkin ini hadiah dari Tuhan lewat hukuman Uchiha Byan.

Malam harinya, aku merenungkan semua kata-kata Pak Erwin. Tapi makin kupikir, makin bingung. Apa penyebab aku selalu ragu? Entahlah.

Yang penting sekarang, aku harus pikirkan gimana cara bicara ke teman-teman bandku. Apakah mereka akan menerimanya begitu saja seperti Agung?

Kurasa... nggak semudah itu.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Between Earth and Sky
1987      578     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
Mimpi Milik Shira
528      300     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Finding the Star
1333      956     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
14155      2881     7     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Aku Benci Hujan
7376      1941     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Asrama dan Asmara
523      378     0     
Short Story
kau bahkan membuatku tak sanggup berkata disaat kau meninggalkanku.
XIII-A
826      610     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
The Last Mission
617      377     12     
Action
14 tahun yang silam, terjadi suatu insiden yang mengerikan. Suatu insiden ledakan bahan kimia berskala besar yang bersumber dari laboratorium penelitian. Ada dua korban jiwa yang tewas akibat dari insiden tersebut. Mereka adalah sepasang suami istri yang bekerja sebagai peneliti di lokasi kejadian. Mereka berdua meninggalkan seorang anak yang masih balita. Seorang balita laki-laki yang ditemuka...
Manusia Air Mata
1165      709     4     
Romance
Jika air mata berbentuk manusia, maka dia adalah Mawar Dwi Atmaja. Dan jika bahagia memang menjadi mimpinya, maka Arjun Febryan selalu berusaha mengupayakan untuknya. Pertemuan Mawar dan Arjun jauh dari kata romantis. Mawar sebagai mahasiswa semester tua yang sedang bimbingan skripsi dimarahi habis-habisan oleh Arjun selaku komisi disiplin karena salah mengira Mawar sebagai maba yang telat. ...
Kursus Kilat Jadi Orang Dewasa!
586      259     11     
Humor
Didaftarkan paksa ke Kursus Kilat Jadi Orang Dewasa oleh ayahnya, Kaur Majalengka--si OCD berjiwa sedikit feminim, harus rela digembleng dengan segala keanehan bin ajaib di asrama Kursus Kilat selama 30 hari! Catat, tiga.puluh.hari! Bertemu puding hidup peliharaan Inspektur Kejam, dan Wilona Kaliyara--si gadis berponi sepanjang dagu dengan boneka bermuka jelek sebagai temannya, Kaur menjalani ...