Takbir berkumandang sangat merdu, hari ini adalah tanggal 10 april, hari perayaan umat islam. Bulan Ramadhan akan meninggalkan kami, rasanya sedih sekali. Di rumah Gelis hanya ada suara mamah, papah, dan mba Turim yang sibuk mempersiapan makanan di hari ini lebaran, karena di siang hari pasti keluarga papah dan mamah akan datang.
kami semua pergi bersama, untuk melaksanakan sholat idul fitri.
"loh mukena mba mana?" tanya mamah "yaallah, sebentar bu, di dapur tadi"
Mba Turim saking sibuknya dari semalem,dia terlihat lelah jadi kurang fokus.
aku tidak sholat di dekat mba Turim maupun mamah, tapi memilih tempat paling belakang sekali. Setelah selesai sholat, kami sekeluarga bersalam-salaman kemudian aku duduk di ayunan depan rumah. Lilis sengaja karena Biru tidak terlihat.
"Biru pulang? dia lebaran disini ga ya" suara hati Gelis sambil bermain ayunan. Sebetulnya dari empat hari lalu, Biru memang tidak terlihat di rumah pak dombret, mereka akrab namun tak saling bertukar nomor karena kalau mau bicara biasanya langsung datang ke rumah ntah aku yang mengunjungi pak dombret atapun sebaliknya.
"neng makan dulu, nanti mah banyak tamu, biar ada tenaga" teriak mba Turim
"iya mba laper banget ini" mba Turim dan Gelis makan bersama sementara mamah dan papah sudah makan duluan, mereka sedang telfon-telfonan.
"sedikit kuah, lontongnya dipotong mungil-mungil, rendang, kentang, ayam, enak banget". "enak soalnya masakan mba Turim"
Gelis lahap sekali saat makan di hari itu dan mba Turim berkata "neng, kamu geulis, sesuai namana Gelisa". "jangan sering murung, kalau senyum gini mba seneng". "kamu teh dari belum lahir sampe segede gini mba menyaksikan". "mba tau kamu neng". "kalau ngerasa bosen atau sepi, cerita atuh ke mba, mba lagi bersih-bersih bukan sebuah halangan, telinga tetap mendengarkan ini" Mba turim tiba-tiba bicara panjang.
Gelis hanya tersenyum saja "mba atuh nambah lagi, mba nambah, Gelis juga nambah". "siapa takut" jawab mba Turim. Suana meja makan terasa hangat meski mereka hanya makan berdua.
Mobil-mobil mulai memenuhi halaman rumah Gelisa, itu semua keluarga papah dan mamah, ada tan Ell dan eyang juga. Nuansa lebaran hari ini merah muda, warna kesukaan Gelis, tapi gelis memakai baju lebarannya tahun lalu.
"cucuku sayang, loh baju baru mana" sapa eyang. "Gelis hanya memeluk, aku suka banget baju tahun lalu ini eyang, masih terlalu bagus". Pada hari itu, satupun tidak ada yang tahu. Aku memakai baju yang sama seperti tahun kemarin karena, tahun lalu, pertamakalinya papah dan mamah berkata "anakku, cantik sekali" itu sangat lembut, biasanya mereka sangat cuek walaupun baik hati. Makanya kupakai lagi baju ini.
"cucu eyang selalu cantik" puji sang eyang, disahut Tan El " mirip aku kan mih Gelis"semua keluarga yang mendengar hanya tertawa-tawa saja.
Rumah jadi ramai karena ada om, tante, eyang, kakung, anak-anaknya, beserta ponakanku. Tetangga terdekat dan teman papah dan mamah juga ikut meramaikan rumah. Rumah rasanya hidup pada hari itu. Apalagi keluarga kami selalu mengadakan tukar kado, kami yang menyiapkan soalnya banyak anak-anak juga.
Tepat dimana semuanya sedang sibuk makan dan mengemil, Gelis hanya mengambil ice cream strambery nya dan pergi untuk duduk di ayunan lagi.
sambil menikmati ice cream di cuaca terik, batinnya menunggu Biru tetapi rumah pak dombret sepi. Mobil pun nampak tak terlihat.
Hari yang penuh kecewa, sudah empat hari tidak bicara dengan Biru rasanya membosankan. Kufikir kalau dia pergi, di hari lebaran dia akan kemari, ternyata tidak. Biru, pasienmu ini sakit, dia menunggu Dokter favoritenya.